Grand Pacific Le
Daiba terletak di Odaiba, di seberang Rainbow Bridge dari pusat kota Tokyo. Hotel
ini menawarkan akomodasi yang mewah, 6 pilihan tempat bersantap, kolam renang
outdoor, dan sauna. Kamar-kamar yang luas di Odaiba Grand Pacific Hotel
menampilkan gaya Eropa yang elegan dan akses internet kabel gratis. Juga dapat
menikmati pemandangan Teluk Tokyo di kamar-kamar tertentu. Grand Pacific Le
Daiba Hotel ini terletak tepat di samping stasiun monorail Daiba, yang
menyediakan akses langsung ke area Shiodome dalam 13 menit. Tokyo Big Sight
Exhibition Centre berjarak 10 menit perjalanan naik monorel. Hotel ini
menawarkan layanan antar-jemput gratis ke Tokyo Disney Land. Terdapat beragam
toko di bawah hotel, berolahraga di Le Club Fitness Centre dengan biaya
tambahan, atau melihat-lihat karya seni di Art Gallery 21. Teppanyaki
Restaurant Hamayu dan Star Road Dining and Bar menawarkan pemandangan cakrawala
yang menakjubkan dari lantai 30. Tersedia juga restoran Sushi, masakan Cina,
serta beberapa bar dan kafe. Minato adalah pilihan tepat buat wisatawan yang
suka orang-orang yang ramah, kuliner, dan
budaya.
![]() |
Grand Pacific le Daiba, Tokyo |
Yamada menyiapkan
3 kamar. Untuk Mr. Grey dan Mrs. Grey, untuk Emily dan Anna, dan 1 lagi untuk
Danny. Yamada ikut ke kamar Emily membantu membereskan tas-tas yang dibawa
Emily dari Amerika.
“banyak sekali
yang kau bawa, Ms. Grey”
“siapa tahu aku
akan lama disini”
“tentu saja kau
akan lama disini”
“ehem...! Maaf,
sebaiknya aku permisi dulu. Aku harus menemui Danny. Permisi”
Anna meninggalkan
Emily dan Yamada. Lalu Emily mendekati Yamada dan memeluknya.
“kau tahu? Aku
sangat merindukanmu. Sepertinya sudah lama sekali kau pergi meninggalkan
Manhattan”
“aku pergi belum
ada seminggu, Ms. Grey”
“sama saja. Oya,
bagaimana persiapan pesta pernikahan kita? Sebenarnya aku ingin ikut serta
membantumu kalau kau tidak melarangku”
“tidak perlu.
Sudah banyak orang yang membantu. Kau dan keluargamu tinggal duduk manis saja.
Karena ini pesta kejutan untukmu”
“ya, bahkan untuk
gaunnya saja kau tak mau memperlihatkan kepadaku”
“ah, kau jadi
mengingatkanku untuk mengambil gaun itu”
“lihat? Kau tetap
butuh orang lain. Tidak semuanya bisa kau handle sendirian”
“tidak apa-apa.
Aku sudah terbiasa, Ms. Grey. Trimakasih karena kau sudah mau menikah denganku”
“sepertinya aku
yang harus berterimakasih kepadamu. Kau sudah melakukan banyak hal untuk kami.
Bukankah kau tadi bisa melihat bagaimana gembiranya orangtuaku sewaktu bisa
menginjakkan kaki mereka di tanah ini lagi? Trimakasih, Yamada”
Emily mencium
Yamada.
“oya, tadi Anna
bertanya kepadaku kemana kau akan membawaku untuk berbulan madu? Tapi kau tahu?
Aku tidak terlalu pusing memikirkan hal itu. Karena bisa menikah denganmu saja
sudah merupakan hal terindah dalam hidupku”
“itu pun rahasia,
Ms. Grey. Aku tak akan memberitahumu”
Yamada melihat ke
arah jam tangannya.
“sepertinya aku
harus pergi sekarang. Aku harus melihat gaun pengantinmu”
“bisakah aku ikut
bersamamu? Aku tak mau kau menyelesaikan semuanya seorang diri. Bukankah aku
juga harus mencobanya?”
“tapi bukankah
dulu kau juga pernah memberiku ukuran bajumu?”
“tetap aku harus
ikut, Yamada!”
“kau baru saja
datang, Ms. Grey”
“dan aku tidak
peduli!”
“hhh... baiklah
kalau kau memaksa. Ayolah”
Mereka berdua
segera menuju butik yang mengerjakan gaun pengantin mereka. Setelah sampai...
“selamat malam,
Yamada-san”
“selamat malam.
Apakah Takano-san ada? Maaf, aku belum membuat janji dengannya”
“kau beruntung
sekali, Yamada-san. Takano-san masih ada di kantornya. Duduklah sebentar, akan
aku panggilkan”
“trimakasih”
Emily dan Kei
duduk di ruang tamu.
“kuharap kau nanti
menyukainya, Ms. Grey. Tapi kalau ternyata kau tidak menyukainya, kita bisa
memesan gaun yang lainnya. Ia sudah membuatkan beberapa gaun untukmu. Kau bisa
memilihnya sesukamu”
“tapi bukankah kau
belum tahu aku menginginkan gaun yang seperti apa? Bagaimana kalau ternyata aku
tidak menyukai semuanya?”
“aku sudah tahu
seleramu dengan membaca sifatmu, Ms. Grey. Dan aku yakin kalau kau nanti akan
menyukainya”
“oh, kau sudah
datang, Yamada-san. Gaun itu sudah selesai kalau kau ingin mengambilnya
sekarang”
“tidak, kami ingin
mencobanya terlebih dulu”
“apakah ini...”
“perkenalkan. Ini
calon istriku, Emily Grey. Ms. Grey, ini Takano-san yang membuat gaunmu”
“senang bertemu
denganmu, Takano-san”
“aku juga. Kuharap
kau menyukai gaunmu. Masuklah, kita bisa mencobanya di dalam”
Setelah di dalam,
Emily mencoba gaun pengantinnya di sebuah ruangan. Setelah selesai, ia kembali
keluar dengan sudah memakai gaun itu. Tanpa berkedip, Yamada Kei menatap Emily.
“kau cantik
sekali, Emily”
“eh...
t-trimakasih”
“sungguh. Belum
pernah aku melihatmu seperti ini. Apakah kau menyukai gaunmu?”
“sangat.
Trimakasih, Yamada. Aku sangat menyukainya”
Lalu terdengarlah
suara ribut-ribut di depan.
“ada apa itu?”
“m-maaf,
Takano-san. Tapi di depan banyak sekali wartawan”
“wartawan? Untuk apa
mereka kemari?”
“eh... sebenarnya
mereka mencarimu, Yamada-san”
“aku? Kupikir
selama ini aku tidak ada sesuatu dengan mereka”
“sepertinya...
mereka ingin mewawancaraimu perihal pernikahanmu yang akan diadakan sebentar
lagi”
“tapi aku bukan
orang terkenal yang semua yang ada di diriku bisa mereka tanyakan”
“tapi...”
“... sebaiknya kau
menemui mereka dulu, Yamada. Kalau mereka ingin bertemu denganmu, berarti
mereka tertarik denganmu”
Yamada segera
keluar. Dan memang benar, banyak sekali wartawan yang ada di depan butik.
“Yamada-san wa, sore wa anata ga ni
kekkonshiki o kaisai shimasu hontodesuka? (Yamada-san, apakah benar kau akan
melangsungkan pernikahanmu yang kedua?)”
“anata no shorai
no tsuma wa bijinesu-kai karamodearu ka do ka? (apakah calon istri anda juga
dari kalangan pebisnis?”
“hidzuke wa
seikaku ni anata ga kekkon shite iru dono kurai? (tanggal berapa tepatnya
kalian akan menikah?)
“hokoku ni yoru
to, kekkon shita nochi, anata wa dai kazoku no koun Yamada no subete no shisan
o keisho suru tame ni kaishi sa remasu. Sore wa tadashidesuka? (kabarnya
setelah menikah, maka kau akan mulai mewarisi semua aset kekayaan keluarga
besar Yamada. Apakah itu benar?)”
“anata wa Amerika shimin ni narudarou ka?
Aruiwa, Nihon no kokumin ni naru anata no tsumedasu? (apakah kau akan menjadi
warga negara Amerika? Ataukah istrimu yang akan menjadi warga Jepang?)”
Yamada Kei yang
tidak pernah menghadapi wartawan nampak sangat bingung dan kikuk.
“doko ni ko no
subete o shitte imasu ka? Watashi wa geijutsuka ka nanika’ to iu kotode wa nai
yo... imi shimasu (darimana kalian tahu semua ini? Maksudku... aku bukanlah
artis atau apapun itu)”
“kagiri, anata wa Manhattan ni iru yo ni,
anata wa koko ni nyusu o shirimasen. Shikasi, wareware wa anata no shinpo,
tokuni saigo no sujitsukan (selama kau di Manhattan, kau memang tidak
mengetahui berita disini. Tapi kami mengikuti perkembanganmu terutama beberapa
hari terakhir ini)”
“watashitachiha, anata ga on’nanoko to butikku
ni haitte ita koto ga wakarimasu. Kare wa anata no hanayomedesu ka? (kami melihat
kau tadi masuk ke butik ini dengan seorang gadis. Apakah ia calon istrimu?)”
Yamada hanya bisa
terdiam sementara wartawan masih terus ribut bertanya ini dan itu. Yamada lalu
masuk kembali.
“ada apa, Yamada?”
“kau harus ikut
bersamaku. Kita selesaikan ini secepatnya”
Yamada menarik
tangan Emily dan kembali menemui beberapa wartawan yang sudah menunggu di depan
butik.
“hai,
watashitachiha tashika ni chikai shorai ni kekkon shiyou to shite imasu. Kore
wa watashi no mirai no tsuma, emiriguredesu. Sore wa kare ga Amerika no shimin
to mae no gakko no yujindearu jijitsudesu. Soshite, shimin no hen’i ni tsuite
wa, wareware wa sarani sore o setsumei shite imasen. Shikasi, machigainaku,
kekkon-go, watashitachiha Manhattan no wareware no shigoto no subete no tame ni
koko ni taizai shimasendeshita. Soshite, dai kazoku no koun Yamada no subete no
shisan o, watashi wa sore ijo kangaeru hitsuyo wa arimasen. Maide-yuti imadake
1. Yamada gurupu o susumemasu. Nokori ni tsuite wa, watashi wa saikoshido-sha
Yamada gurupu to shite chichi ni subete no mono o hoki. Ima, watashitachiha
saisho ni ikanakereba narimasen. Watashitachi wa mada oku no mono ga arimasu.
Arigato (ya, kami memang akan menikah dalam waktu dekat ini. Ini calon istriku,
Emily Grey. Memang benar ia warga negara Amerika dan dulunya merupakan teman
sekolahku. Dan tentang perpindahan warga negara, kami belum membicarakan hal
itu lebih jauh. Tapi yang pasti setelah menikah kami tidak tinggal disini
karena semua pekerjaan kami ada di Manhattan. Dan tentang semua aset kekayaan
keluarga besar Yamada, aku tidak perlu memikirkan lebih jauh. Tugasku sekarang
hanya satu. Memajukan Yamada Group. Untuk sisanya, aku menyerahkan semua hal
kepada papaku selaku pimpinan tertinggi Yamada Group. Sekarang kami harus masuk
dulu. Masih banyak hal yang harus kami kerjakan. Trimakasih)”
Yamada mengajak
Emily untuk masuk ke butik lagi. Banyak wartawan yang sebenarnya masih ingin
wawancara tapi di cegat oleh security di butik itu agar tidak masuk.
“what was that?”
“hhh... darimana
mereka tahu kalau aku kesini? Ini juga baru pertama kalinya mereka seperti ini”
“mungkin karena
kau pewaris Yamada Group, mungkin?”
“entahlah.
Sudahlah, kita selesaikan ini dulu. Kalau kau menyukai gaun itu, berarti kita
tidak perlu mengorder yang lainnya lagi. Untuk gaun pengiring pengantin, aku
sudah menyuruh mereka untuk mengirim ke hotel. Semoga tidak ada yang perlu
diubah. Jadi aku bisa mengurus yang lainnya lagi”
“kalau ada yang
perlu ditambahi bisa kami kerjakan sebelum hari H”
“bagaimana, Ms.
Grey?”
“seperti itu saja
sudah cukup. Trimakasih”
“baiklah. Tolong
gaun ini dan gaun pengiring yang sudah aku pesan dikirim ke hotel besok”
“tentu,
Yamada-san”
“kalau begitu kami
permisi dulu. Masih banyak hal yang harus aku kerjakan”
Setelah berganti
dengan bajunya lagi, Yamada mengajak Emily kembali ke mobilnya. Ternyata masih
banyak wartawan yang ada di depan dan mengejarnya. Tapi mereka segera
diselamatkan oleh security butik hingga tiba di mobil mereka.
“aku tak habis
pikir dengan mereka. Kemarin aku bisa bebas bepergian kemana pun aku suka”
“pernikahanmu yang
kemarin kalian lakukan dengan mendadak. Kalau tidak, mungkin waktu itu mereka
juga akan seperti ini. Eh, maaf kalau aku mengingatkanmu”
“ya, kau benar.
Kemarin mendadak sekali dan hanya keluarga terdekat yang menghadirinya”
Setelah semua
sudah siap dan melakukan gladi bersih, pernikahan Emily dan Yamada Kei
dilakukan di tepi Tokyo Bay di malam hari dengan konsep outdoor. Yamada Kei
memang sengaja tidak menggunakan adat Jepang karena menghormati keluarga Emily
yang sudah lama tinggal dan berkewarganegaraan Amerika. Kei dan Emily berdansa
diikuti tamu-tamu yang lain.
“sekarang kau
sudah menjadi istriku, Ms. Grey. Ehm... maksudku Mrs. Yamada”
“trimakasih untuk
itu. Kau membuat mimpiku menjadi nyata. Oya, darimana kau belajar berdansa?
Karena kupikir aku tak pernah melihatmu berdansa”
“memang. Aku
menyuruh Danny untuk mengajariku. Sudahlah, kau jangan mentertawakan aku
seperti itu”
“aku
menghargainya. Dan besok aku yang akan mengajarimu sendiri. Karena kami di
Amerika sering berdansa”
“aku mencintaimu,
Emily. Dan mulai sekarang, rupanya aku harus membiasakan diriku untuk
memanggilmu dengan nama itu”
Emily hanya
tersenyum dan mencium Kei. Setelah itu mereka mengobrol dengan beberapa teman
dan relasi. Banyak orang yang mengucapkan selamat kepada mereka.
“sekarang aku akan
menunggu kapan kau akan menikahi Anna, Danny”
“tentu, aku harus
lulus sekolahku dulu. Setelah itu aku harus mencari pekerjaan, barulah aku akan
menikahi gadis cantik ini. Kau akan sabar menungguku, kan?”
“tentu. Aku juga
tidak mau terburu-buru seperti Yamada dan Emily. Aku masih ingin menikmati
masa-masa mudaku lebih lama. Aku juga masih sibuk dengan sekolahku”
Lalu datanglah
Yamada Yasuo di antara mereka.
“selamat untuk
kalian berdua. Emily, selamat datang di keluarga besar Yamada. Sekarang kau
sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Aku senang melihat anakku bahagia
bersamamu, Emily”
“trimakasih, pa”
“dan untuk
kewarganegaraan, aku tidak akan memaksa kalian. Itu bisa kalian pikirkan
sendiri. Aku pun tidak masalah jika Kei-chan harus pindah dan menetap di
Manhattan. Karena ia sekarang memang bertanggung jawab penuh dengan perusahaan
itu”
“maksud papa?”
“bukankah aku
sudah memberitahumu. Kalau suatu saat kau menikah maka perusahaan dan semua
asetnya menjadi milikmu, Kei-chan”
“aku belum
memikirkan hal itu, pa. Itu bisa kita bicarakan nanti saja. Itu juga bukan
menjadi prioritasku”
“bagaimana, Emily?
Apakah kau menyukai pesta ini?”
“ya, aku menyukai
pesta yang seperti ini”
“ini adalah ide
Akemi. Ia yang menyusun pesta outdoor ini”
“aku harus
berterimakasih kepadanya”
“dimana Oji-san
dan bibi Akemi, pa?”
“mereka juga
mengundang beberapa relasi mereka. Jadi saat ini mereka sedang bersama mereka”
“trimakasih karena
telah mengijinkanku untuk menikahi Emily Grey, pa”
“aku pernah muda,
Kei-chan. Ryuu yang kemarin menyadarkanku bahwa kau bukan anak kecil lagi. Oya,
aku tinggal sebentar. Aku harus menemui Mr. Malkovich disana”
Ya, semua petinggi
Yamada Group yang ada di Manhattan datang ke Tokyo untuk menghadiri pesta
pernikahan boss besar mereka. Juga para pemimpin Yamada Group yang ada di
setiap cabang.
Pesta itu diadakan
sampai hari menjelang tengah malam. Waktu itu yang tersisa hanyalah teman-teman
dan kerabat dekat saja.
“hei, Yamada.
Mengapa kau masih disini? Bukankah ini malam pertama kalian? Apakah kalian akan
melewatkannya begitu saja?”
“tentu saja kami
tidak akan melewatkannya begitu saja, Danny. Aku benar, kan?”
Muka Emily
memerah.
“tidak, kami masih
punya banyak waktu. Kami tidak akan cepat-cepat pulang ke Amerika”
“kau cantik
sekali, Emily”
“trimakasih, Anna”
“aku berkata yang
sesungguhnya. Ditambah dengan gaunmu yang indah itu”
Emily menoleh
kepada Yamada,”dia yang mendesainnya”
“dia?”
“ya, dia sendiri
yang memesankan gaun ini untukku. Dan aku sangat menyukainya. Trimakasih, Kei”
“aku hanya
berbekal dari sifatmu. Aku mengatakannya kepada Takano-san, memberikannya
beberapa masukan dan... jadilah gaun ini”
Yamada Ryuu segera
menyeruak di antara mereka.
“Kei-kun, Emily.
Aku ikut senang dengan pernikahan kalian”
“trimakasih,
Oji-san”
“sebenarnya hal
ini yang sudah kunantikan sedari dulu. Aku menginginkanmu bahagia, Kei-kun. Dan
jangan lupa. Banyak wartawan yang menantimu di luar sana”
“tapi... hhh...
bisakah kalian mewakilkannya untukku?”
“tapi sayangnya
KAU yang dicari mereka”
“tapi aku bukanlah
orang terkenal yang harus masuk berita di televisi. Juga bukan seorang artis”
“sudahlah. Mereka
melakukan itu karena papamu adalah Yamada Yasuo. Kalau tidak, tidak mungkin
mereka akan memburumu”
“hhh... baiklah,
aku nanti akan menemui mereka”
“nikmatilah
ketenaranmu, Yamada. Hahaha...”
“stop it, Danny!”
Tak lama kemudian
Yamada Kei dan Emily segera menemui wartawan yang sedari tadi sudah berkumpul
menunggu mereka. Yamada yang lebih banyak menjawab pertanyaan karena memang
Emily tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
Pagi itu Emily
terbangun dari tidurnya. Ia melihat Yamada masih tidur dengan lelapnya di bawah
selimut tebalnya. Dengan masih agak malas, ia menuju kamar mandi. Setelah mandi
dan berpakaian rapi, Emily duduk di sofa yang ada di kamar pengantinnya sambil
melihat berita di TV. Ia tertegun. Berita tentang pernikahannya menjadi
headline news di TV-TV Jepang. Ia hanya bisa maklum. Karena yang menikah adalah
keturunan keluarga besar Yamada yang memang mempunyai pengaruh besar di Tokyo.
Yamada memeluknya
dari belakang sofa.
“selamat pagi,
Emily”
“kau
mengagetkanku, Kei”
“mengapa kau tidak
membangunkanku?”
“aku tak mau
mengganggu tidur nyenyakmu dan sebaiknya kau segera mandi lalu kita bisa
sarapan di bawah”
“apa kau tak mau
makan pagi disini saja?”
“tidak, aku ingin
di bawah dengan yang lainnya. Lebih ramai, kan?”
“baik, tunggu aku
sebentar”
Setelah mandi dan
sudah rapi, mereka segera pergi ke restoran yang ada di lantai bawah. Disana
mereka melihat Danny dan Anna yang juga sedang makan pagi. Ya, kamar pengantin
mereka memang jadi satu dengan tempat menginap keluarga Grey.
“hai, selamat
pagi”
“waaahh... ini dia
pengantin baru kita. Duduklah!”
“kau tahu dimana
papa dan mamaku, Anna?”
“sedari tadi aku
belum melihatnya”
“mungkin saja
orangtuamu masih kelelahan karena semalam mereka sampai larut sekali”
Mereka segera
makan pagi bersama.
“just tell me,
Yamada. Kemana kau akan mengajak Emily berbulan madu?”
“itu masih
rahasia, Danny”
“ya, kepadaku saja
ia tidak mau memberitahuku”
“katakan sekarang.
Yah... siapa tahu suatu saat kami juga bisa kesana”
“yang jelas tidak
keluar negri. Masih di Jepang saja”
“dan aku yakin
kalau tempat yang akan kau tuju adalah tempat yang masih alami. Iya, kan?”
“dari mana kamu
tahu, Emily?”
“sudah menjadi
ciri khas kamu. Selama ini setiap kali kau mengajakku bepergian, selalu tempat
yang seperti itu”
“oke kalau kalian
memaksa dan penasaran. Besok pagi kami akan terbang ke Wakkanai”
“Wakkanai?” kompak
antara Danny, Anna dan Emily bertanya bersama.
“dimana itu?”
“iya, baru sekali
ini aku mendengar nama itu”
“dari Haneda kita
bisa terbang ke Memanbetsu. Itu ada di Hokkaido. Yah... paling lama
perjalanannya 2 jam tidak ada. Dari sana kita bisa lewat jalan darat menuju
Wakkanai”
“kau membuatku
penasaran, Kei”
“itu salah satu
tujuanku, Emily. Kita bisa menginap di Wakkanai. Tapi itu bukan yang
terpenting. Karena yang terpenting aku ingin mengajakmu ke Rishiri dan Rebun
Island. Kalian tidak perlu bertanya-tanya lagi. Silahkan cari sendiri di
internet. Kalau kalian sudah melihatnya, aku jamin kalian ingin kesana”
“jam berapa
penerbangan kita?”
“kita take off jam
07:15 dan sampai disana jam 08:55”
“kau sudah
mempersiapkan segala sesuatunya sedetil itu?”
“tentu saja”
“dari dulu suamimu
ini memang orang yang perfeksionis, Emily. Aku sudah tidak kaget lagi”
Sementara itu,
jauh dari Tokyo, di Perfecture Chiba...
Seorang pria
sedang melihat tayangan televisi tentang pernikahan Yamada Kei dan Emily.
“hmmm... rupanya
kau tetap melangsungkan pernikahan itu. Untuk itu, kalian harus menerima
akibatnya! Aku akan mengejar kalian. Kalau perlu sampai ke ujung dunia pun akan
aku kejar!”
Keesokan harinya,
mereka semua mengantar Emily dan Kei ke Haneda.
“sebenarnya kami
tidak perlu diantar orang banyak seperti ini. Seperti orang penting saja”
“kau memang orang
penting, Yamada. Untung tidak ada wartawan di sekitar sini. Bisa-bisa mereka
ikut bulan madu kalian kesana”
Yamada dan Emily
hanya tersenyum.
“baiklah,
sepertinya kami harus masuk sekarang”
“ya, jangan sampai
kalian ketinggalan pesawat”
Di Wakkanai,
mereka menginap di Anna Crowne Plaza Wakkanai.
Sore itu mereka
sedang berjalan santai di tepi pantai yang ada di dekat hotel mereka.
“negrimu sangat indah,
Kei”
“bukankah ini juga
negrimu? Aku tak mau kau lupa akan asal-usulmu”
“maaf, aku selalu
lupa akan hal itu. Karena aku disini hanya sebentar saja”
“besok aku akan
mengajakmu ke Cape Noshappu dan Cape Soya. Aku juga sudah menyiapkan kendaraan
yang bisa kita pakai”
“apakah jauh dari
sini?”
“tidak, hanya
sekitar 10-40 menit berkendara. Dan aku yang akan mengendarainya sendiri karena
kita sudah tidak butuh sopir”
Emily menatap
Yamada Kei yang ada di hadapannya.
“mengapa kau
membungkus keromantisanmu dengan kesombongan dan keangkuhanmu, Kei?”
“aku orang yang
tidak pandai mengumbar keromantisan untuk orang banyak”
“sungguh, aku tidak tahu kalau ternyata kau
adalah seorang pria yang pandai wushu, egois di depan para karyawan tapi juga
romantis dan sangat takut jika kehilangan orang yang kau cintai”
“ya, aku sangat
takut kehilanganmu lagi”
Yamada memeluk
Emily sementara matahari mulai tenggelam dan meninggalkan bayangan oranye di
permukaan laut yang tenang.
Setelah sarapan
pagi, mereka segera menuju Cape Noshappu yang hanya 10 menit berkendara.
“lihatlah gunung
yang ada di tengah laut itu. Itu namanya Mt. Rishiri-fuji. Dan besok pagi aku
akan membawamu kesana. Seperti kataku sebelum kita berangkat kemarin.
Sebenarnya bukan Wakkanai yang menjadi tujuanku. Tapi Rishiri itu, juga Rebun
Island”
“bisakah kita
kesana? Sepertinya jauh sekali”
“ya, kita juga
bisa membawa mobil kita kesana dengan naik kapal. Walaupun disana juga ada yang
menyediakan mobil untuk disewa. Tapi harganya lebih mahal. Mending kita bawa
mobil dari sini”
![]() |
Cape Noshappu |
Matahari sudah
agak tinggi. Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju Cape Soya. Mereka
menghabiskan sisa hari itu di Cape Soya sampai hari menjelang malam.
Mereka juga makan
di tempat itu dengan bekal yang mereka bawa. Emily nampak sangat antusias
sekali bisa melihat tempat-tempat yang memang belum pernah ia kunjungi.
![]() |
Cape Soya |
Esok paginya
mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju pelabuhan yang akan membawa mereka
ke Rebun Island. Setelah menumpang kapal beserta mobil mereka, sampailah mereka
di pelabuhan Rebun Island. Jalan menuju puncak gunung sangat berliku dan indah.
Hanya hutan-hutan yang ada di kanan dan kiri jalan. Sepi dan bersih.
![]() |
Rebun Island |
![]() |
Rebun Island |
Setelah sampai di
terowongan, Yamada meminggirkan mobilnya.
“mengapa kita
berhenti disini? Apakah kita sudah sampai. Tapi kalau kulihat, tempat ini sepi
sekali”
“belum”
“tapi pemandangan
dari sini sudah bagus sekali”
“kita akan
berjalan ke atas bukit itu. Pemandangan yang disini belum ada apa-apanya bila
kita melihatnya dari atas sana. Ayolah!”
Dari tempat itu
mereka berjalan kaki menuju atas bukit. Hanya jalan setapak yang di kanan dan
kirinya hanya terdapat rumput dan bunga-bunga liar sejauh mata memandang. Hanya
terlihat beberapa orang saja yang mereka temui.
“tempat ini
mengingatkanku akan Wellington”
“ya, hampir mirip
seperti itu. Dan kalau kau sudah lelah, bilang saja kepadaku. Kita bisa
istirahat dulu”
“ya, aku tak mau
kau meninggalkan aku seperti kejadian di New Jersey dulu”
“kau masih ingat?”
“tentu saja”
Mereka
menghabiskan hari itu di Rebun Island dan Rishiri.
![]() |
Rebun Island |
![]() |
Rishiri Island |
Mereka
menghabiskan bulan madu mereka selama seminggu disana. Setelah itu mereka
kembali lagi ke Tokyo. Sore itu mereka sedang berbincang di teras belakang.
“mungkin dalam
beberapa hari lagi kami akan pulang ke Manhattan, pa”
“apa itu tidak
terlalu cepat untuk kalian? Kalian bisa menikmati waktu liburan kalian disini
tanpa diganggu dengan urusan pekerjaan”
“kami sudah cukup
puas disini selama ini. Ini liburan terpanjangku. Lagipula, pekerjaan sudah
menantiku. Apakah papa juga akan turut serta dengan kami?”
“tidak, tidak. Aku
sepertinya sudah malas mau kembali kesana lagi. Aku ingin menghabiskan hidupku
disini. Di tanah kelahiranku tanpa diganggu siapapun dan apapun”
“baiklah. Beritahu
kami kalau papa memerlukan sesuatu”
“tentu, biar
kalian saja yang datang kesini kalau aku merindukan kalian. Aku sangat ingin
sekali secepatnya menimang cucu darimu, Kei-chan. Impiaku kemarin musnah
karena...”
“... sudahlah, pa.
Jangan membicarakan hal itu lagi. Tentu saja papa akan segera menimang cucu
lagi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar