Selasa, 09 Februari 2016

MY SAKURA (bagian 23)



Sudah terlalu jauh mereka meninggalkan Manhattan. Emily pun hanya terus terdiam tanpa berani mengusik Kei. Mereka lalu beristirahat di sebuah kedai kecil, memesan beberapa makanan dan minuman.
“kau harus banyak makan, Emily. Kau harus menjaga kesehatanmu”
“aku belum lapar”
“maaf kalau aku membuatmu seperti ini. Aku tidak bisa menjadi seseorang yang bisa kau harapkan lagi. Aku tidak bisa membahagiakanmu lagi. Aku tidak punya apa-apa untuk kuberikan kepadamu. Bahkan tempat untuk kita tinggal pun aku tidak punya”
“aku mencintaimu, Kei. Bukan hartamu. Aku tidak masalah kemana pun kau membawaku pergi”
Kei hanya terdiam dan menunduk. Mengamati kopinya yang sudah hampir habis. Ia lalu menelpon seseorang dengan ponselnya.
“hallo, Yamada. Apa kabar? Tumben kau menelponku. Ada apa?”
“dimana kamu? Aku ingin minta bantuanmu”
“aku masih di Malaysia. Bantuan apa? Tidak biasanya. Atau... kau ingin aku menghajar Koyamada?”
“aku sedang menuju apartemenmu. Aku ingin kau membantuku untuk mencari apartemen yang tidak terlalu mahal untukku. Tapi kalau kau sedang pergi, ya sudahlah”
“hei, ada apa denganmu? Mengapa kau butuh apartemen?”
“aku meninggalkan rumahku, meninggalkan semuanya. Itu saja dulu yang bisa aku ceritakan kepadamu saat ini. Aku butuh tempat untuk beristirahat setidaknya sebelum aku bisa mencari tempat untuk kami”
“bagaimana keadaan Emily?”
“itulah...”
“... kau tak perlu repot-repot mencari apartemen. Kau bisa tinggal sementara di apartemenku. Mungkin aku masih lama disini. Kalian bisa memakainya. Kuncinya aku titipkan di penjaga apartemen itu”
“ya, trimakasih, Danny”
“tidak perlu berterimakasih kepadaku. Itu hanya hal kecil yang bisa kulakukan untukmu. Kau yang sudah berbuat banyak untuk membantuku, membantu uang sekolahku juga. Kuharap kau dan istrimu baik-baik saja walaupun aku belum tahu apa masalah kalian”
“baiklah, trimakasih. Kami sementara akan memakai apartemenmu dulu. Bye, Danny”
Kei mematikan sambungan telponnya. Ia melihat Emily sedang menatapnya.
“untuk sementara kita bisa memakai apartemen Danny. Aku akan cari kerja agar kita bisa menyewa apartemen sendiri. Ada apa, sayang?”
“aku... tidak apa-apa. Oya, aku sudah selesai makan. Apakah kita akan ke tempat Danny sekarang?”
“apakah kau keberatan?”
“tidak, bukankah Anna juga tinggal di kota itu?”
“ya, kau benar. Trimakasih, Emily”
“untuk apa? Kau tak perlu berterimakasih kepada istrimu sendiri, kan?”
Kei hanya terdiam.
“baiklah, kita pergi sekarang”
Kei mengarahkan mobilnya ke arah Connecticut menuju apartemen Danny. Setelah lama berkendara, sampailah mereka disana.
“sepertinya kita harus membersihkan tempat ini dulu”
“dia tidak pernah berubah. Selalu saja berantakan seperti ini. Kau duduk saja, Emily. Biar aku saja yang membersihkannya. Atau kalau tidak kau bisa keluar dulu. Debu ini tidak baik untukmu”
“tidak, aku akan membantumu”
Dengan mengerjakan pekerjaan yang ringan, Emily membantu Kei membersihkan apartemen Danny. Emily juga membuatkan minuman untuk Kei. Emily hanya tersenyum melihat Kei yang penuh dengan peluh dan kotor oleh debu.
“ada apa?”
“kau lucu, Kei. Aku belum pernah melihatmu seperti itu. Sorry”
“dan mulai sekarang, kau akan terbiasa dengan pemandangan seperti ini”
“istirahatlah dulu. Ini sudah kubuatkan minuman untukmu”
Kei yang duduk di kursinya hanya terus menatap Emily yang sedang membuatkan minuman untuknya.
“kau istri yang baik, Emily”
“aku mencintaimu, Kei”
“mengapa kau tidak mendesakku dan bertanya kepadaku mengapa aku melakukan hal seperti ini?”
“kalau kau ingin bercerita kepadaku, tanpa aku bertanya pun kau pasti juga akan langsung bercerita kepadaku. Untuk apa aku mendesakmu. Iya, kan?”
Kei meraih tangan Emily dan menyuruhnya untuk duduk di dekatnya. Emily mengusap peluh Kei.
“aku...”
Kei menghentikan kalimatnya.
“ada apa? Atau sebaiknya kau mandi dulu, Kei. Lihatlah badanmu kotor sekali. Setelah itu kita bisa duduk mengobrol berdua. Ini semua ada hikmahnya. Lihatlah, sepertinya jarang sekali kita bisa mengobrol berdua saja. Pekerjaan di kantormu menyita banyak sekali waktumu. Aku benar, kan?”
“ya, kau benar”
Kei segera beranjak ke kamar mandi sedangkan Emily merapikan baju-baju mereka. Tiba-tiba ia merasakan perutnya sakit. Ia hanya bisa meringis menahan sakit sambil membuka tasnya, mencari obatnya. Ia pun segera meminumnya begitu ia menemukannya.
“ada apa, Emily?”
“eh, tidak... aku...”
“wajahmu pucat sekali”
“aku tidak apa-apa, sungguh”
“apakah kau sudah meminum obatmu?”
“ya, sudah. Kau tidak perlu khawatir”
“masih untuk berapa lama obatmu?”
“itu... masih banyak kok. Kemarin aku sudah ke dokter dan sudah ada persediaan untuk beberapa hari ke depan”
“mungkin besok aku akan mulai cari kerja. Aku takut kalau sampai obatmu sudah habis dan kita tidak punya uang untuk membelinya”
Emily hanya terdiam. Karena ia tahu, obatnya yang mahal itu hanya tinggal untuk esok hari saja.
“ada apa?”
“eh, tidak ada apa-apa. Minumlah minumanmu, keburu dingin”
Kei mengambil gelasnya dan meminumnya sedikit.
“aku ingin memberitahumu sesuatu hal. Mengapa aku melakukan hal ini. Mengapa aku berani mengambil resiko ini dengan meninggalkan semuanya. Termasuk resiko jika suatu saat kau akan meninggalkanku”
“apa maksudmu meninggalkanmu?”
“setelah aku bercerita, kau bebas menentukan sikapmu kepadaku”
“kau tahu, apapun yang terjadi denganmu aku tidak akan pergi meninggalkanmu, Kei”
“hhh... aku telah melepaskan semua harta keluarga Yamada, juga perusahaan itu. Aku sudah mengundurkan diri dari Yamada Group dan khususnya keluarga Yamada. Aku bukan anggota keluarga besar Yamada lagi”
“tapi mengapa?”
“karena aku memang bukan anggota keluarga Yamada. Aku bukan anak Yamada Yasuo. Dan kau tahu siapa yang pantas untuk mendapatkan semua aset yang tak ternilai harganya itu? Ia adalah orang yang telah membunuh Harumi. Ia juga orang yang telah menyerangmu”
“maksudmu... dia...?”
“Shin Koyamada adalah anak kandung Yamada Yasuo. Ia yang lebih berhak daripada aku. Itulah mengapa ia ingin mengacaukan hidupku. Ia ingin balas dendam terhadapku. Karena mungkin menurutnya akulah yang telah menyingkirkannya dalam daftar waris keluarga Yamada. Bahkan aku pun baru tahu bahwa aku bukanlah anak papa. Tapi satu hal yang akan kulakukan. Aku akan membalaskan dendamku kepadanya. Aku akan membunuhnya, Emily!”
“Kei, jangan kau lakukan hal itu!”
“mengapa? Ia yang telah membunuh Harumi. Dan hampir saja kau akan menjadi korbannya yang kedua! Apa itu belum cukup, ha?!”
Emily hanya terdiam mendapat bentakan dari Kei.
“maafkan aku, Emily. Aku hanya belum terbiasa dengan ini semua. Ini begitu mendadak bagiku”
Emily memeluk Kei dan membelai rambut Kei.
“aku tidak akan meninggalkanmu. Kita hadapi ini semua bersama”
Kei masih terdiam di pelukan Emily.
“apakah kau tahu siapa papamu yang sebenarnya?”
Kei hanya menggeleng perlahan.
“sebaiknya kau beristirahat dulu, Kei”
Kei lalu berbaring di sofa depan TV.

Esok paginya, Kei mulai berkeliling untuk mencari pekerjaan. Sebenarnya bisa saja ia menelpon salah satu relasinya untuk mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang lumayan. Tapi ia tidak mau melakuka hal itu. Ia berusaha semampunya tanpa bantuan orang lain. Menjelang sore, ia pun pulang.
“oh, kau sudah pulang. Aku sudah memasak untukmu. Sekarang, kau harus mandi dulu. Setelah itu kita bisa makan bersama”
“kau belum makan?”
Emily hanya menggeleng,”aku menantimu”
“hhh... aku sudah memberitahumu. Kau tidak perlu menungguku, sayang”
Setelah Kei mandi, mereka lalu makan bersama di meja makan kecil itu.
“darimana kau mendapatkan sayuran seperti ini?”
“di dekat sini ada supermarket. Hanya beberapa blok dari sini. Oya, bagaimana dengan hari ini?”
“aku sudah mendapat pekerjaan”
“oya? Aku turut senang, Kei. Pekerjaan apa?”
“emm... itu... bukan pekerjaan yang penting”
“tidak perduli itu pekerjaan penting atau bukan, yang penting kau sudah mendapatkan pekerjaan”
“aku dapat pekerjaan di sebuah supermarket sebagai cleaning service. Apakah itu masalah buatmu?”
“tentu saja tidak. Namun hanya satu pintaku, kau jangan terlalu capek, Kei. Karena kau belum terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti itu”
“kau meremehkanku? Memang dulu aku hanya bekerja di belakang meja. Namun aku selalu berlatih wushu hampir setiap hari. Aku sudah terbiasa, Emily. Percayalah”

Hari-hari selanjutnya, Kei memulai hidup barunya sebagai pekerja di supermarket sebagai cleaning service. Emily pun hanya berdiam diri di rumah. Terkadang Anna datang berkunjung untuk menemaninya sambil membawakan beberapa makanan.
“setiap kali kau kesini, kau selalu saja membawa makanan yang banyak, Anna. Padahal kau mau kesini saja aku sudah senang. Aku tidak sendirian”
“tidak apa-apa. Anggap saja semua makanan ini untuk calon anakmu. Semoga ia sehat terus dan kau lancar dalam melahirkan nanti. Berapa bulan?”
“baru 4 bulan, masih lama, Anna”
“hhh... aku tak pernah menyangka kalau kalian akan seperti ini. Walaupun aku kurang menyukai suamimu itu, namun aku selalu mendukung kalian. Aku juga menghargai semua keputusannya itu. Ini memang berat. Tapi mau bagaimana lagi? Kapan pun kalian membutuhkan bantuanku, aku selalu siap, Emily. Kau tak perlu ragu”
Pagi itu, setelah berbelanja kebutuhan sehari-hari di toko langganannya, Emily segera kembali ke apartemennya. Ia hanya terduduk di sofa. Merasakan kembali perutnya sakit luar biasa. Ia hanya bisa meringis menahan sakitnya karena obatnya memang sudah habis. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Ia hanya minum air hangat lalu merebahkan tubuhnya di sofanya sambil terus menahan sakit
Tiba-tiba pintunya diketuk seseorang dari luar. Ia pun hanya terdiam karena tidak mampu untuk berdiri. Pintu terbuka dari luar perlahan. Seseorang masuk dan mendekatinya.
“Emily...?”
“Oji-san?”
“apa yang terjadi denganmu, Emily? Ayo, aku harus membawamu ke rumah sakit sekarang”
“tidak, trimakasih”
“aku tahu kau, Emily! Kau sakit karena obatmu sudah habis, kan? Kau jangan egois, Emily. Setidaknya kita bisa ke rumah sakit demi anakmu”
“aku tidak mau Kei marah padaku,” ucap Emily lirih.
“kalau ia marah, aku nanti yang akan menghadapinya. Apakah kau mau terjadi sesuatu dengan anakmu?”
Dengan di gendong Ryuu, Ryuu membawa Emily ke mobilnya dan segera menuju rumah sakit terdekat. Dokter pun segera menangani Emily dan memberikannya obat.
“aku harus pulang sekarang, Oji-san”
“kau tidak dengar apa kata dokter tadi? Kau harus tetap disini sampai kau sembuh benar”
“tidak, Oji-san. Maafkan aku”
Emily turun dari tempat tidurnya.
“aku harus segera pulang. Sebentar lagi Kei pulang dan aku sudah harus ada di rumah. Aku tak mau ia tahu tentang kehadiranmu. Maaf, bukan maksudku untuk...”
“... aku tahu, Emily. Baiklah, aku akan mengantarmu pulang”
Ryuu mengantar Emily kembali ke apartemen.
“Emily, kalau kau memerlukan sesuatu jangan ragu untuk menelponku. Aku menyayangimu, juga Kei. Apapun yang terjadi kemarin, itu tidak membuatku mengurangi rasa sayangku kepada kalian. Dan ini, aku tadi sudah membelikanmu obat yang masih kau butuhkan. Ini cukup untuk sebulan ke depan”
“ya, trimakasih”
“dan ini, bawalah kartuku ini. Kau bisa mempergunakannya”
“tidak, Oji-san. Sekali lagi trimakasih. Kalau itu aku tidak bisa menerimanya. Obat ini sudah lebih dari cukup untukku”
“aku pasti akan mengunjungimu lagi, Emily. Aku tidak akan kembali ke Jepang selama aku belum bisa membawa Kei pulang. Walaupun ia bukan bagian dari keluarga kami, tapi aku sudah sangat menyayanginya. Aku yang merawatnya semenjak dia masih kecil”
Ryuu menatap kosong ke arah luar jendela.
“maafkan Kei, Oji-san,”ucap Emily dengan hati-hati.
“aku tidak menyalahkannya. Aku hanya tidak ingin ia membenciku”
“aku akan mencoba membantumu untuk bicara kepada Kei”
“trimakasih, Emily”
“oya, darimana kau tahu kalau kami tinggal disini?”
“anak buah Yasuo sangat banyak. Kau tahu itu, kan? Sekarang aku pergi dulu, Emily. Kau jangan bilang apa-apa dulu kepada Kei kalau hari ini aku kesini. Jaga dirimu dan kesehatanmu baik-baik. Bye”
Emily mengantarkan Ryuu sampai ke depan apartemen. Setelah itu ia hanya terduduk di kursinya kembali. Tak lama kemudian, Kei pulang.
“eh, kau sudah pulang?”
“ya, kenapa?”
“eh... baru saja...”
“baru saja apa?”
“m-maksudku... baru saja aku akan membuatkan makanan untukmu”
“tidak perlu, Emily. Kau tidak perlu memaksakan dirimu”
“tidak apa-apa. Kau tunggu disini dulu. Aku akan memasak sebentar”
“apakah Anna tadi kesini?”
“kenapa?”
“banyak sekali buah-buahan ini. Pasti Anna yang membawanya, ya?”
“i-itu... iya, Anna yang membawanya”
Emily bernafas lega karena obatnya ada di sakunya sehingga Kei tidak bertanya lebih jauh.
“bagaimana pekerjaanmu?”
“aku sudah mulai terbiasa dengan ini semua”
“apakah kau menyukainya?”
“tentu saja. ternyata bekerja di lapangan lumayan juga. Tidak bosan. Kita bisa berinteraksi dengan banyak orang”
“apakah ada orang yang mengenalimu?”
“tentu saja tidak. Kau tahu kalau aku tidak pernah berinteraksi dengan banyak orang di luar pekerjaanku”
Kei segera membantu Emily untuk memasak.
“besok aku masuk sore. Apakah kau tidak apa-apa kalau kutinggal sendirian?”
“tentu saja tidak. Memang kalau kita bekerja untuk kepentingan publik, ya kita harus siap untuk masuk shift malam. Itu tidak masalah untukku”
“thanx, Emily”

Malam itu, Kei sedang membersihkan area kerjanya ketika seorang perempuan cantik menghampirinya.
“sepertinya kau pegawai baru disini”
Kei menoleh ke sumber suara.
“Yamada? Is that you?”
“hai, Christy. Iya, ini aku”
“tapi... kenapa... bagaimana bisa kau bekerja disini?”
“apakah itu masalah buatmu? Aku tidak masalah dengan semua ini. Maaf, aku juga belum tahu kalau kau juga bekerja disini”
“tentu saja aku bekerja disini. Papaku yang mempunyai supermarket ini”
“oh...”
“bisa kita bicara berdua saja?”
“aku sedang bekerja, maaf”
“tidak ada yang akan marah kepadamu. Aku atasanmu, ayo!”
Christy mengajak Kei ke dalam kantornya.
“sungguh, aku tak tahu kalau kau bekerja disini. Tapi... bukankah kau punya perusahaan keluarga?”
“aku tidak ingin membicarakan masalah pribadiku. Aku hanya ingin bekerja, itu saja”
“maaf. Oya, apakah kau sudah menikah?”
“tentu saja”
“dengan siapa?”
“Emily, kau pasti mengenalnya”
“Emily? Aku sungguh tidak menyangka. Sepertinya kalian dulu tidak pernah akur. Walaupun terlambat, tapi aku mengucapkan selamat atas pernikahan kalian”
“ya, trimakasih”
“bagaimana kalau sepulang kerja nanti kita keluar bersama”
“aku tidak bisa, maaf. Aku tidak bisa membiarkan Emily sendirian terlalu lama apalagi malam hari”
“oh, baiklah. Sampaikan saja salamku untuk Emily. Kapan-kapan aku juga ingin bertemu dengannya”
Sepulang kerja yang hampir tengah malam, Kei berjalan sendirian di trotoar. Malam sudah mulai sunyi. Tiba-tiba dari arah kejauhan, meluncurlah mobil dengan kencangnya ke arah Kei. Tanpa sempat menghindar, Kei pun tertabrak dan terpental agak jauh. Terjatuh dan diam tak bergerak lagi. Dengan cepat, mobil itu segera pergi lagi meninggalkan Kei.
Emily tertidur di sofa. Ia langsung terbangun begitu ponselnya berdering terus menerus. Ia melihat layarnya, dari Kei. Ia kemudian mengangkatnya.
“hallo, ada apa, Kei?”
Emily hanya terdiam mendengarkan suara di sebrang sana. Bukan suara Kei, tapi seorang polisi yang mengabarkan tentang keadaan Kei yang tengah kritis di sebuah rumah sakit. Ia masih terdiam walaupun suara di sebrang sana sudah hening.
“Kei...”
Setelah tersadar, buru-buru ia menyambar sweaternya. Malam itu sudah sunyi, untunglah ada sebuah taksi yang lewat. Ia mempercepat langkahnya menuju IGD rumah sakit tersebut.
“maaf, anda siapa?”
“aku istrinya”
“sebaiknya anda menunggu sebentar disini. Kami akan berusaha semampu kami untuk menolong suami anda. Keadaannya kritis sekali”
“apakah separah itu?”
“semoga saja tidak. Permisi”
Emily terduduk di bangku panjang rumah sakit. Tak tahu apa yang harus di perbuatnya selain menunggu dan menunggu. Sudah berjam-jam Kei ada di dalam dan belum juga keluar. Hanya beberapa orang perawat saja yang sibuk mondar-mandir, juga beberapa orang dokter.
Pagi sudah hampir menjelang. Seorang dokter wanita mendekatinya.
“benarkah anda istrinya?”
“iya, bagaimana keadaannya?”
“sebaiknya kita bicara di ruanganku saja. Mari”
Dengan raut wajah penuh kecemasan, Emily mengikuti dokter itu.
“silahkan duduk dulu. Begini, keadaan suamimu belum juga stabil. Ia banyak kehilangan darah. Sebenarnya bisa saja kami segera mentranfusi darah untuknya. Tapi sayangnya, dia mempunyai golongan darah yang langka. Mungkin ada keluarga dekatnya yang bisa kau mintai bantuan untuk mendonorkan darahnya untuk suamimu? Kalau bisa secepatnya. Kita berpacu melawan waktu”
“i-iya, akan aku usahakan”
“aku akan menuliskan resep obat yang harus anda beli. Obat ini harus segera kami berikan kepada pasien”
Emily terlihat kebingungan. Karena terus terang ia memang tidak mempunyai uang.
“ada apa?”
“eh, aku... aku tidak mempunyai uang. Tapi... aku punya ini”
Emily melepas kalungnya dan menyerahkannya kepada dokter perempuan tersebut.
“kau bisa mengambil kalung ini. Tapi tolong selamatkan suamiku. Lakukan apapun agar dia bisa cepat sembuh”
Dokter perempuan itu mengamati kalung yang diberikan Emily kepadanya. Keningnya berkerut melihat kalung panjang yang berliontinkan simbol keluarga Yamada.
“dari mana anda mendapatkan kalung ini?”
“itu... pemberian keluarga suamiku. Kami semua memakainya. Bagaimana? Apakah aku bisa membayarnya menggunakan kalung itu? Please...”
“baiklah. Aku akan mengurus semuanya. Tapi tolong anda telpon keluarga suami secepatnya untuk mendonorkan darah mereka untuk suami anda. Kami juga harus mencari yang cocok untuk suami anda”
“ya, trimakasih”
Di lorong rumah sakit yang sudah mulai ramai dengan aktivitas masing-masing orang itu, Emily masih menimang-nimang ponselnya.

Ryuu sedang memimpin sebuah rapat di kantor pusat Yamada Group ketika ponselnya berbunyi. Ia sebenarnya ingin mengabaikannya. Tapi karena berbunyi terus, ia pun mengamati layarnya. Ia segera keluar dari ruang meeting.
“ada apa, Emily?”
“sebenarnya... aku minta maaf kalau aku mengganggumu”
“tidak. Ada apa?”
“itu... sebenarnya aku ingin kau segera kemari secepatnya, Oji-san. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Ini tentang Kei”
“ada apa dengannya?”
“semalam ia kecelakaan. Keadaannya sangat kritis. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku...”
“... tenang! Kau disana dulu. Aku akan ke tempatmu sekarang juga!”
Ryuu kembali masuk ke ruang meeting.
“maaf, Mr. Malkovich. Bisakah kau menggantikan aku? Aku ada perlu yang lebih penting”
“tentu saja, tidak masalah”
“trimakasih”
Tanpa ditemani seorang sopir, Ryuu segera memacu mobilnya menuju CT.

Emily hanya mondar mandir di lorong rumah sakit itu tanpa tahu apa yang harus dilakukannya.
“Emily!”
“oh... kau, Oji-san. Maaf, kalau aku mengganggu waktu kerjamu”
“bagaimana keadaannya?”
“aku tidak tahu. Dari tadi malam Kei masih berada di dalam sana. Dan juga...”
“ada apa?”
“kata dokter kita harus segera menemukan keluarga terdekat Kei untuk mendonorkan darahnya untuk Kei. Karena Kei mempunyai golongan darah yang langka. Tapi, bukankah Kei bukan anggota keluarga Yamada? Aku tidak tahu kemana aku harus menghubungi mereka. Itulah mengapa aku menelponmu. Siapa tahu kau mengetahui sesuatu, Oji-san”
“hhh...”
Ryuu terduduk di bangku rumah sakit.
“kau tak perlu khawatir. Aku yang akan menyelesaikan semua ini. Tunggu aku disini”
Ryuu berjalan menjauhi Emily dan terlihat sedang menelpon seseorang.
“jangan kau tutup telponnya dulu, Kimura. Aku ingin bicara denganmu. Penting!”
“ada apa lagi? Bukankah aku sudah melaksanakan perintahmu untuk menjauh dari kehidupan Kei?”
“sebenarnya... aku membutuhkan bantuanmu”
“hmmm... tumben. Salah seorang keluarga Yamada meminta bantuanku. Apakah aku tidak salah dengar?”
“aku ingin kau segera ke Amerika secepatnya”
“apa? Tunggu dulu, untuk apa?”
“Kei membutuhkan donor darah dari keluarga dekatnya. Keadaannya sangat kritis. Jadi...”
“... aku akan kesana secepatnya! Tunggu aku!”
Kimura mematikan sambungan telponnya. Ryuu segera mendekati Emily lagi.
“kau tak perlu khawatir Emily. Kei pasti akan baik-baik saja. Sejak kapan kau berada di rumah sakit ini?”
“tengah malam tadi”
“mengapa kau tidak segera menelponku?”
“aku takut. Aku takut mengganggumu”
“sebaiknya kau pulang saja, Emily. Biarkan aku yang menunggu Kei. Kau juga butuh lebih banyak istirahat”
“tapi...”
“kalau kau juga ikut sakit, semua jadi akan tambah repot. Ingat kesehatanmu juga. Pulanglah! Kalau kau sudah istirahat, kau bisa kesini lagi”
Setelah memberikan hormatnya kepada Ryuu, Emily bergegas meninggalkan rumah sakit itu.

Dengan sabar, Ryuu menunggu di luar ruang emergency itu. Kemudian seorang dokter wanita keluar dengan seorang perawat. Ia menghentikan langkahnya sewaktu melihat Ryuu duduk di bangku panjang seorang diri. Ryuu pun juga menatap dokter itu.
“kau?”
“Ryuu?”
Ryuu berdiri dan mendekati dokter wanita itu.
“kau... dokter di rumah sakit ini?”
“iya, apa kabar?”
“baik. Bagaimana denganmu?”
“seperti yang kau lihat. Apa yang sedang kau lakukan disini?”
“sebentar... apakah kau yang menangani pasien yang ada di dalam itu?”
“benar. Ada hubungan apa kau dengan pasien itu?”
“dia... Kei”
“Kei?!”
“ya, bagaimana keadaannya?”
“sebaiknya kita bicara di kantorku, Ryuu!”
Dokter wanita yang ternyata Takahara Eiko itu dengan langkah cepat menuju kantornya diikuti Ryuu.
“aku membutuhkan donor darah untuk Kei secepatnya, Ryuu. Aku harap kau sudah menghubungi keluarganya. Karena aku tahu siapa Kei”
“ya, aku sudah menghubunginya. Apakah... Kei masih kritis?”
“dia belum melewati masa kritisnya. Itulah mengapa aku belum memindahkannya ke bangsal. Tapi secara keseluruhan, dia sudah semakin membaik. Berarti... wanita yang sedang hamil tadi...”
“ya, kau benar. Namanya Emily”
Eiko merogoh saku jasnya. Mengambil kalung Emily dan menyerahkannya kepada Ryuu.
“tolong kau berikan kalung ini untuk istri Kei. Ia tadi memberiku kalung ini karena ia merasa tidak bisa membayar biaya pengobatannya. Aku tahu kalung ini pasti milik salah satu anggota keluarga Yamada karena kau pun juga memakainya. Hanya saja aku tak tahu siapa Emily”
Ryuu menyimpan kembali kalung Emily. Sejenak hening di antara mereka. Ryuu lalu tersenyum.
“aku tak tahu kalau aku akan bertemu denganmu disini, Eiko”
“aku juga. Kurang lebih sudah 20 tahun kita tidak berjumpa”
“bagaimana bisa kau dulu yang seorang wanita karir pindah haluan menjadi seorang dokter yang bertugas di negri ini”
“ceritanya panjang, Ryuu. Bagaimana kabar istrimu?”
“dia baik-baik saja. Ia ada di Jepang menjalankan bisnis papanya. Apakah... kau sudah menikah?”
Eiko hanya tersenyum lalu beranjak meninggalkan Ryuu.
“kita bicara lain kali, Ryuu. Maaf, pasienku masih banyak. Termasuk Kei”

Ryuu menemui Kimura yang baru saja datang dari Jepang tanpa sepengetahuan Emily. Mereka segera menemui Eiko untuk mendonorkan darahnya untuk Kei.
“trimakasih, Kimura. Kau sudah mau datang kesini”
“aku juga mengucapkan trimakasih untukmu, Ryuu. Kau langsung memberitahuku sehingga nyawa Kei segera bisa diselamatkan”
Kei sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
“sebenarnya... Kei sudah tahu kalau Yasuo bukanlah papanya. Itulah mengapa ia melarikan diri ke kota ini. Meninggalkan semuanya. Padahal perusahaan dan karyawannya bergantung kepada Kei. Ia seorang pemimpin yang handal”
Kimura hanya terdiam,”bagaimana reaksi Yasuo?”
“sampai sekarang ia hanya mengurung diri di kamarnya. Tidak mau berinteraksi dengan dunia luar. Ia sangat terpukul. Ia begitu mendambakan Kei yang menjadi pimpinan di Yamada Group”
“dia sudah merasakan akibatnya!”
“eh?”
“kau pikir, bagaimana perasaanku sewaktu ia membunuh Emi dan membawa Kei kabur, ha?!”
Gantian Ryuu yang hanya bisa terdiam. Lalu masuklah Emily.
“kata dokter, Kei sudah melalui masa-masa kritisnya. Trimakasih, Oji-san”
“eh, itu karena... ya, sama-sama, Emily. Sebaiknya kau tunggu disini dulu. Aku akan mengantar temanku ini pulang. Kalau ada apa-apa lagi, jangan ragu untuk menelponku”
Ryuu dan Kimura meninggalkan ruangan Kei. Emily menggenggam tangan Kei yang masih belum sadar juga itu. Tiba-tiba tangan Kei bergerak.
“Kei...”
“ada apa, Emily?”
“sepertinya Kei sudah mulai siuman, Oji-san”
“kau bisa mendengarku, Kei-kun?”
Kei hanya bisa menatap Ryuu dan Emily secara bergantian.
“dia masih lemah, Emily. Sebaiknya kita membiarkannya untuk beristirahat dulu”
“oya, apakah temanmu tadi sudah pulang?”
“ya, baru saja”
“apakah... papa tahu tentang ini semua?”
Ryuu hanya menggeleng,”aku ingin memberitahunya, tapi nanti dulu menunggu keadaan Kei membaik”
Ponsel Ryuu berbunyi.
“ya, hallo. Tidak, hari ini aku tidak kembali ke kantor. Mungkin aku tidak datang ke kantor untuk beberapa hari. Masih ada beberapa hal yang harus kuselesaikan disini. Aku ingin kau menggantikan aku sementara seperti kau dulu menggantikan posisi Kei, Mr. Malkovich. Ya, trimakasih”
“maafkan aku, Oji-san. Aku selalu saja mengganggumu”
Ryuu menghempaskan tubuhnya ke sofa yang ada di ruangan itu.
“tolong bantu aku untuk membawa Kei pulang. Mungkin denganmu ia akan mendengarmu, Emily. Banyak orang yang bergantung dengannya. Bagaimana dengan nasib para karyawannya yang banyak itu? Hhh... aku harus segera bisa menyelesaikan masalah ini!”
Emily duduk di samping Ryuu.
“apakah kau sudah bertemu dengan keluarga Kei, Oji-san?”
“mengapa kau bertanya seperti itu?”
“keadaan Kei sudah membaik. Dan aku tadi mendengar kalau Kei sudah mendapatkan transfusi darah yang diperlukannya. Apakah keluarganya yang mendonorkan darah itu? Kalau aku boleh tahu”
Beberapa saat lamanya Ryuu hanya bisa menatap Emily yang masih juga setia menunggu jawaban darinya.
“lupakan saja, Oji-san. Seandainya kau tidak ingin bercerita kepadaku”
“kalau aku tidak bercerita kepadamu, aku rasa aku telah bertindak yang tidak adil kepadamu, Emily. Sekarang kau pun juga berhak untuk tahu. Calon anakmu itu juga berhak tahu siapa kakeknya, kan? Hhh... sebenarnya orang yang bersamaku tadi adalah ayah Kei yang sebenarnya”
Emily kaget sambil masih terus menatap Ryuu.
“wajahnya sangat familiar sekali. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya entah dimana. Tapi, itu mungkin hanya perasaanku saja. Apakah Kei pernah juga bertemu dengannya?”
“pernah, mungkin beberapa kali. Tapi ia tetap tidak percaya. Kalau ia sudah sembuh nantinya, aku bermaksud ingin menjernihkan masalah ini. Menceritakan semuanya kepadanya. Setelah itu... aku menyerahkan sepenuhnya keputusan itu di tangan Kei”
“tapi, bagaimana Kei bisa masuk ke keluarga Yamada?”
“sebaiknya itu dulu saja yang harus kau ketahui. Karena aku tak mau kau juga ikut membenci keluarga Yamada”
“aku tidak mungkin membenci kalian. Kalian baik kepadaku, terutama kau, Oji-san”
“kami tidak sebaik itu, Emily. Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga Yamada”
“walaupun suatu saat nanti aku mengetahuinya, aku tetap menyayangi kalian”
“thanx, Emily. Oya, aku keluar sebentar. Kalau ada apa-apa lagi, langsung telpon aku secepatnya”
Ryuu meninggalkan Emily sendirian di ruangan itu. Rupanya ia menuju kantin rumah sakit dan menuju sebuah meja.
“hai, maaf aku terlambat. Selalu saja kau yang duluan datang, Eiko”
Eiko hanya tersenyum. Sejenak hening diantara mereka.
“jadi... sejak kapan kau tinggal disini? Sepertinya aku melewatkan banyak cerita tentangmu”
“ya, kita memang sama sekali tidak pernah bertemu”
“itu karena kau menghilang dari kehidupanku setelah aku menikah dengan Akemi”
“itu karena aku sudah tidak diperlukan lagi”
“sudahlah. Bagaimana bisa kau sekarang menjadi seorang dokter spesialis? Bukankah kau dulu seorang wanita karir yang bermasa depan cerah?”
“aku jenuh, Ryuu. Jenuh dengan segala rutinitasku. Itulah mengapa aku ingin sesuatu yang berbeda. Aku mulai belajar tentang kedokteran. Aku sekolah lagi. Dan seperti inilah hasilnya”
“apakah sudah lama kau bertugas disini?”
“ya, mungkin sekitar 5 tahun. Kau sendiri? Apakah kau juga menetap disini?”
“tidak, aku mengurus perusahaan yang di Tokyo. Aku kesini karena Emily menelponku”
“sepertinya kau harus memberitahu Kei tentang semuanya”
“kau benar. Aku yang akan membereskan semua kekacauan ini”
“aku hanya takut kalau Kei tidak mau menerima ini semua. Tentang apa yang telah kalian lakukan terhadap keluarganya. Mungkin kalau aku menjadi Kei pun, aku juga belum bisa memaafkan kalian. Maaf”
“aku akan mencobanya. Aku sangat menyayangi Kei, Eiko”
“tanpa kau mengatakannya pun aku sudah tahu”
“hei, kemarin kau belum menjawab pertanyaanku”
“pertanyaan yang mana?”
“apakah kau sudah menikah?”
Eiko hanya tersenyum lalu perlahan menggeleng.
“mengapa? Kau cantik, Eiko. Kau bisa mendapatkan pria manapun yang kau suka”
“aku sudah tidak mempunyai pria yang aku suka. Jadi, buat apa aku menikah? Aku sudah cukup senang dengan bekerja di rumah sakit ini. Menolong banyak orang. Melihat orang yang kutolong bisa sembuh, itu sudah lebih dari cukup. Apalagi yang kubutuhkan? Disini juga banyak orang yang siap membantuku di saat-saat aku membutuhkan mereka”
“maafkan aku, Eiko”
“don’t be”
“aku terkadang merindukan masa-masa lalu. Tapi masa lalu tetaplah masa lalu yang tempatnya ada di belakang, kan?”
“kau sudah mempunyai istri, Ryuu”
“aku tahu. Kau tak perlu mengingatkanku akan hal itu. Tapi satu hal yang harus kau tahu. Perasaanku tak pernah berubah kepadamu. Karena pernikahan ini bukan keinginanku”
“bukan keinginanmu ataupun keinginanmu sendiri, kau harus bisa melupakannya. Tidakkah kau lelah hidup dalam segala kebohongan? Kebohongan yang kau ciptakan sendiri? Sadarlah, Ryuu!”
“kau juga tahu kalau aku tidak mencintainya, Eiko! Perasaan juga tidak bisa dipaksakan”
“sampai kapan kau akan seperti ini?”
Ryuu hanya terdiam beberapa saat lamanya.
“aku harus pergi sekarang, Ryuu. Sudah saatnya mengunjungi beberapa pasienku. Senang bisa mengobrol denganmu lagi”
Tanpa menunggu jawaban Ryuu, Takahara Eiko meninggalkan Ryuu sendirian di kantin itu.

Ryuu masuk ke ruang perawatan Kei.
“selamat pagi, Emily. Bagaimana kabar Kei? Apakah sudah mulai membaik?”
“eh, selamat pagi. Iya, Kei sudah mulai membaik”
Ryuu mendekati Kei yang masih terbaring di tempat tidurnya.
“apa kabar, Kei-kun? Senang bisa melihatmu lagi. Kuharap kau bisa secepatnya keluar dari sini. Aku tahu kau, kau sangat membenci rumah sakit. Aku benar, kan?”
Kei hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Ryuu.
“eh, sebaiknya aku keluar sebentar. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan dengan dokter”
Emily meninggalkan Ryuu dan Kei berdua di ruangan itu. Ryuu duduk di kursi di samping tempat tidur Kei.
“aku tahu kalau kau masih marah kepadaku. Dan aku paham benar tentang hal itu. Aku tidak menyalahkanmu, Kei-kun. Mungkin... aku pun akan melakukan hal yang sama seperti dirimu kalau aku menjadi kamu”
Kei hanya memalingkan wajahnya menatap keluar jendela yang ada di sampingnya.
“atas nama keluarga besar Yamada, aku ingin meminta maaf kepadamu. Maaf telah menyebabkanmu mengalami kejadian seperti ini. Kalau kau belum bisa menerimanya, tidak apa-apa. Dengan ada atau tidaknya kejadian seperti ini, aku tetap menyayangimu, Kei-kun. Tidak berkurang sedikitpun. Aku ingin kamu kembali lagi. Pulang ke rumah kita dan kembali meneruskan Yamada Group. Mereka sangat bergantung dan membutuhkanmu. Begitu juga dengan papamu. Ia sekarang lebih sering menyendiri. Ia selalu memikirkanmu. Tentang hal ini pun, aku belum memberitahunya”
Barulah Kei menoleh.
“untuk apa ia memikirkanku?”
“ia khawatir tentang dirimu. Kau keluar dari rumah itu tanpa membawa apapun. Sebagai seorang ayah, itu sangat mengganggu pikirannya. Sudah sejak kecil kau dirawatnya, dipenuhi segala keperluanmu. Kalau sekarang kau tiba-tiba pergi, tentu saja ia tetap merasa khawatir terhadapmu”
“tolong bilang kepadanya. Tak perlu ia khawatir tentang aku”
“aku bukannya yang ingin memikirkan kepentingan pribadi ataupun bisnis keluarga Yamada. Tapi banyak klienmu yang mengundurkan diri begitu tahu kau sudah tidak lagi menjabat CEO disana. Bagaimana nasib perusahaan itu ke depannya? Kau tak kasihan dengan para anak buahmu itu?”
“itu bukan perusahaanku. Kalianlah yang lebih berhak. Atau... kalian bisa merekrut Koyamada untuk menggantikanku”
“aku sedang tidak ingin membicarakan dia. Siapapun dia, aku tidak tertarik untuk membicarakannya”
“bukankah ia adalah penerus generasi keluarga Yamada yang asli? Suka atau tidak suka, dialah yang lebih berhak. Kau tak bisa memungkirinya, Oji-san”
“aku tahu. Hhh... aku benar-benar tak tahu tentang hal ini. Mungkin kalau waktu itu aku tidak mendesak Yasuo untuk bercerita yang sebenarnya, sampai dengan saat ini aku juga tidak tahu siapa itu Koyamada”
“lalu bagaimana tentang statusku? Bukankah kau tahu sudah lama? Mengapa kau tak memberitahukannya kepadaku? Kau tahu, aku seperti orang bodoh di hadapan kalian. Yang bisa kalian bodohi setiap harinya”
“ya, aku tahu semuanya tentangmu. Dan kau juga tahu kalau aku selalu di bawah bayang-bayang Yasuo dan papaku. Aku tidak berani memberitahukannya kepadamu waktu itu, maaf”
“apakah kau tahu siapa keluargaku yang sesungguhnya?”
Ryuu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
“hei... mengapa kau tidak menjawabku, Oji-san?”
“aku belum bisa menjawabnya, maaf”
“baiklah. Tapi sekarang, tolong tinggalkan aku sendirian. Aku belum ingin bertemu dengan orang yang ada hubungan dengan keluarga Yamada, maaf”
Kei membalikkan badannya memunggungi Ryuu. Perlahan Ryuu pun melangkah keluar meninggalkan Kei. Tak lama kemudian, Emily kembali masuk ke kamar Kei.
“Oji-san baru saja pergi, ya? Apa yang kalian bicarakan tadi?” Emily bertanya sambil membetulkan letak bunga yang ada di dalam vas samping tempat tidur Kei.
“tolong, aku sedang tak ingin bertemu dengan siapapun. Apalagi orang yang ada hubungannya dengan keluarga Yamada. Dan jangan bicarakan mereka lagi!”
Emily lalu duduk di samping tempat tidur Kei.
“kalau ia tidak sayang kepadamu, Oji-san tidak mungkin meluangkan waktunya kesini untuk mengunjungimu. Kau tahu kan kalau sekarang ini banyak pekerjaan di kantor? Dan ia memilih untuk meninggalkan itu semua demi kamu. Sudah beberapa hari ini ia tidak pulang ke Manhattan. Kalau aku jadi dia, mungkin aku juga bingung. Disisi lain ada kamu, tapi disisi lain ada kakaknya dan perusahaan. Semua sama pentingnya. Tidakkah kamu menghargai apa yang dilakukan olehnya? Aku melihat ia sangat sedih melihatmu seperti ini. Kau berubah menjadi orang asing adalam sekejap mata di hadapannya. Ia sangat terluka. Apakah kau sudah tidak menyayanginya lagi, Kei?”
Kei hanya menatap Emily,”aku tidak ingin membicarakan hal itu, Emily”
“ya sudahlah kalau kau belum ingin membicarakan hal ini. Tapi aku hanya berharap kalau kau tidak berubah kepadanya. Aku ikut sedih melihat hubungan kalian seperti ini”
Emily bermaksud beranjak dari duduknya. Namun Kei menarik tangan Emily untuk mendekat kepadanya.
“bagaimana kabarmu?”
“maksudmu?”
“baru beberapa hari tapi sepertinya sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu”
“kau kritis selama beberapa hari, Kei”
“apakah kau baik-baik saja?”
“kau tak perlu mengkhawatirkanku. Sekarang yang perlu kita fokuskan adalah kesembuhanmu terlebih dahulu. Semoga kau cepat keluar dari rumah sakit ini. Aku tadi sudah bertanya kepada dokter bahwa kau akan segera pulih dalam beberapa hari. Dan kita bisa segera pulang”
“trimakasih, Emily. Apakah kandunganmu baik-baik saja? Bagaimana dengan obatmu?”
“kau tak perlu khawatir tentang hal itu. Aku baik-baik saja, I told you”
Eiko masuk ke ruangan Kei.
“rupanya keadaanmu sudah mulai membaik, Yamada”
“ya, trimakasih”
“tapi aku akan memeriksamu kembali. Kuharap kau bisa segera meninggalkan rumah sakit ini. Kasihan istrimu disini terus. Aku sudah menyuruhnya untuk istirahat di rumah tapi ia tak mau. Kau seharusnya bangga mempunyai istri sebaik dia”
“tentu”
Eiko segera memeriksa keadaan Kei. Seorang perawat membantunya.
“keadaanmu sudah mulai membaik, Yamada. Aku hanya akan memberimu obat biasa. Tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kesehatanmu lagi. Tapi tetap kau harus beristirahat dulu disini”
“trimakasih”
“baiklah, aku pergi dulu. Senang bisa bertemu lagi denganmu, Kei”
“bertemu lagi? Maksudmu?”
“ah, tidak. Tidak ada apa-apa. Semoga hari kalian menyenangkan. Permisi”
Sepeninggal Eiko...
“apa maksud dokter tadi?”
Emily hanya mengangkat bahunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar