Rabu, 13 April 2016

MY SAKURA (bagian 24)



Sore itu, Eiko masuk ke ruang perawatan Kei.
“selamat sore, Yamada”
“eh... kau? Selamat sore. Sepertinya ini bukan waktu kunjungan dokter kepada pasien. Apakah aku benar?”
“kau jeli sekali. Dimana istrimu?”
“dia baru keluar sebentar”
“hanya ingin sekedar mengobrol denganmu. Aku selalu berusaha untuk akrab dengan semua pasienku. Tapi aku selalu sedih setiap kali mereka meninggalkan rumah sakit ini. Karena kami tak mungkin bertemu lagi. Tapi aku juga senang karena itu berarti mereka sudah sembuh. Begitu kau sembuh dan meninggalkan rumah sakit ini, aku pasti tak akan bertemu kalian lagi”
“tapi kita bisa masih sering bertemu, kan? Kami pasti akan sering mengunjungimu”
“trimakasih, Yamada”
Di saat itulah, pintu ruangan itu terbuka.
“Eiko? Kau disini juga?”
“eh, iya. Aku hanya mengunjungi pasienku saja”
“kalian sudah saling kenal?”
“eh, sebenarnya...”
“apakah kau tak mengenalnya, Kei-kun? Kau dulu sering bertemu dengannya. Dia Eiko, Takahara Eiko”
Kei berusaha keras untuk mengingatnya.
“sudahlah. Tidak perlu membahas hal ini lagi, Ryuu”
“aku ingat. Bukankah kau dulu kekasih Oji-san?”
“ya, dia dulu kekasihku. Kau jangan menyangkalnya, Eiko”
“aku tidak menyangkalnya, Ryuu. Aku hanya bilang kita tidak usah membicarakan hal ini lagi. Aku tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan dalam rumah tanggamu. Sudah, jangan dengarkan apa katanya. Aku kesini hanya ingin mengunjungimu saja, Yamada. Kau tahu? Sudah lama kita tak bertemu, hampir 20 tahun lebih! Ternyata kita tinggal di benua yang sama tanpa kita sadari. Hhh... sepertinya baru kemarin aku melihatmu yang selalu kemana-mana dengan Ryuu. Dimana ada Ryuu, disitulah ada kamu. Dari dulu sampai sekarang kalian sepertinya tidak bisa dipisahkan. Aku benar, kan?”
Kei hanya tersenyum tipis.
“tapi ia sekarang sudah besar. Dia sudah tidak bergantung kepadaku lagi. Dia pun sudah bisa hidup mandiri tanpa membutuhkanku. Yah... mungkin ini saat yang tepat untuk melepasnya. Aku tidak bisa menganggapnya sebagai anak kecil terus. Tapi yang jelas, aku selalu menyayanginya. Kapan pun ia membutuhkan bantuanku, aku selalu siap”
Kei hanya menatap sekilas kepada Ryuu.
“bagaimana dengan Yasuo, Ryuu. Semenjak ia dirawat disini, sepertinya aku belum pernah melihat ia menjenguk”
“aku belum memberitahukan hal ini kepadanya”
“apa? Bagaimana bisa?”
“eh, itu... sebenarnya... ia juga sedang sakit. Jadi... aku belum berani memberitahunya. Aku juga tak mau mengganggu kesehatannya. Biarkan ia membaik dulu”
“dia sakit apa?”
“ah, sudahlah. Tidak perlu membicarakan hal itu lagi. Mungkin Yasuo hanya kelelahan dan banyak pikiran. Sebentar lagi pasti akan sembuh. Setelah itu, aku akan memberitahunya”
“ya, sebaiknya seperti itu”
Ponsel Eiko berbunyi. Ia mengambilnya dari saku jas dokternya dan terlihat sedang bicara dengan seseorang dengan sangat serius. Setelah selesai...
“maaf aku tinggalkan kalian. Mendadak ada pasien yang harus aku tangani”
“ya, tentu”
Eiko meninggalkan kamar itu dengan terburu-buru.
“bukankah ia dulu seorang wanita karir yang hebat?”
“ya, aku pun terkejut sewaktu berjumpa dengannya beberapa hari yang lalu. Seorang dokter spesialis? Itu jauh sekali dari bayanganku”
Sejenak hening di antara mereka.
“apakah... papa benar-benar sakit, Oji-san?”
“ya, tapi ia tak mau dirawat di rumah sakit juga tak mau meminum obatnya. Entah harus dengan cara apa aku harus membujuknya”
“sudah berapa lama?”
“sejak kau pergi, Kei-kun. Tapi kau tak perlu khawatir. Pikirkan kesehatanmu dulu. Aku nanti yang akan mengurusnya”
“kau pasti sibuk sekali. Mengurus semuanya seorang diri”
“tidak apa-apa. Untuk urusan pekerjaan, aku sudah banyak dibantu oleh Nishida dan Mr. Malkovich. Ini, kubawakan makanan kesukaanmu. Kalau kau sudah kenyang, kau bisa memakannya nanti. Aku harus pergi lagi. Aku harus bertemu klien baru yang kebetulan alamat perusahaannya ada di sekitar sini”
“kau nampak lelah sekali, Oji-san”
Ryuu hanya tersenyum,”aku pergi dulu, Kei-kun. Jaga dirimu baik-baik”
Ryuu juga segera meninggalkan kamar Kei. Tinggalah Kei seorang diri, melamun. Ia hanya memandangi roti kesukaannya kiriman dari Ryuu. Perlahan ia mengambilnya dan memakannya.

Pagi itu...
“kata dokter, kau boleh pulang sekarang”
“benarkah?”
“iya, dan sebaiknya kita berkemas sekarang. Aku akan membereskan barang-barangmu”
Kei yang berdiri di dekat jendela itu menghentikan Emily.
“duduk saja kau disitu. Aku yang akan membereskan semuanya”
“tapi, bukankah kau...”
“aku sudah sembuh, Emily. Kau tak perlu khawatir lagi terhadapku. Aku tak mau gantian kamu yang sakit. Jaga kesehatanmu. Beberapa hari terakhir ini kau kurang istirahat. Aku tahu itu, duduklah”
 Tanpa diperintah 2x, Emily segera duduk di sofa dan hanya melihat Kei yang sedang membereskan barang-barang yang memang tidak terlalu banyak itu.
“sekarang aku akan membereskan semua biayanya”
“tidak perlu! Itu...”
“ada apa, Emily?”
“eh, itu... sudah dibayarkan oleh Oji-san”
Emily hanya menundukkan kepalanya. Takut kalau Kei marah.
“mengapa kau tidak menolaknya? Aku masih punya tabungan yang cukup”
“sebenarnya aku tak tahu kalau itu sudah lunas. Aku hanya diberitahu oleh petugasnya bahwa itu semua sudah lunas dan Oji-san yang melunasinya. M-maaf...”
Setelah semuanya beres, mereka segera ke depan lobi rumah sakit bermaksud untuk mencari taksi. Namun sebuah mobil berhenti di depan mereka.
“hai, ayo masuklah!”
Ternyata Anna yang berada di dalam mobilnya. Kei dan Emily hanya berpandangan lalu masuk ke mobil Anna.
“aku tak akan membiarkan kalian sendirian. Maaf, Yamada. Semalam Emily bercerita kepadaku kalau kau sudah boleh pulang hari ini. Itulah mengapa aku menjemput kalian. Maaf kalau kemarin aku tidak bisa datang selama kau dirawat. Aku tidak bisa meninggalkan kampusku barang sebentar”
“tidak apa-apa, Anna. Trimakasih banyak”
Emily tersenyum karena sepertinya Anna sudah mulai dekat dengan Kei. Anna membawa mereka kembali ke apartemen Danny yang masih belum juga pulang dari Malaysia.
“kalian duduk saja disana. Akan aku buatkan minuman hangat untuk kalian. Aku tadi juga sudah membeli beberapa makanan untuk makan siang kita kali ini”
“Anna...”
“... aku ingin makan siang bersama kalian. Tidak apa-apa, kan?”
Emily dan Kei hanya duduk sambil masih terus melihat Anna yang sibuk sendiri membereskan meja untuk makan siang mereka hari itu. Mereka pun segera makan siang bersama.

Suatu sore, Kei duduk melamun di balkon apartemen. Lalu datanglah Emily dan langsung berdiri di sampingnya sambil memberikan Kei secangkir teh hangat.
“trimakasih”
“apa yang kau pikirkan, Kei?”
“papa”
Sejenak hening diantara mereka.
“bolehkah aku tahu apa yang ada di benakmu sekarang ini tentang papa?”
Kei hanya mengamati tehnya yang kini tinggal separuhnya, lalu menatap Emily.
“aku besok akan ke Manhattan. Aku akan menemuinya”
Emily memegang bahu Kei seolah tak percaya,”benarkah?!”
“walaupun aku sebenarnya masih sakit hati kepada mereka, tapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa karena merekalah aku bisa jadi seperti ini. Mungkin ini saatnya aku harus membalas budi baik mereka, yang walaupun sampai kapan pun aku tetap tidak bisa membalasnya. Mereka sudah berbuat banyak untukku. Rasanya tidak adil kalau hanya karena mereka merahasiakan hal ini dariku selama puluhan tahun, terus aku tidak perduli lagi kepada mereka. Aku benar, kan? Dan aku tetap akan mencari tahu sendiri siapa keluargaku yang sebenarnya”
Emily hanya mengangguk sambil tersenyum lalu merebahkan kepalanya di dada Kei.
“kalau keadaan memungkinkan, kau besok bisa ikut denganku”
“tidak ada masalah dengan kesehatanku, Kei. Tentu saja aku besok ikut denganmu”
Esok paginya, mereka segera bersiap-siap untuk pergi ke Manhattan. Menjelang tengah hari, mereka sudah tiba di depan rumah utama. Namun Kei hanya menghentikan mobilnya di depan pagar utama.
“kita bisa melalui ini semua, Kei”
Perlahan, mobil Kei mulai memasuki halaman rumah utama yang luas itu. Penjaga depan hanya mengangguk memberi hormat karena memang sudah hafal dengan mobil Kei. Setelah sampai di lobi, mereka turun. Seseorang membukakan pintu mobilnya.
“apakah... papa ada di dalam?”
“iya, Tuan Yamada Yasuo ada di kamar”
“trimakasih”
Dengan menggandeng Emily, Kei segera menuju lantai atas ke kamar Yamada Yasuo. Dengan agak ragu, ia melangkah memasuki kamar yang juga besar itu. Ia melihat papanya sedang duduk di kursinya sambil menatap keluar jendela. Sendirian.
Kei melangkah sendirian menghampiri papanya sedangkan Emily masih hanya berdiri di ambang pintu. Perlahan Kei menyentuh pundak papanya. Yamada Yasuo segera menoleh.
“K-Kei...? Kau datang?”
Kei hanya mengangguk dan berlutut di depan papanya. Sejenak mereka hanya saling berpandangan.
“trimakasih. Trimakasih kau mau datang mengunjungiku, Kei-chan”
Kei lalu memeluk papanya. Tak terasa Yamada Yasuo menangis.
“aku merindukanmu, Kei. Sangat. Aku menyayangimu. Tak pernah putus aku memikirkanmu. Kau tetap anakku apapun yang terjadi”
Emily juga ikut terharu melihat pemandangan yang ada di depannya itu.
“kau tak akan pergi lagi, kan? Kau tak akan meninggalkan aku lagi, kan?”
Kei hanya menggeleng.
“maafkan aku, pa. Aku selama ini terlalu egois. Lebih mementingkan egoku sendiri tanpa pernah memikirkan perasaanmu. Kaulah yang telah membuatku seperti sekarang ini. Hanya kau yang kutahu sebagai keluargaku. Hanya keluarga Yamada yang selama ini aku kenal sebagai nama keluargaku, tidak yang lainnya. Aku tidak perduli walaupun sebenarnya aku bukanlah anakmu, kau tetap papaku. Walaupun sampai dengan hari ini aku tidak tahu siapa keluargaku yang sebenarnya, tapi aku tetap menghormatimu. Maafkan aku, pa”
Yamada Yasuo membelai rambut Kei.
“jangan pernah lagi kau pergi dari sini, Kei-chan”
“tentu”
Yamada Yasuo menoleh kepada Emily.
“kau juga datang bersama Emily. Kemarilah, Emily”
Emily mendekati kedua pria itu.
“apa kabar, Emily?”
“baik. Bagaimana kabar, papa?”
“aku merasa lebih baik. Dengan kalian sudah pulang saja, aku sudah merasa tidak pernah sakit”
“apakah ini obat yang dari dokter? Kata Oji-san kau tak pernah meminum obatmu. Apakah perlu kubantu?”
“hanya dengan kalian datang kesini saja, itu sudah menjadi obat untukku. Trimakasih”
Tiba-tiba dari arah pintu masuklah Ryuu.
“Emily? Kei? Kalian disini juga?”
“ya, kami datang kesini. Maaf telah membuat kalian repot karena sikap egoisku”
“tidak apa-apa. Ini bisa jadi pembelajaran untuk kita semua. Aku senang kau mau kembali kesini lagi, Kei-kun. Lihatlah, papamu sudah sembuh hanya dengan bertemu denganmu saja”
“ya, aku semakin yakin kalau kalian memang tulus. Maafkan aku”
Mereka melanjutkan obrolan mereka di meja makan sambil makan siang.
“apa yang membuatmu berubah pikiran, Kei-kun?”
“sewaktu kau bilang kalau papa sakit. Itu jelas mengusik pikiranku selama beberapa hari ini. Selama ini tak pernah sekalipun papa sakit. Jadi aku merasa bersalah karena telah menyebabkannya jatuh sakit. Dan juga... aku tahu kalau pekerjaanku yang kau ambil alih itu sangat berat. Dan kau hanya seorang diri mengurusnya sehingga mengabaikan perusahaan yang di Tokyo. Maafkan aku sekali lagi, Oji-san”
“apakah itu berarti... kau akan menjadi CEO Yamada Group lagi? Terus terang, kami tidak pernah pergi ke notaris seperti yang kau perintahkan kepada Mr. Malkovich itu. Jadi kapanpun kau kembali lagi, itu tak akan merubah apapun. Bagaimana menurutmu? Apakah kau sudah siap masuk ke gedung itu lagi?”
“kapanpun kalian meminta bantuanku, aku akan selalu siap”
“trimakasih, Kei-chan. Kau mau datang kembali kesini. Aku tak mau kau pergi lagi. Aku hanya ingin kau yang mengurusi perusahaan itu. Aku tidak perduli kepada yang lainnya. Memang, Koyamada adalah anakku. Dan aku sudah membuktikannya dengan tes DNA. Tapi itu tak mempengaruhi keputusanku untuk memberikan perusahaan itu untukmu. Aku sangat menyayangimu, Kei-chan. Dan untuk Koyamada, aku akan memikirkannya nanti. Terus terang ini sangat tiba-tiba sekali. Aku pun tidak tahu tentang hal ini. Sepertinya aku memang bukanlah ayah yang baik”
“pa, jangan kau pikirkan hal itu dulu. Yang penting jaga kesehatanmu. Itu yang terpenting. Aku bukanlah orang yang haus akan kekuasaan. Aku kembali karena aku ingin menunjukkan kepadamu kalau aku anak yang bisa diandalkan. Aku akan membuatmu bangga. Apakah perusahaan itu nantinya akan kau berikan kepada siapa, aku tak perduli. Aku hanya ingin memajukan perusahaan yang selama ini sudah kau rintis. Aku tak mau itu semua hancur hanya gara-gara sikap egoisku semata. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu sekarang ini”
“aku senang mendengarnya, Kei-kun. Begitu kau memegang Yamada Group lagi, aku yakin sekali kalau mereka akan berinvestasi lagi di perusahaanmu. Aku sudah mencoba untuk meyakinkan mereka tapi mereka tetap tidak mau kalau bukan kau. Hhh... dengan begini, aku bisa meninggalkan Amerika dengan tenang. Jadi, kapan kau akan bekerja lagi?”
“aku tak mau ia terburu-buru bekerja, Ryuu. Aku ingin menghabiskan waktu untuk berbincang dengannya dulu beberapa hari ini. Aku merindukannya. Karena setelah ia kembali bekerja, pasti ia akan sibuk dan tak ada waktu untuk berbincang santai denganku lagi. Aku benar kan, Kei-chan?”
“eh... y-ya, biasanya memang seperti itu, pa”
“aku yang sebagai istrinya saja kadang tak mendapatkan waktu banyak darinya. Hari-harinya selalu disibukkan masalah pekerjaan”
“bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu. Kalau kau membutuhkanku, kau harus mengatakannya kepadaku. Karena kalau kau diam saja, mana aku tahu? Aku benar, kan?”
Yasuo dan Ryuu hanya tertawa sedangkan Emily terlihat cemberut.
“berarti ada hikmah selama kalian pergi dari sini. Kalian bisa berdua saja tanpa diganggu urusan pekerjaan yang sangat menyita waktu. Apakah kau akan melarikan diri lagi, Kei-kun?”
“tentu saja tidak, Oji-san”
“kau harus lebih memperhatikan istrimu. Biasanya wanita yang sedang mengandung membutuhkan perhatian lebih. Walaupun ia tidak memintamu. Ingat itu, Kei-chan!”
“iya, iya, pa”
“kau tahu, Kei? Aku bahagia sekarang ini. Kau sudah kembali seperti dulu lagi”
Emily mencium Kei. Tiba-tiba ponsel Ryuu berbunyi.
“hallo. Ah... iya, trimakasih sudah mengingatkanku. Aku akan segera kesana”
Ryuu menyimpan kembali ponselnya.
“sepertinya aku harus ke kantor lagi. Aku sudah ada janji setelah makan siang. Apakah kau akan ikut aku, Kei-kun?”
“ah, tidak. Untuk beberapa hari ini aku ingin di rumah dulu. Aku belum ingin disibukkan dengan urusan pekerjaan”
“baiklah, aku pergi dulu”
Ryuu segera meninggalkan rumah itu dan menuju gedung Yamada Group di pusat kota Manhattan.

Sore itu, Kei sedang berada di beranda belakang lantai atas rumahnya sewaktu papanya memanggilnya.
“bisakah kau ikut denganku sebentar, Kei-chan?”
“iya, pa”
Kei mengikuti papanya menuju ruang kerja papanya itu. Yamada Yasuo duduk di kursinya dan membuka brankas yang ada di bawah mejanya. Kei duduk di kursi depan papanya. Yasuo mengeluarkan beberapa lembar kertas dan meletakkannya di atas mejanya.
“aku ingin kau membaca semua dokumen ini. Kalau kau sudah selesai, kau bisa memberitahuku”
“dokumen apa ini, pa?”
“ini tentang semua aset Yamada Group yang akan kuberikan kepadamu. Baca dan pelajarilah. Kalau kau sudah selesai, aku akan menghubungi notaris dan pengacara kita untuk memindahkan semua aset ini atas namamu”
“tapi... ini semua tidak perlu, pa. Bukankah kau sudah memberiku banyak hal?”
“itu hanya sebagian kecil saja. Bukankah aku sudah berjanji kepadamu bahwa kalau kau sudah menikah, maka aku akan memberikan semua asetku untukmu?”
“tapi bukankah...”
“apakah kamu masih berpikir tentang anak itu?”
“ya, aku merasa tidak berhak untuk ini semua. Aku pulang karena aku ingin membantu kalian untuk mengurus perusahaan itu. Aku juga kasihan dengan Oji-san yang bekerja sendirian akhir-akhir ini. Bukan untuk ini aku pulang”
“dan aku tidak perduli. Untuk anak itu, aku bisa memikirkannya nanti. Bawalah dokumen-dokumen ini, oke?”
Yamada Yasuo berdiri dan menepuk bahu Kei, lalu meninggalkan Kei sendirian. Kei juga segera meninggalkan ruangan itu menuju ruang kerja pribadinya. Ia masih menimang-nimang beberapa lembar kertas berharga itu. Ia terkejut sewaktu tiba-tiba Emily memeluknya dari belakang.
“sepertinya kau sedang melamun. Apa yang kau lamunkan?”
“ah, bukan apa-apa”
“kulihat kau tadi dipanggil papa. Apakah masalah pekerjaan?”
“bukan. Tapi papa memberiku ini”
“apa ini? Coba kulihat. Kei, bukankah ini...”
“ya, kau juga tahu kalau itu dokumen penting, kan?”
“untuk apa papa memberikanmu ini semua?”
“papa bermaksud ingin memberikan itu semua untukku, juga menjadi atas namaku. Entahlah, aku bingung. Aku bukanlah keluarga mereka, tapi mengapa mereka memberikan semua aset Yamada Group untukku? Padahal mereka tahu kalau ada orang lain yang lebih pantas untuk menerima ini”
 “itu berarti, kau tak perlu meragukan mereka lagi. Walaupun ada kejadian seperti ini, sayang dan cinta mereka kepadamu tidak pernah berubah. Mereka tulus menyayangimu, Kei”
“ini semakin membuatku tak enak hati untuk menanyakan keberadaan keluargaku yang sebenarnya kepada mereka”
“bagaimana kalau kau tak perlu lagi menanyakan hal itu kepada mereka. Itu akan membuat mereka terluka. Lebih baik, kita cari bersama-sama tanpa melibatkan mereka. Aku akan membantumu”
“sampai sekarang aku juga tak tahu. Bagaimana bisa aku dulu bisa masuk ke keluarga ini? Apakah aku dulu memang sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi sehingga mereka mengadopsiku? Ataukah... aku dulu hidup di panti asuhan?”
“sekarang jangan kau pikirkan hal itu dulu. Kalau kau sudah bertemu keluargamu, kita bisa menanyakan hal itu langsung kepada mereka”
“ya, trimakasih. Kau tahu, kau berubah sekali semenjak kau menjadi istriku”
“berubah yang seperti apa?”
“kau lebih bijak dan pendiam, selalu menurut apa kataku”
“apakah aku dulu selalu membantahmu?”
“ternyata ada yang lupa kalau dulu ada seorang gadis yang selalu membullyku di sekolah. Bahkan sewaktu aku menjadi boss besarnya, tetap saja aku mendapatkan hal itu”
Emily hanya tertawa mendengarnya.
“kau tak perlu mengingatkanku. Aku menyesal telah berbuat seperti itu kepadamu. Hhh... sepertinya aku bukan karyawan yang baik, ya. Tapi aku juga heran, mengapa kau dulu tidak memecatku saja?”
“mungkin itulah yang menyebabkan aku menyukaimu. Mungkin kalau kau tak berbuat seperti itu terhadapku, sampai sekarang aku yakin kita tidak akan menikah”
“kau tak perlu bicara tentang hal itu lagi, Kei. Kau membuatku malu”
“kemarilah”
Kei menarik tangan Emily hingga Emily duduk di pangkuan Kei.
“kapan jadwalmu ke dokter? Aku akan mengantarmu”
“masih minggu depan. Tapi kau tak perlu khawatir. Aku bisa berangkat sendiri kalau misalnya minggu depan kau sudah sibuk dengan pekerjaanmu”
“tidak, aku akan mengantarmu. Ingatkan aku tentang jadwal itu. Oke?”
Kei lalu mencium Emily.
Pagi itu setelah sarapan, Yasuo dan Kei nampak pergi keluar. Emily mendekati Ryuu yang masih duduk di ruang keluarga lantai atas sambil membaca koran.
“Oji-san, bisakah aku bertanya sesuatu kepadamu?”
Ryuu menurunkan korannya,”katakanlah”
“sampai sekarang Kei masih penasaran siapa keluarganya. Apakah... aku boleh memberitahunya?”
“apakah kau sudah memberitahunya?” sahut Ryuu cepat.
“belum. Untuk itulah aku ingin bertanya kepadamu terlebih dahulu. Aku sepertinya merasa bersalah kepadanya. Tiap hari ia melamunkan hal ini. Dan aku merasa, kalau kita tidak memberitahukan hal ini kepadanya, kita telah berbuat yang tidak adil”
“sebaiknya kita tak perlu memberitahunya dulu. Aku akan cari waktu yang tepat, Emily”
“baiklah”
“ oya, tahukah kau kemana mereka tadi akan pergi?”
“aku tidak tahu. Mungkin hanya keluar sebentar karena sepertinya papa masih rindu dengan Kei”
“ya, padahal baru sebentar Kei meninggalkan rumah. Tapi sudah bisa membuat papanya seperti itu. Ia memang sangat menyayangi Kei. Dan karena masalah ini sudah selesai, sepertinya kami harus kembali lagi ke Tokyo”
“secepat itukah? Kapan rencana kalian pulang?”
“mungkin dalam beberapa hari ke depan. Sudah lama kami meninggalkan Tokyo. Jaga dirimu baik-baik. Aku titip Kei kepadamu. Kalau ada apa-apa lagi, jangan ragu untuk langsung menelponku”
“mengapa kau tak pernah mengajak bibi Akemi?”
“kau tahu sendiri kalau ia seorang wanita karir yang super sibuk. Untuk bertemu dengannya saja, aku harus tahu jadwalnya”
“sampai segitunya?”
“ya, dia jarang pulang ke Tokyo”
“bicara mengenai wanita karir, sepertinya kau dulunya ada hubungan dengan dokter Takahara, ya?”
“kau benar. Dia mantan kekasihku. Sayang sekali ia belum juga menikah sampai sekarang”
“mengapa kalian dulu berpisah. Eh, maaf kalau aku menanyakan hal yang terlalu pribadi”
“tidak apa-apa. Aku dan Kei mengalami nasib yang sama. Korban dari kekuasaan keluarga Yamada”
“maksudmu?”
“aku dan juga Kei harus mengikuti tradisi keluarga besar kami. Kami semua dijodohkan oleh ayah kami. Kalau tidak, tahu sendiri akibatnya. Mereka pasti akan melenyapkan hal-hal yang akan menghalangi perjodohan itu. Dan aku pun menikah dengan Akemi. Dan Kei menikah dengan Harumi, waktu itu. Tapi aku senang, akhirnya Kei bisa menikah denganmu. Karena sebenarnya dari dulu Kei sangat menginginkamu untuk menjadi istrinya”
“ya, aku tahu cerita itu dari Kei. Apakah kau masih mencintai dokter Takahara?”
Ryuu hanya tersenyum dan beranjak dari duduknya.
“hari sudah semakin siang, aku akan ke kantor sekarang, Emily. Jaga dirimu baik-baik”
Ryuu segera turun ke bawah untuk pergi ke kantor pusat Yamada Group.
“ya, kau masih mencintai dokter Takahara, Oji-san,” ucap Emily lirih.

Pagi itu, Yasuo, Ryuu dan Kei berangkat ke kantor bersama-sama. Sewaktu sampai di lobi, semua orang yang berpapasan mengangguk dengan hormat. Mereka lalu ke lantai paling atas, ke kantor Kei. Nishida yang memang mengetahui yang sesungguhnya juga heran melihat Kei yang datang lagi ke kantor.
“Yamada-san? Eh... s-selamat pagi”
“selamat pagi, Nishida-san”
“apakah kau...”
“ya, aku kembali lagi”
“aku ikut senang, Yamada-san”
“kalau kau melihat Mr. Malkovich, tolong sampaikan aku sudah menunggunya di kantorku”
“ya, tentu”
Kei masuk ke kantornya mengikuti Yasuo dan Ryuu yang memang sudah masuk sedari tadi.
“kantormu masih seperti yang dulu. Kami tidak mengubah apapun”
“ya, sepertinya sudah lama sekali aku tidak masuk kesini. Sepertinya aku harus membiasakan diri lagi dengan segala rutinitasnya yang melelahkan”
“aku akan bilang pada sekretarismu untuk memangkas jadwalmu yang padat itu. Kau tak bisa meninggalkan istrimu di rumah sendirian. Takutnya terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Apalagi sekarang ia sedang hamil”
“papa tak perlu repot-repot. Aku nanti yang akan bilang kepadanya”
“aku tidak percaya kepadamu, Kei”
Lalu datanglah Mr. Malkovich yang juga ikut duduk di sofa yang ada di tengah kantor.
“terus terang aku tadi terkejut sewaktu Nishida mengabarkan kepadaku bahwa kau masuk kerja lagi, Yamada-san. Aku ikut senang mengetahui hal ini lagi. Selamat datang kembali”
“ya, mereka berdua yang membuatku kembali lagi kesini”
“selama kau tidak ada, banyak kekacauan disini. Banyak investor yang mengundurkan diri maupun membatalkan kontraknya secara sepihak. Mereka tidak percaya kalau tidak denganmu sendiri. Aku dan pamanmu sampai kewalahan”
“aku tidak bohong kan, Kei-kun?”
“yah... aku minta maaf. Saatnya aku yang akan membereskan semua masalah ini. Karena papaku dan Oji-san akan kembali ke Tokyo sore ini”
“oya? Mengapa cepat sekali kalian pulang?”
“sudah ada Kei, jadi kami tidak perlu cemas meninggalkan perusahaan. Lagipula, sudah terlalu lama kami meninggalkan Tokyo. Aku tak mau perusahaan yang di Tokyo ikut-ikutan ada masalah”
“ah, ya. Tentu saja. Oya, maafkan aku, Yamada-san. Waktu kau menyuruhku untuk ke notaris waktu itu, aku tidak melakukannya. Jadi, semuanya masih atas namamu. Itu karena... papamu yang melarangku”
“ya, itu aku juga sudah tahu. Sepertinya aku juga harus berterimakasih kepada kalian. Dan juga aku minta maaf. Karena keegoisanku yang sesaat, telah merepotkan kalian semua. Maafkan aku”
“sudahlah. Yang penting semuanya sudah kembali lagi. Aku titip perusahaan ini kepadamu, Kei-chan. Jangan kecewakan aku lagi”
“siap, pa!”
“dan untungnya juga hanya aku dan Nishida yang tahu bahwa kau kemarin sebenarnya mengundurkan diri. Tapi karyawan yang lain tahunya kau hanya cuti panjang. Itu juga atas perintah papamu. Takutnya kalau terjadi keributan di dalam perusahaan ini. Itu jelas mengganggu kinerja mereka”
“benarkah itu, pa? Sebegitu yakinnya kau bahwa aku akan kembali kesini lagi?”
“ya, aku yakin sekali, Kei-chan”
“dia tak pernah ragu akan dirimu, Kei-kun”
Mereka hanya menghabiskan waktu di kantor sampai siang saja. Karena sorenya Yasuo dan Ryuu harus ke bandara untuk kembali ke Tokyo lagi. Emily dan Kei mengantarnya sampai bandara.
“kami pergi dulu, Kei-chan. Jaga istrimu baik-baik”
“tentu, pa”
“aku juga tak mau mendengar berita kalau kamu lari lagi, Kei-kun”
“kau bisa mempercayaiku, Oji-san”
Setelah Yasuo dan Ryuu masuk ke bandara, Emily dan Kei juga langsung pulang ke rumah mereka di Manhattan.

Hari-hari selanjutnya sudah bisa ditebak. Kei pun sibuk dengan pekerjaannya lagi. Berangkat pagi-pagi sekali dan pulang pun larut malam.
Pagi itu, Emily sedang menyiapkan sarapan untuk Kei.
“selamat pagi, Kei. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu”
“bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu. Kau tak perlu repot-repot seperti ini”
“kau suamiku. Jadi aku yang akan melayanimu, bukan yang lainnya”
“oke, oke”
Mereka segera makan pagi bersama.
“apakah kau nanti pulang malam lagi?”
“sepertinya begitu. Apakah kau memerlukan sesuatu?”
“tidak. Aku hanya ingin mengingatkanmu saja. Kau terlalu workaholic. Ingat pesan papa. Bukankah kau harus memangkas beberapa jadwal kerjamu?”
“aku harus membereskan semua masalah yang aku timbulkan selama aku pergi. Kalau itu belum selesai, aku belum bisa duduk manis. Ini bentuk dari tanggung jawabku”
“terserah kaulah”
“hei, kau marah, ya? Aku minta maaf. Tapi janji, setelah ini selesai aku akan selalu ada waktu untukmu”
“bukan seperti itu juga, Kei. Aku hanya ingin kau juga menjaga kesehatanmu. Bukan gila kerja seperti ini!”
Kei tak menggubris apa kata Emily. Ia sibuk dengan sarapannya.
“aku sudah selesai. Aku pergi dulu, sayang. Karena jam 8 nanti aku ada meeting penting”
“tapi...”
Setelah mencium Emily, Kei langsung menuju lobi. Sebuah mobil sudah menunggunya. Emily hanya mendesah perlahan dan tak jadi menghabiskan makan paginya. Lalu ponselnya berbunyi.
“hai, Emily. Apa kabar?”
“hai, Anna. Kabarku baik. Ada apa? Tumben kau menelponku”
“hanya untuk sekedar memastikan kalau kau baik-baik saja. Bagaimana kabar suamimu?”
“dia sudah beraktifitas seperti biasa. Dan kau tahu, dia semakin gila kerja. Aku tak bisa mengontrolnya lagi, Anna! Aku hanya memikirkan tentang kesehatannya. Dia juga baru saja pulih dari sakitnya”
“dalam waktu dekat aku akan ke Manhattan. Aku yang akan bilang kepada si brengsek itu, Emily!”
“emmm... sebaiknya tidak perlu, trimakasih. Aku akan mengatakan sendiri kepadanya”
“kau selalu melarangku setiap kali aku ingin membicarakan masalah ini kepadanya”
“aku tak mau ada ribut-ribut antara kau dengannya. Apakah kau akan liburan disini?”
“ya, begitulah. Mungkin aku akan datang dengan Danny”
“bukankah ia sedang berada di Malaysia?”
“ia sudah pulang beberapa hari yang lalu. Ia ikut sedih mendengar cerita tentang kalian, terutama Kei. Itulah mengapa ia mengajakku untuk ke Manhattan mengunjungi kalian. Oya, juga untuk membawakan beberapa barang kalian yang masih ada di apartemen Danny”
“ah, iya. Aku belum sempat mengambilnya. Trimakasih, Anna”
“baiklah, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik, Emily”
“thanx”

Suatu siang, Emily sudah siap di ruang keluarga.
“taksi sudah siap, Mrs. Yamada”
“ya, trimakasih”
Emily segera turun ke lobi. Taxi bergerak perlahan menuju pusat kota Manhattan. Setelah sampai di gedung Yamada taksi berhenti. Emily segera menuju lantai paling atas. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menyapanya dengan hangat dan hormat. Ia berhenti di depan meja Nishida yang ada di depan kantor Kei yang tertutup rapat.
“selamat siang, Nishida”
“selamat siang. Eh, tumben anda kemari. Apakah anda mencari Yamada-san?”
“iya, apakah ia ada?”
“ada dan sepertinya sedang mendiskusikan hal yang serius dengan direktur keuangan”
“serius? Tentang apa?”
“entahlah. Tapi beberapa hari terakhir ini Yamada-san sedang dalam kondisi yang kurang baik, menurutku. Eh, maaf...”
“tidak apa-apa. Kau bisa bercerita kepadaku”
“mungkin ini ada hubungannya dengan perusahaan yang di Korea. Tapi aku tak tahu detilnya, maaf. Yamada-san sering  marah-marah tak jelas”
“dia tidak pernah bercerita tentang urusan pekerjaan kepadaku. Tapi aku nanti bisa bicara dengannya”
“sebaiknya jangan. Aku tak mau kena marah olehnya lagi”
“kau tak perlu khawatir”
Pintu kantor Kei dibuka dari dalam lalu keluarlah direktur keuangan dengan wajah lesu.
“eh, selamat siang, Mrs. Yamada”
“selamat siang, Mr. Wayne. Apa kabar?”
“baik”
“Emily? Apa yang sedang kau lakukan disini?”
Kei tiba-tiba muncul di antara mereka.
“eh, aku...”
“sebaiknya aku permisi dulu”
“ya. Tentu, Mr. Wayne”
Kei mengajak Emily untuk masuk ke kantornya dan menutup pintunya lagi. Emily duduk di sofa diikuti Kei yang nampak penat dan lelah itu.
“tumben kau kemari. Apakah ada sesuatu yang kau perlukan?”
“tidak. Aku baru ingat kalau hari ini adalah jadwal aku ke dokter. Bukankah dulu kau pernah mengatakannya kepadaku kalau aku HARUS memberitahumu tentang hal ini?”
“ah, iya. Kau benar”
“tapi sepertinya kau sedang sibuk sekali. Apakah ada masalah?”
Kei hanya menatap Emily,”aku sudah memberitahumu waktu itu, kan? Aku tidak mau membicarakan masalah pekerjaan denganmu. Kau istriku, bukan karyawanku. Aku tak mau kau ikut terbebani dengan memikirkan hal-hal yang menyangkut pekerjaan”
“oke, oke. Aku hanya tak mau kau marah-marah kepada karyawanmu. Itu bisa membuat mereka tertekan. Aku pernah mengalaminya, Kei. Kau sangat menakutkan kalau kau sedang bad mood”
Kei hanya tersenyum kecil lalu merengkuh bahu Emily.
“jam berapa kita berangkat ke dokter?”
“sebentar lagi. Tapi kalau kau masih ada pekerjaan, aku bisa naik taksi”
“kau jadi mengingatkanku untuk mencarikan seorang driver untukmu”
“aku tidak pernah kemana-mana. Bukankah setiap kali aku pergi aku selalu bersamamu?”
“hanya untuk berjaga-jaga saja. Seperti kali ini, kau kesini dengan naik taksi, kan? Sebaiknya kita berangkat sekarang saja. Setelah dari sana, kita bisa makan siang bersama. Sudah lama aku tidak makan siang denganmu”
Mereka lalu keluar dari lantor Kei.
“kami pergi dulu, Nishida-san”
“tentu, Mrs. Yamada”
Tanpa ditemani sopirnya, Kei mengantar Emily ke dokter untuk pemeriksaan rutin. Setelah itu mereka makan siang bersama.
“Kei, aku ingin meminta sesuatu darimu”
“katakanlah”
Nampak Kei menikmati makan siangnya kali ini. Emily hanya menatapnya dan Kei pun menghentikan makannya karena merasa diperhatikan oleh Emily.
“ada apa? Katakanlah. Maaf, aku lapar sekali”
Emily hanya tertawa tertahan.
“bukankah setelah kita menikah kau akan membawaku ke Tokyo lagi?”
“ah, iya. Tapi sepertinya belum bisa dalam waktu dekat ini. Aku akan meminta Nishida untuk mengosongkan jadwalku untuk beberapa hari”
“emmm... sebenarnya aku ingin tinggal lama disana”
“maksudmu?”
“kalau kau mengijinkan, sebenarnya aku ingin melahirkan disana”
Kei mendekatkan wajahnya kepada Emily dan menatapnya lekat-lekat.
“mengapa kau punya pikiran seperti itu?”
“aku ingin anakku lahir disana. Bukankah kita juga lahir disana? Eh, itupun kalau kau bersedia”
“pekerjaanku ada disini, sayang”
“aku tahu. Bukankah aku bisa tinggal dengan papa?”
“kau tinggal di Tokyo sedangkan aku tinggal di Manhattan?”
“ya, tidak masalah, kan?”
“bukan aku yang menjadi masalah disini. Tapi kamu. Aku tidak bisa mengawasimu setiap waktu. Kau sedang hamil, Emily!”
“aku tahu, tapi kau tak perlu khawatir. Bukankah ada papa? Mungkin dengan begini, kau bisa lebih fokus dengan pekerjaanmu. Tapi, maaf. Aku mendengar dari Nishida kalau kau sedang ada masalah dengan perusahaan yang ada di Korea”
“Nishida?”
“tolong jangan kau marahi dia. Dari dulu aku sudah tahu kalau perusahaan yang di Korea itu selalu bermasalah. Sementara aku tinggal di Tokyo, kau bisa dengan tenang menyelesaikan masalah itu”
Kei menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya dan diam sejenak.
“kau benar. Saat ini aku sedang sibuk mengurusi masalah ini. Dan masalahnya sama seperti yang di London. Mungkin aku akan mengirim Ryunosuke untuk pergi ke Korea. Pertimbanganku, dia berhasil mengatasi masalah yang di London itu. Sepertinya kedua perusahaan itu kurang begitu ketat tentang anggaran. Aku ingin Ryunosuke mengaudit perusahaan itu”
“benarkah yang di London sudah beres? Aku tidak mengetahui hal itu”
“I told you. Aku tidak membicarakan masalah pekerjaan denganmu”
“jadi... bolehkah aku tinggal di Tokyo?”
“akan aku pikirkan lagi. Sekarang selesaikanlah makanmu. Aku harus segera ke kantor lagi. Aku sudah ada janji dengan seseorang”
Setelah selesai makan siang, Kei mengantar Emily pulang.
“jaga dirimu baik-baik. Aku nanti pulang larut malam, jadi kau tak perlu menungguku”
“ya. Dan tentang permintaanku tadi... tolong kau pikirkan baik-baik, ya”
“tentu. Dan kalaupun aku nantinya menyetujuinya, kau tetap harus menanyakan hal itu kepada doktermu”
“kau tak perlu khawatir tentang hal itu. Trimakasih, Kei”
Setelah mencium Emily, Kei segera kembali ke kantornya lagi.

Sore itu sebelum pulang kantor, Nishida masuk ke kantor Kei dengan membawa selembar kertas yang harus ditandatangani oleh Kei. Ia melihat Kei masih sibuk dengan pekerjaannya.
“maaf, Yamada-san. Ini ada beberapa hal yang harus kau tanda tangani”
“apa ini?”
“surat tugas untuk Ryunosuke Kamiki. Bukankah kau memintaku untuk membuatkan surat tugas ini untuknya untuk mengaudit perusahaan yang di Korea itu?”
“ya, trimakasih”
Kei segera menandatangani surat itu.
“kalau ia besok sudah tiba disini, aku ingin bicara dengannya dulu. Banyak hal yang harus kurundingkan dengannya. Dan satu lagi. Aku ingin kau mengosongkan jadwalku untuk bulan depan sekitar seminggu. Aku harus pulang ke Tokyo”
“tentu. Apakah ada hal yang lainnya?”
“tidak, trimakasih. Kalau sudah tidak ada hal yang perlu dikerjakan kau boleh pulang sekarang”
“baiklah, aku permisi dulu”
Kei tenggelam lagi dengan kesibukannya.