Sabtu, 01 Agustus 2015

MY SAKURA (bagian 11)



Sebelum jam makan siang, ponsel Emily berbunyi.
“ada apa, Anna?”
“aku sudah berada di Manhattan. Bisakah kita makan siang bersama?”
“mengapa kau tidak mengabari aku dulu? Tentu saja aku bisa. Bolehkah aku mengajak Ryunosuke?”
“boleh, aku juga mengajak temanku. Dimana kita bisa makan siang?”
“di tempat makan kita yang biasanya saja. Aku akan ada disana sekitar mmm… 15 menit lagi”
“baiklah, kutunggu kau disana. Bye!”
Dengan terburu-buru, Emily menuju meja Ryunosuke yang ada di sebelah ruangan.
“kau sudah selesai?”
“sudah, kita bisa makan siang sekarang”
Emily segera menyeret tangan Ryunosuke.
“ada apa, Emily?”
“aku ada janji makan siang dengan Anna. Kebetulan sekarang dia ada di kota ini. Ayo, cepat!”
Mereka segera naik ke lift yang membawa mereka turun. Setelah sampai di bawah, Emily masih terus menyeret Ryunosuke menyusuri lorong-lorong kantor. Namun mendadak berhenti dan bersembunyi di balik tembok. Hampir saja Ryunosuke menabrak Emily.
“Emily, bisakah kita pelan-pelan saja? Ada apa?”
“sssttt… “
Emily memperhatikan ruangan yang ada di depannya. Setelah itu…
“ayo, sudah aman sekarang”
“kamu bersembunyi dari siapa?”
“tentu saja dari boss besar kamu itu. Untung saja aku melihatnya jadi kita bisa bersembunyi”
“hhh… maksudmu Yamada Kei?”
“siapa lagi?”
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di trotoar yang menuju restoran yang sudah disepakati.


“hai, Anna. Apa kabar? Maaf sudah membuatmu menunggu”
“baik. Apa kabar, Ryunosuke? Apakah kau masih ingat denganku?”
“tentu saja, Anna. Aku masih ingat denganmu”
“oya, kenalkan. Aku kesini dengan teman kampusku. Ryunosuke, Emily, ini temanku, Danny Wang. Danny, ini teman-temanku disini, Ryunosuke dan Emily”
“senang berkenalan dengan kalian”
“ya, kami juga senang berkenalan denganmu”
“bagaimana dengan sekolahmu, Emily?”
“hhh… sudah agak lama juga aku tidak masuk. Yah… agak terbengkalai. Aku harus mengatur jadwal dengan sebaik mungkin. Kau sudah tahu kalau aku juga harus bekerja part time”
“jangan terlalu terlena dengan pekerjaanmu. Sekolahmu yang terpenting”
“iya, kau tak perlu khawatir”
“permisi sebentar, aku harus ke toilet”
“ya, tentu saja”
Danny segera pergi ke toilet. Di depan cermin toilet yang besar ia menelpon seseorang.
“ada apa, Danny?”
“kau tahu sekarang aku sedang makan siang dengan siapa?”
“siapa? Apakah itu juga penting untukku?”
“tentu saja. Aku sedang makan siang dengan Emily dan karyawanmu itu”
“Emily? Maksudmu Emily Grey?”
“tentu saja”
“how come?”
“sebenarnya aku mengantar Anna kesini. Sewaktu dia bilang akan bertemu Emily, aku putuskan aku akan mengantarnya. Agar aku bisa bertemu Emily. Dan benar katamu, Emily sangat cantik. Pantas kau tak bisa melupakannya”
Yamada Kei hanya terdiam.
“Yamada? Kau masih disana?”
“emh… i-iya. Aku masih disini”
“apakah kau melamun?”
“tidak, hanya saja…”
“maaf kalau aku membuatmu memikirkan dia lagi. Aku hanya penasaran saja dengan wajah Emily yang bisa membuatmu seperti itu. Terus terang saja, aku belum pernah melihatmu seperti ini. Dulu kau orang yang kuat. Tapi sekarang? Oya, Emily datang dengan Ryunosuke. Kau pasti sudah tahu tentang dia. Aku harus menutup telpon ini. Aku akan bergabung dengan mereka lagi”
“ya. Thanx, Danny”
Sementara itu di meja makan…
“apa benar Danny tadi hanya teman kampusmu?”
“sebenarnya… semalam dia mengatakan kepadaku kalau dia menyukaiku”
“trus? Bagaimana tanggapanmu?”
“terus terang, sejak pertama kali kami bertemu aku sudah menyukainya. Dan kalau kau kuberitahu info yang satu ini, kau pasti akan terkejut”
“info apa?
“dia sahabat si brengsek itu, sahabat dekat sampai sekarang”
“sahabat Kei? Apakah dia tahu kalau aku bekerja di perusahaannya? Aduh, bagaimana ini?”
“tenang saja. Dia tidak tahu tentang itu”
“jangan bercerita apapun tentang aku ke dia. Takutnya dia hanya ingin mengorek sesuatu tentang aku”
“kau tidak perlu khawatir, Emily. Aku tahu mana yang harus kubicarakan dan mana yang tidak”
“Ryunosuke sudah kembali. Jangan bicara apapun tentang hal ini juga”
Ryunosuke yang sudah selesai menerima telpon, segera duduk di samping Emily kembali.
“mengapa kalian belum juga makan?”
“kami masih menunggu Danny. Nah, itu dia!”
“maaf, aku terlalu lama”
“tidak apa-apa. Ayo, kita makan sekarang. Aku sudah kelaparan!”

Yamada Kei hanya terdiam memandang gedung-gedung tinggi yang ada di depannya lewat jendela kantornya yang besar. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia terkejut.
“ada apa, Harumi?”
“bukankah hari ini kita ada janji makan siang? Apakah kau sudah lupa?”
“oh, maafkan aku. Kalau kau tidak mengingatkanku, aku pasti lupa. Aku pulang sekarang, Harumi. Bye!”
Buru-buru Kei menyambar kunci mobilnya dan turun ke lobi. Tanpa ditemani seorang sopir, ia segera pulang ke rumahnya dan langsung menuju ruang makan. Ia melihat Harumi sedang menata meja makan.
“ah, kau sudah datang, Kei?”
Harumi menghampiri Kei, lalu memeluk dan menciumnya.
“ada apa? Sepertinya kau tidak begitu bersemangat hari ini. Apakah pekerjaanmu banyak sekali?”
“yah, begitulah”
“aku sudah memasak makanan kesukaanmu”
“tidak biasanya kau menuntutku untuk makan siang di rumah. Ada apa?”
“sebaiknya kita makan siang sekarang. Aku tahu kau sudah lapar karena tadi pagi kau tidak mau makan pagi. Biar kuambilkan untuk makan siangmu”
“ya, trimakasih”
Mereka segera makan siang bersama. Namun, Yamada Kei lebih banyak diam.
“ada apa, Kei? Hari ini kau lebih banyak melamun. Apakah ada yang kau pikirkan?”
“ah, tidak. Hanya ada sedikit pekerjaan yang belum aku selesaikan dan itu agak menggangguku. Kau tak perlu khawatir. Aku tidak apa-apa”
“baguslah, kalau seperti itu. Tunggu sebentar”
Harumi masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian, ia sudah kembali lagi dengan sebuah amplop putih di tangannya. Ia mendekati Kei dan memeluknya dari belakang.
“ini untukmu”
“apa ini?”
“bukalah, kau pasti akan segera tahu”
Kei membukanya perlahan dan membaca isinya. Keningnya berkerut dan menatap Harumi penuh selidik.
“apa maksud semua ini? Ehm, m-maksudku…”
“apa yang tertera disitu benar adanya, Kei. Kau akan segera menjadi seorang ayah”
“kau… hamil?”
Harumi mengangguk. Namun ia melihat Kei hanya diam saja tanpa ekspresi. Ia mendekatinya.
“ada apa, Kei? Kau tidak menyukainya?”
“b-bukan begitu. Ini mendadak sekali. Maksudku… aku tidak menyangka akan secepat ini”
“bukankah kau yang bilang kalau keluargamu ingin sekali kita segera mempunyai keturunan untuk melanjutkan keluarga Yamada?”
“i-iya, aku senang sekali. Trimakasih, Harumi”
Kei memeluk Harumi dan menciumnya.
“mungkin aku hanya belum terbiasa saja. Maafkan aku”
Harumi kembali duduk di dekat Kei.
“kapan kau mengetahui akan hal itu?”
“beberapa hari yang lalu”
“mengapa kau tidak memintaku untuk mengantarmu ke dokter?”
“aku ingin memberikan kejutan buatmu. Dan aku berhasil. Kau tahu, Kei? Aku senang sekali dengan kehamilanku ini. Aku bisa memenuhi harapan keluargamu. Untuk meneruskan keluarga Yamada”
“ya, kau benar. Papa pasti senang sekali kalau mendengar berita ini. Aku nanti akan menelponnya. Lain kali kalau kau ingin pergi ke dokter, aku akan mengantarmu”
“kalau kau sedang tidak sibuk saja. Aku juga bisa pergi sendiri kok. Kau harus mengurusi perusahaanmu itu. Mereka lebih membutuhkanmu”
“kau tidak membutuhkanku lagi?”
“bukan begitu. Tapi aku bisa diantar sopir kan kalau hanya untuk ke dokter?”
“tapi aku ingin mengantarmu, Harumi”
“baiklah, aku akan menelponmu kalau waktunya tiba. Oya, aku ingin sekali pulang ke Jepang. Maksudku… kalau kau sedang tidak sibuk saja”
“apakah melakukan perjalanan jauh dengan usia kandunganmu yang masih sangat muda tidak apa-apa?”
“aku akan bertanya dulu kepada dokterku. Kalau memang misalnya tidak masalah, apakah kau mau?”
“aku tidak masalah. Bukankah sudah ada Mr. Malkovich?”
“thank you, Kei. Oya, ini sudah melewati jam makan siangmu. Bukankah kau harus kembali lagi ke kantor?”
“kau benar. Aku ada janji dengan Mr. Johnsson. Kau tahu kalau Ms. Andrews ingin mengundurkan diri. Jadi, aku memerlukan sekretaris baru. Katanya dia punya seseorang yang katanya cocok untuk kujadikan sekretarisku”
“mengapa dia mengundurkan diri?”
“dia harus mengikuti suaminya pindah kerja ke Mexico. Aku sebenarnya sudah sangat puas dengan kerjanya. Aku paling malas kalau harus beradaptasi dengan orang baru lagi. Aku harus menjelaskan apa-apa yang kumau lagi”
“sudahlah, tidak setiap hari juga, kan?”
“kau benar. Aku harus berangkat sekarang”
“ya, hati-hati”
Yamada Kei segera kembali ke kantornya. Ia melihat Mr. Johnsson sudah ada di depan kantornya berbincang dengan Mr. Mal kovich.
“kau sudah disini, Mr. Johnsson? Maaf, sudah membuatmu menunggu terlalu lama”
“aku baru saja datang lalu melihat Mr. Malkovich disini. Kami mengobrol sebentar”
“baiklah, silakan masuk. Apakah kau mau ikut juga, Mr. Malkovich?”
“ah… tidak, trimakasih. Aku masih ada beberapa pekerjaan yang menungguku”
Yamada Kei dan Mr. Johnsson segera masuk ke kantor Kei.
“silakan duduk, Mr. Johnsson”
Mereka duduk di sofa yang ada di tengah kantor Kei yang luas.
“bagaimana, Mr. Johnsson? Apakah kau sudah menemukan seorang sekretaris untukku?”
“antara sudah dan belum”
“maksudmu?”
“sebenarnya aku ada 2 orang kandidat. Yang 1 karyawan kita sendiri. Dia bekerja di lantai 2. Sebenarnya dia cocok jadi sekretarismu tapi sepertinya dia kurang begitu suka untuk berprofesi jadi seorang sekretaris”
“dia kerja di bagian apa?”
“bagian keuangan. Dia handal sekali. Tapi kita juga tidak bisa memaksa seseorang bekerja di tempat yang dia tidak suka, kan?”
“kau benar. Lalu yang satunya lagi, siapa dia?”
“dia berbakat juga menjadi sekretaris, karena itu memang cita-citanya sejak dulu. Tapi sayang sekali. Dia bukan karyawan kita. Dia disini hanya bekerja part time. Dia bekerja di departemenku”
“apakah kau mempunyai kandidat yang lainnya lagi?”
“sayangnya belum ada lagi. Bagaimana?”
“kita hanya mempunyai waktu sebulan. Kau sudah tahu kalau surat pengunduran diri berlaku sebulan setelah diajukan dan disetujui. Dalam waktu dekat, mungkin aku juga akan pergi ke Jepang. Kuharap sebelum itu sudah ada sekretaris pengganti. Tapi kalau misalnya belum ada juga, tidak apa-apa untuk sementara pegawai part time itu bisa kupinjam sebentar. Maksudku bukan menggantikan posisi Ms. Andrews. Tapi hanya sekedar membantuku saja”
“baiklah, apakah perlu kupanggilkan sekarang? Maksudku kalau kau ingin bertemu dengannya”
“jangan sekarang, aku masih banyak pekerjaan. Besok kalau aku sudah ada waktu, aku akan memberitahumu”
“baiklah kalau begitu, aku permisi dulu”
“thanx, Mr. Johnsson”

Suatu pagi sewaktu akan masuk ke kantornya, Yamada Kei mampir ke meja Ms. Andrews.
“good morning, Ms. Andrews”
“good morning, sir”
“tolong kau cek jadwalku sebulan ke depan. Aku berencana pulang ke Jepang. Kalau ada jadwal yang kosong sekitar seminggu, tolong pesankan tiket untukku dan istriku”
“baik, apakah ada yang lainnya?”
“tolong telponkan Mr. Johnsson. Tanyakan kepadanya apakah pegawai part time yang akan membantuku sudah ada hari ini? Aku ingin menemuinya sekarang kalau bisa”
“tentu, anything else?”
“sementara itu dulu, trimakasih”
Dengan terburu-buru Kei masuk ke ruangannya. Ia menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya yang empuk. Ponselnya kemudian berbunyi.
“bagaimana, sayang? Apakah jadwalmu ada yang kosong bulan ini?”
“aku baru saja menanyakan hal itu kepada sekretarisku. Kusuruh untuk segera pesan tiket begitu ada jadwalku yang kosong. Hhh… andai pesawat itu tidak dipakai papa, kita bisa memakainya. Jadi kau tidak perlu repot-repot”
“tidak apa-apa. Baiklah, kalau nanti sudah ada kabar segera kabari aku. I love you, Kei”
Tanpa membalas ucapan Harumi, Kei segera mematikan ponselnya. Ia terkejut sewaktu pintu kantornya  diketuk seseorang.
“ya, masuklah. Ada apa, Ms. Andrews?”
“Mr. Johnsson bilang kalau kau bisa bertemu dengan pegawai part time itu sekarang. Tapi, bukankah kita ada jadwal meeting untuk 15 menit lagi di ruang meeting lantai 3?”
“ah, iya. Kau benar. Kalau begitu setelah meeting kita saja aku akan menemuinya di ruang meeting lantai 3 itu. Beritahukan hal itu kepadanya. Aku akan siap-siap kesana”
Setelah persiapan selesai, Yamada Kei dan Ms. Andrews turun ke lantai 3 menuju ruang meeting. Ternyata mereka sudah ditunggu beberapa petinggi perusahaan tersebut.

Di kantin perusahaan…
“Mr. Johnsson mengatakan kepadaku kalau nanti setelah jam makan siang aku diminta ikut bersamanya”
“ada perlu apa?”
“entahlah. Sepertinya aku akan diperbantukan entah dimana dan untuk siapa. Katanya ada seorang sekretaris yang ingin mengundurkan diri. Jadi aku diminta untuk membantu pekerjaannya”
“ini kesempatanmu, Emily. Tunjukkan kepada mereka kalau kau mampu. Yah… siapa tahu mereka puas dengan pekerjaanmu dan akhirnya kau diangkat jadi pegawai tetap dan menjadi seorang sekretaris sesuai dengan impianmu selama ini. Iya, kan?”
“kau benar. Trimakasih, Ryunosuke. Seperti biasa kau selalu memberiku support. It means to me”
Setelah makan siang, Emily menemui Mr. Johnsson di kantornya.
“apakah aku boleh tahu siapa atasanku nantinya?”
“ini akan menjadi kejutan buatmu. Aku yakin sekali kau pasti bangga dengan siapa kau akan bekerja. Tunjukkan pekerjaan terbaikmu. Kalau atasanmu ini nanti menyukaimu, aku yakin bisa saja nanti kau akan diangkat menjadi pegawai tetap. Aku jamin”
“trimakasih. Terus terang saja aku masih penasaran dengan ini semua walaupun sekretaris adalah pekerjaan yang aku impikan selama ini. Tapi, aku tetap mengucapkan terimakasih untuk anda. Bisakah kita kesana sekarang?”
“tentu saja. Boss barumu menunggu kita di ruang meeting lantai 3. Ayo!”
Mereka segera menuju meeting room lantai 3. Perasaan Emily berkecamuk. Penasaran dengan siapa dia akan bekerja. Mr. Johnsson membuka sebuah ruangan yang tidak begitu besar.
“masuklah, Ms. Grey”
Mereka berdua masuk ke meeting room tersebut. Sepi. Rupanya meeting yang tadi sudah usai. Hanya terlihat seorang pria berpakaian rapi membelakangi mereka. Rupanya ia sedang menatap gedung-gedung tinggi yang ada di hadapannya lewat kaca jendela ruangan itu. Sehingga ia tidak menyadari kehadiran Emily dan Mr. Johnsson.



“selamat siang, Yamada-san”
Emily menoleh dengan cepat kepada Mr. Johnsson dan beralih kepada orang yang berdiri membelakangi mereka. Yamada Kei membalikkan badannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar