Sabtu, 31 Mei 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 17-tamat)



Angela yang masih diambang pintu hanya bisa melongo tidak tahu apa yang sedang terjadi. Nick rupanya belum puas. Dia masih terus menghajar Nicco yang sudah agak kepayahan. Anehnya, Nicco sama sekali tidak membalas.
“lihat! Apa yang telah kau lakukan kepada Natale! Kau lebih mementingkan urusanmu sendiri daripada istrimu! Dan kau telah mengorbankan keselamatan keluargamu sendiri. Suami macam apa kamu ini?! Kau memang tidak pernah bisa berubah! Sebenarya kau tidak pantas untuk mendapatkan Natale!”
Angela dan Natale tidak bisa berbuat apa-apa. Terus terang, baru kali ini mereka melihat Nick garang seperti itu, termasuk Nicco. Sampai sekuriti yang berusaha untuk menjauhkan Nick dari Nicco.
“lepaskan aku! Biarkan aku menghajarnya, kalau perlu akan kubunuh dia! Aku tidak peduli siapa kamu!”
Para sekuriti rumah sakit terus memegangi Nick yang masih didera amarah kepada Nicco. Sedangkan Nicco berusaha untuk berdiri walaupun terhuyung-huyung sambil memegangi kepala dan hidungnya yang terasa sakit. Mereka berdua segera dibawa ke kantor sekuriti rumah sakit.
“ada apa ini?”
“mereka berdua membuat keributan di kamar salah seorang pasien, pak”
“pasien itu istriku, dan dia adikku”
“mengapa kalian berkelahi di kamar pasien? Kalian tahu tidak kalau itu bisa mengganggu pasien?”
“ya, kami tahu”
“kami bisa melaporkan urusan ini ke polisi”
“pak, dia adikku. Kami akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan. Iya kan Nick?”
Nick yang masih emosi hanya terdiam.
“boleh saja, asal kalian menandatangani surat pernyataan bahwa kalian tidak akan berbuat onar disini lagi”
“tentu. Buatkan saja suratnya. Kami akan menandatanganinya”
Nick dan Nicco segera menandatangani surat pernyataan itu.
“begitu kami melihat kalian berbuat seperti itu di area rumah sakit ini, kami pasti akan melaporkan kalian ke kantor polisi. Kalian paham? Sekarang kalian boleh pergi”
Setelah di luar ruangan itu, Nicco mendekati Nick.
“Nick…”
Nick menangkis tangan Nicco yang terulur.
“kau memang brengsek, Nicco!”
Dengan agak menyeret Angela, mereka segera ke kantin dan memesan minuman.
“kau baik-baik saja, Nick?”
“ya”
“bisakah kau jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?”
Nick hanya menghela nafas panjang dan bersandar di kursi.
“dia tadi Nicco, kakak kembarku. Dan yang dirawat di ruangan tadi Natale, istrinya. Gara-gara kelakuan Nicco yang tidak pernah bisa berubah, Natale jadi seperti itu. Aku sudah bersabar, tapi kali ini tdak”
“apa yang dilakukannya?”
“dia musuhnya banyak, Angela. Hingga Natale yang tidak tahu apa-apa yang harus menanggung semuanya”
“kok bisa?”
“ceritanya panjang, Angela. Sudahlah, aku sedang tidak ingin membicarakannya”
“baiklah, kau baru saja datang. Apa kau tidak ingin beristirahat dulu?”
“sebenarnya aku ingin mengenalkanmu dengan Natale. Tapi, lain kali saja. Karena Nicco pasti sedang berada disana”
“Nick, dia kakakmu. Tidak bisakah kalian berdamai. Kulihat dia tadi tidak memperlihatkan dendam kepadamu. Dia juga tidak membalas sewaktu kau menghajarnya tadi”
Nick masih tetap diam sambil meminum minumannya. Angela menyentuh bahu Nick.
“apa kau mau seperti  ini terus? Ayolah, Nick. Bisakah kita ke ruangan Natale sekarang?”
Nick hanya menatap Angela yang tersenyum manis lalu berdiri.
“baik, ayo…”
Nick menggandeng Angela menuju ruangan Natale lagi. Natale dan Nicco menatap Nick dan Angela.
“Nick, maafkan aku. Kau benar, sebenarnya aku tidak layak mendapatkan Natale. Seharusnya Natale milikmu. Tapi ternyata, aku tidak bisa membahagiakannya. Aku bisanya hanya membuatnya menderita”
“sebenarnya, aku menyayangimu. Kita bersaudara. Aku hanya tidak ingin semua terancam keselamatannya gara-gara apa yang kau lakukan di luar sana, entah apa itu. Bisakah kau menghentikannya? Tidakkah kau kasihan kepada istrimu? Apalagi sekarang dia sedang hamil anakmu?”
Nicco hanya terdiam lalu mendekati Natale.
“maafkan aku, sayang…”
“… sudahlah. Aku mencintaimu, Nicco”
Nicco membelai Natale dan mencium keningnya.
“aku juga mencintaimu, sayang”
Sejenak mereka lupa dengan keberadaan Nick dan Angela.
“ehem… sebenarnya aku ingin memperkenalkan Angela kepada kalian”
“owh, maaf. Kami melupakan kalian”
“Angela, perkenalkan. Ini Nicco, saudaraku. Dan itu Natale, istrinya”
“hai, senang berkenalan denganmu”
“ya, kami juga senang berkenalan denganmu, Angela. Maaf, pertemuan pertama kita kurang begitu mengenakkan”
“tidak apa-apa”
“dan sekarang, sebaiknya kami pergi dulu. Aku harus menemui Wilma. Dia di rumah sendirian”
“dia di rumah?”
“iya, Nicco. Tadi kusuruh Luigi untuk mengantarnya pulang. Dia belum terbiasa di rumah itu”
“baiklah, pergilah kalian. Sampaikan salamku untuknya. Nanti aku menyusul. Aku juga ingin sekali bertemu dengannya”
“kami pergi dulu, Natale”
Nick memeluk Natale dan tersenyum lalu mengajak Angela untuk meninggalkan rumah sakit itu menuju rumah dengan memakai taksi.
“rumahmu masih jauh, Nick?”
“tidak, ada di pinggiran kota”
Taksi mulai memasuki halaman istana menuju lobi.
“rumahmu besar sekali, Nick? Siapa sebenarnya dirimu?”
“aku adalah aku, Angela. Dan ini bukan rumahku. Ini milik papaku”
Taksi berhenti di lobi. Setelah membayar taksi, Nick mengajak Angela yang masih ragu-ragu. Nick menggandeng Angela memasuki rumah itu.
“Luigi, dimana adikku?”
“ada di kamarnya, di samping kamarmu, tuan”
Nick segera menuju kamar Wilma dan mengetuk pintunya.
“Wilma, Wilma!”
Wilma segera keluar dan memeluk Nick.
“mengapa kau lama sekali, aku takut disini sendirian. Rumah ini terlalu besar,Nick”
“aku sudah ada disini, mengapa harus takut? Kamu sudah makan?”
“iya”
“kau suka tinggal disini?”
“sebenarnya suka, tapi aku tidak terlalu suka dengan orang-orang yang bertampang seram itu. Kulihat mereka semua membawa senjata”
“itu hanya untuk berjaga-jaga saja. Mereka tidak apa-apa”
Suara mobil berhenti di lobi. Ternyata Nicco. Ia melepas kacamata hitamnya dan masuk ke lobi menuju ruang tengah. Ia melihat ada Angela, Wilma dan Nick disitu.
“hai, ini yang bernama Wilma?”
“oh… kau, Nicco? Iya. Wilma, dialah kakakmu yang namanya Nicco”
Wilma hanya terdiam dan bersembunyi di balik Nick.
“ada apa, Wilma? Beri salam kepadanya. Bukankah kau yang kemarin bersemangat sekali untuk bertemu dengannya?”
Dengan agak ragu, Wilma menjabat tangan Nicco.
“h-hai…”
“kau cantik sekali, Wilma”
“trimakasih”
“kenapa? Kau tidak suka bertemu denganku?”
“bukan begitu. Hanya saja… apakah setiap hari kau membawa senjata seperti itu?”
“oh, maaf. Rupanya ini yang membuatmu takut”
Nicco meletakkan kedua senjatanya yang ada di pinggangnya di atas meja.
“nah, sekarang kau sudah tidak takut lagi kan? Kemarilah”
Nicco memeluk Wilma.
“kuharap kau juga menyukaiku. Kau tahu, Wilma? Aku begitu terkejut sewaktu tahu aku masih mempunyai saudara kembar. Terlebih saudara perempuan. Aku senang memiliki kalian, sungguh. Kau boleh tinggal disini semaumu. Selamanya juga boleh”
Wilma tersenyum. Rupanya ia sudah merasa nyaman dengan Nicco.
“dulu, sewaktu Nick memberitahuku kalau kalian kembar, maksudku tidak ada bedanya sama sekali, aku tidak percaya. Karena selama ini yang kutahu, walaupun kembar, pasti ada bedanya walaupun sedikit. Tapi, kini aku percaya. Kalian memang kembar dalam arti yang sebenarnya. Karena aku tidak bisa membedakan fisik kalian”
“itu sebabnya dia bisa mendapatkan Natale” seloroh Nick.
“apa maksudmu, Nick?” Wilma bertanya.
“lupakan saja, Wilma. Itu masa lalu kami” jawab Nicco.
“katanya kau mau jalan-jalan, sudah lama kau tak kesini. Kau bisa meminta Luigi untuk mengantarmu”
“aku saja yang mengantarnya, Nick. Aku ingin kenal lebih dekat dengan Wilma. Maukah kau kuantar jalan-jalan?”
“lalu, bagaimana dengan Natale?”
“nanti aku dan Angela yang akan menjaganya”
“thanx, Nick. Aku dan Wilma pergi dulu”
Nicco dan Wilma segera ke depan diikuti Nick dan Angela.
“Luigi, siapkan mobilku”
“ya, tuan”
Sebentar saja mereka sudah ada di jalanan ibukota yang sore itu lumayan ramai.
“kau bawa senjata juga?”
“oh,emh… ya. Itu untuk berjaga-jaga saja”
“dari apa?”
“yah… siapa tahu ada orang yang jahat”
“tapi Nick tidak pernah kulihat membawa senjata dan tidak pernah ada orang jahat kepadanya”
“itu karena… oya, kemana tadi kau ingin pergi?”

Trevi Fountain

Nicco mencoba mengalihkan pembicaraan.
“aku ingin ke air mancur Trevi. Aku paling suka menghabiskan waktu disitu. Dulu sewaktu masih kuliah dan aku berkunjung kesini, Nick selalu menemaniku di Trevi Fountain itu”
“baiklah, kali ini aku yang akan menemanimu”
“kau tahu, Nicco. Aku kira kau tidak akan bisa menyukaiku. Tapi ternyata kau orang yang baik, seperti Nick”
“kau berpikir aku orang yang baik? Trimakasih, sayang. Jadi, kau juga mau kan menyangiku seperti halnya kau menyayangi Nick”
“tentu saja. Aku juga berharap suatu saat, kau bisa berkunjung ke Belanda”
“tentu saja. Setelah Natale pulih kesehatannya. Bagaimana kabar mama?”
“baik”
“aku hanya tidak menyangka saja. Kalau ternyata aku masih mempunyai mama dan adik”
“aku juga. Ternyata aku punya dua kakak yang sama persis. Kita sudah sampai”
Setelah memarkir mobilnya, mereka segera keluar menuju Trevi Fountain. Nicco menyelipkan senjatanya di balik pinggangnya.
“aku sebenarnya masih belum terbiasa. Kemana-mana kau selalu membawa senjatamu. Terus terang, aku takut”
“lama-lama kau akan terbiasa, Wilma”
Mereka menghabiskan sisa sore dan malam itu di Trevi Fountain, jalan-jalan keliling kota dan dinner. Sedangkan Nick dan Angela menunggu Natale di rumah sakit. Keadaan Natale sudah mulai membaik.

Suatu pagi, Nick dan Nicco sedang menikmati kopi mereka di kantin rumah sakit. Sedangkan Angela menemani Wilma keliling kota.
“katanya ada yang ingin kau bicarakan, Nick?”
“ya, aku ingin menikahi Angela”
Nicco terkejut dan menatap Nick.
“ ada apa? Sepertinya kau terkejut sekali”
“aku justru senang sekali, Nick. Kau sudah membicarakan hal ini dengan Angela?”
“belum, baru kepadamu saja. Aku juga belum bicarakan hal ini kepada mama ataupun papa. Aku tak tahu bagaimana sikap mereka nanti. Ini terlalu mendadak, menurutku”
“menurutku, kau harus membicarakannya terlebih dulu dengan Angela. Sepertinya Angela gadis yang baik”
“kau pasti tidak akan percaya jika mengetahui siapa dia sebenarnya”
“siapa? Apakah aku melewatkan sesuatu?”
“sebenarnya Angela adalah kakak Claudia. Wanita yang pernah dekat denganmu dulu”
“apa? Kakak Claudia?”
“ya, dunia ini sempit, bukan?”
“berarti… Angela mengetahu tentang siapa aku?”
“tidak, katanya sudah lama dia tidak bertemu adiknya. Kalau suatu hari nanti kami menikah, bukankah kemungkinan besar Claudia akan hadir? Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan Natale lagi”
“aku sudah tidak berhubungan dengannya lagi. Kau bisa mempercayaiku. Jadi, kalau suatu saat nanti kami bertemu kembali, aku tidak mempermasalahkannya. Begitu juga dengan Natale”
“ok, thanx. Aku akan mencoba membicarakan hal ini dengan Angela”

Malam itu setelah dinner berdua, Nick mengajak Angela jalan-jalan di tepi sungai Tiber.
“ok, sekarang kita sudah disini, berdua saja. Apa yang ingin kau bicarakan?”
Nick hanya menyandarkan tubuhnya di tepi pembatas sungai Tiber itu.
“hei, ada apa denganmu? Biasanya setelah dinner, kau yang bersikeras untuk segera mengantarkanku pulang. Dan tadi, kau melarang Wilma untuk ikut dengan kita”
“ya, karena sudah beberapa hari aku disini, tapi tidak pernah sekalipun aku bisa berdua denganmu. Lagipula, beberapa hari lagi aku harus segera pulang ke Belanda. Kali ini aku tidak bisa memperpanjang masa tinggalku karena Wilma harus sekolah”
“baiklah, terus?”
“setelah kejadian di bandara Schipool itu, kita belum pernah membicarakan hubugan kita. Maksudku… benarkah kau mencintaiku?”
“Nick, aku wanita yang tegar, keras kepala, tidak pernah mengeluh ataupun menyerah. Pantang bagiku untuk menangis di hadapan orang, apalagi lelaki. Sebenarnya aku mencintaimu sejak dulu, bahkan sebelum kau mengajakku dinner di malam itu. Tapi, karena kau orang yang introvert, kupikir kau tidak menyukaiku. Hanya sekedar dinner biasa saja”
“jadi…”
“… ya, aku mencintaimu, Nick. Sangat. Tapi, sebenarnya aku belum yakin sampai dengan hari ini dengan apa yang kau katakan di bandara waktu itu. Kau hanya bilang bahwa kau juga mencintaiku. Tapi sejak hari itu hingga detik ini, kita tidak pernah membahas tentang itu lagi”
“maaf, aku bukan orang yang romantis. Yang bisa merangkai kata-kata indah untuk meyakinkan wanita bahwa aku sangat mencintainya. Seperti inilah aku, apa adanya”
“aku mencintaimu apa adanya. Seperti itulah dirimu. Sifatmu tidak pernah berubah sejak kita sekolah dulu. Walaupun kau orang yang pendiam, aku tetap menyukaimu. Terus terang saja, dulu aku tidak begitu mengenalmu. Tapi, begitu ada gossip yang menyebar bahwa kekasihmu tewas terbunuh itu, aku mulai penasaran. Aku mulai mencari tahu tentang siapa dirimu. Terkadang bahkan aku memata-mataimu”
“kau?”
“iya. Dan juga sebenarnya waktu kau mengajakku dinner waktu itu, aku senang sekali, Nick. Tapi, karena aku sedang kacau, aku memilih untuk mengundurkan diri. Seolah aku tidak menanggapimu. Aku hanya bisa memendam perasaan ini.  Sampai akhirnya aku lulus kuliah”
“apakah aku boleh tahu apa masalahmu?”
Angela hanya terdiam dan menunduk. Ia hanya melayangkan pandangannya ke sungai  Tiber yang penuh dengan cahaya warna-warni di sisi-sisi sungai. Nick menyentuh pundak Angela.
“maaf…”
“aku hanya takut untuk menceritakan hal ini kepadamu”
“kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksamu”
“aku mengalami kekerasan seksual, oleh ayah tiriku sendiri. Aku tidak berani cerita kepada siapapun. Baru kali ini aku menceritakan kepada orang lain. Aku diancam, aku begitu ketakutan”
Angela tidak dapat menahan tangisnya. Nick pun memeluknya.
“sudahlah, Angela”
“sekarang terserah dengan keputusanmu. Kalau kau menginginkan kita berpisah, aku menerimanya”
“aku tidak mempermasalahkan masa lalumu. Aku mencintaimu, Angela”
Nick mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

Sungai Tiber

“ini untukmu”
“Nick, ini…”
“bukalah”
Angela membuka kotak kecil itu lalu menatap Nick.
“Nick…”
“maukah kau menikah denganku? Dan biarkan aku menambahinya dengan lebih jelas, menikah denganku dalam waktu dekat ini?”
Angela hanya terdiam, gugup.
“mengapa kau terdiam seperti itu? Aku menunggu jawabanmu”
“haruskah kujawab sekarang?”
“tentu saja”
“yes, I do. Aku mau menikah denganmu. Untuk lebih jelasnya, dalam waktu dekat ini”
“thanx, Angela. Sebenarnya aku sempat ragu untuk memintamu untuk menikah denganku. Karena kupikir selama ini aku orang yang tidak begitu beruntung dalam hal percintaan”
“dan kau tahu? Hari ini sudah kurindukan bertahun-tahun yang lalu. Thanx God it’s real now”
Nick membantu Angela untuk memakaikan cincin itu di jari Angela. Nick kemudian memeluk dan mencium Angela.
“kau sendiri yang memilih cincin ini?”
“ya, kurang bagus ya? Maaf, aku memang tidak pandai dalam hal itu”
“aku tidak peduli cincin apa yang kau berikan kepadaku”
“baiklah. Mmm… kuantar kau pulang sekarang. Hari sudah larut malam”
“kau memang tidak pernah berubah, Nick. Selalu mengantarkanku pulang sebelum tengah malam”
Nick segera mengantar Angela pulang. Setelah itu, barulah ia kembali ke rumahnya. Dilihatnya Luigi msih duduk-duduk di depan lobi. Nick menyerahkan kunci mobilnya kepada Luigi.

Pagi itu, Nick pergi ke rumah sakit untuk menemui Natale. Ia melihat Natale duduk di dekat jendela.
“selamat pagi, sayang”
“kau, Nick? Selamat pagi”
“kau sudah merasa baikan?”
“ya, kuharap aku diperbolehkan pulang secepatnya”
“aku juga berharap seperti itu. Karena aku akan menikah dengan Angela”
“what?!”
“kenapa? Kau cemburu?”
“mengapa kau selalu berpikiran seperti itu?”
“yah… siapa tahu kau masih mencintaiku, sayang”
“dan jawabanku tetap tidak, sayang. Aku mencintai suamiku sendiri, walaupun kelakuannya seperti itu. Kau sudah membicarakan hal ini dengan Angela?”
“ya, semalam. Dan dia mau menikah denganku. Tapi, aku belum memberikan kabar ini kepada mama dan papa”
“menurutku, kau memang harus menikah secepatnya. Atau kau harus menunda pernikahanmu sampai dengan tahun depan”
“mengapa?”
“papamu akan ke Amerika selama beberapa bulan bersama Valent. Kecuali kalau kau ingin menikah tanpa kehadiran papa kandungmu”
“tentu saja aku ingin papa hadir. Aku sudah tidak sabar untuk menunggu hari itu tiba. Tapi… kau tidak apa-apa kan kalau Claudia juga ikut hadir di pernikahan kami. Karena Angela kakaknya”
“aku tidak apa-apa. Itu sudah masa lalu, Nick”
“thanx, Natale. Makanya aku ingin segera kamu sembuh dan membantuku mempersiapkan segalanya. Kau tahu, aku tidak tahu apapun tentang wanita”
“tentu, aku akan membantumu”

Senja itu, di Odescalchi Castle, di tepi danau Bracciano, Nick dan Angela menggelar acara pernikahan mereka. Mereka hanya mengundang kerabat, teman dekat dan rekan-rekan Nicola Aueltta Rossa. Mereka saling berbincang akrab. Michael dan Lara turut hadir juga.
Waktu itu Natale dan Lara sedang berbincang santai di meja mereka sewaktu Nick datang menghampiri mereka.
“hai, ladies…”
“ini dia pengantin kita. Selamat, Nick”
“thanx, Lara. Trimakasih akhirnya kau datang juga. Jauh-jauh dari Belanda”
“ini semua demi kamu, Nick”
“kalau aku melihat kalian, aku sepertinya ingin tertawa”
“mengapa?”
“lihatlah kalian, sama-sama sedang hamil. Berapa bulan, Lara?”
“baru enam bulan”
“kalau mantan kekasihku ini hampir lima bulan. Benar kan, sayang?”
“kau sayang sekali dengan Natale. Asal jangan cinta lama bersemi kembali saja. Kalian sudah punya masing-masing”
“Nick sering bertingkah seperti itu. Aku tidak mau lagi ada salah paham dengan Nicco”
“kamu tenang saja, sayang. Nicco tidak akan menghajarku lagi, tapi Angela”
Lara dan Natale hanya tertawa bersama.
“Natale, trimakasih. Kau sudah membantuku mewujudkan acara ini”
“aku hanya memberi masukan saja”
“itu sudah lebih dari cukup, sayang”
Di sudut yang lain, nampak Nicco dan Michael juga sedang berbincang santai.
“terus terang saja aku kaget waktu pertama kali melihatmu”
“kau pernah melihatku?”
“ya, waktu itu aku dan Nick sedang ada di kedai kopi. Lalu kau lewat. Kalian sangat mirip, aku tidak bisa membedakan kalian berdua”

Odescalchi Castle

“aku bisa”
Claudia tiba-tiba ikut nimbrung.
“oh… hai, Claudia. Apa kabar?”
“baik. Bagaimana denganmu,  juga Natale?”
“kami baik-baik saja. Dan sekarang kami sedang menunggu kelahiran anak kedua kami”
“selamat ya, aku ikut senang”
“dengan siapa kamu kesini?”
“sendiri”
“oya, Mike. Kenalkan, ini Claudia. Claudia, ini Michael”
“hai, senang bertemu denganmu”
“aku juga”
“kalian sudah saling kenal?” Angela tiba-tiba datang menyeruak di antara mereka.
“e-ya, tentu saja. Kami… kami dulu…”
“… kami dulu teman baik. Iya kan, Nicco?”
“teman baik? Ya, tentu saja. Dulu kami teman akrab”
“dan sekarang kalian lebih dari teman akrab. Kalian sekarang satu keluarga”
“ya, tentu saja. Kita sekarang satu keluarga, Claudia”
“selamat datang di keluarga Auletta Rossa, Angela”
“oh, papa. Trimakasih, pa”
“aku merubah semua jadwal kerjaku di Amerika. Karena Nick mendadak mengabari akan menikah dalam waktu dekat. Tentu saja aku tidak mau melewatkan hal ini”
“aku juga tidak tahu kalau Nick akan melamarku secepat ini”
“oya, pa. Dimana Valent?” Nicco bertanya.
“dengan Emma di kamarnya, kau tidak perlu khawatir”
Pesta itu berlanjut sampai malam. Mereka pun berdansa bersama. Nicco berdansa dengan Natale.
“setelah ini kau harus masuk ke kamarmu, sayang”
“kenapa?”
“angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Aku tidak mau kamu sakit. Ingat, kau sedang mengandung. Dan aku tidak mau kena marah dokter Salvatore lagi”
Natale hanya tersenyum dan mencium Nicco.
“aku mencintaimu, Nicco. Bahkan setelah aku mengetahui siapa dirimu”
“aku juga mencintaimu, sayang. Sewaktu aku menculikmu dulu”
"ya, aku masih ingat betul"
"dan kau pun hampir bunuh diri gara-gara itu"
Natale hanya bisa tersenyum malu.
(baca edisi yang dahulu-wendy-mic)
“kuharap Valent tidak bertingkah seperti papanya hanya untuk mendapatkan kekasih”
Nicco hanya tersenyum lebar.
“aku bahagia sekali malam ini. Aku berkumpul dengan keluarga besarku. Terlebih lagi, aku memiliki istri sepertimu”
“yang benar? Lihat disana, ada Claudia”
“terus kenapa?”
“sepertinya dia memperhatikanmu terus”
“terserah dia, dia punya mata”
Natale tertawa sampai tamu-tamu yang lain melihat ke arah mereka.
“pelankan suaramu, Natale. Semua orang melihat ke kita”
“kau lucu, Nicco”
“aku tidak mau membicarakan dia lagi, oke?”
“kau sudah tidak menyukainya?”
“sudah ada kamu, itu sudah cukup bagiku. Maaf, baru sekarang aku menyadarinya”
“tidak mengapa. Nicco, suatu saat nanti, maukah kau menemaniku lagi untuk pulang ke Indonesia? Aku merindukan keluargaku disana”
“tentu saja, bisa menjadi second honeymoon untuk kita. I love you, Natale”
“I love you too, Nicco”
Nicco mencium Natale sambil terus berdansa dengan pasangan yang lain dan malam pun semakin larut….

THE END
WENDY-MIC

Selasa, 27 Mei 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 16)



Angela bangun agak siang karena menjelang pagi dia baru bisa tertidur di sofanya. Setelah mempersiapkan barang-barangnya dan segera mandi, ia menuju resepsionis untuk mengurus semuanya. Hari semakin siang, namun Nick belum datang juga untuk menjemputnya. Dengan rasa agak gelisah, Angela menunggu Nick di lobi. Mencoba menelponnya, namun ponsel Nick tidak aktif. Ia segera ke resepsionis untuk dicarikan taksi untuk mengantarnya ke bandara. Dengan dibantu petugas hotel, ia ke depan lobi dengan membawa beberapa kopornya, menanti taksi yang di pesan. Ia pun masih melihat ke sekeliling siapa tahu dia menemukan Nick.
Sebuah taksi berhenti di depannya. Petugas hotel bermaksud untuk menaruh barang-barang Angela di bagasi taksi. Namun, seseorang menahannya.
“tunggu! Masukkan barang-barang ini ke mobilku. Aku yang akan mengantarnya ke bandara. Masuklah ke mobilku, Angela”
Setelah membayar cancel-fee, Nick segera memacu mobilnya ke bandara. Penampilannya begitu berantakan tidak seperti biasanya. Pun tercium bau alcohol dari mulutnya. Ia menutupi matanya yang memerah dengan kaca mata hitamnya.
“maaf, aku terlambat menjemputmu”
Angela hanya terdiam. Karena sikap Nick yang amat dingin terhadapnya. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di bandara.
“masih ada waktu sebentar, Angela. Kau mau langsung masuk atau…”
“… aku langsung masuk saja. Trimakasih atas semuanya. Kau banyak membantuku disini. Maaf, kalau aku sudah merepotkanmu selama ini”
“ya”
Karena bagasi Angela sudah masuk, maka Angela hanya membawa tas ranselnya.
“bye, Nick. Senang bertemu lagi denganmu”
Angela melangkah meninggalkan Nick. Namun, baru beberapa langkah, Nick mencekal tangan Angela. Angela terkejut. Apalagi sewaktu nick dengan tiba-tiba mencium Angela beberapa saat lamanya dan memeluk pinggang Angela.
Setelah itu, Angela hanya bingung dengan sikap Nick barusan.
“aku juga mencintaimu, Angela”
Angela hanya tersenyum.
“aku akan menunggumu di Roma, Nick”
“tentu”
Angela menyentuh pipi Nick dan menciumnya sekali lagi.
“bye!”
Angela segera masuk dan melambaikan tangannya kepada Nick dengan senyum lebar di mukanya. Setelah Angela tidak kelihatan lagi, Nick segera menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.
“Nick, darimana saja kau tadi malam? Semalam kamu tidak pulang dan tidak juga memberi kabar”
“aku tidak kemana-mana, ma. Hanya menginap di rumah teman”
“teman yang mana?! Lihat penampilanmu, berantakan! Semalam kau minum-minum, ya?”
“hanya sedikit, mama”
“itu bukan dirimu, Nick. Ada apa?”
“tidak ada apa-apa, ma. Percayalah”
“aku tahu kamu, nick”
“sudahlah, ma. Aku ingin istirahat sebentar”
Tanpa mendengar omelan mamanya yang panjang lebar, Nick segera naik ke kamarnya. Ia langsung menghempaskan badannya ke ranjangnya yang besar itu. Maria hanya geleng-geleng kepala di belakangnya dan menutup pintu kamar Nick.

Di suatu sore, Natale berpapasan dengan Pablo di lantai bawah.
“selamat sore, nyonya”
“Pablo, kau tahu dimana suamiku?”
“aku tidak tahu, nyonya. Tapi sebelum pergi tadi, dia hanya berpesan agar nyonya tidak kemana-mana. Aku yang diberi tanggung jawab untuk menjagamu, nyonya”
“tidak biasanya dia seperti itu. Ada apa, Pablo? Kau mengetahui sesuatu?”
“maaf, aku tidak tahu”
“sebenarnya aku ada perlu keluar sore ini. Aku harus membeli beberapa barang-barang”
“kau bisa menuliskan daftar barang yang ingin kau beli, biar aku menyuruh orangku untuk membelinya”
“untuk kali ini aku tidak percaya kepada orang lain. Aku harus membelinya sendiri”
“suamimu sudah berpesan seperti itu, nyonya. Aku tidak mau kena marah”
“sebenarnya ada apa?”
“sekali lagi, maaf. Aku tidak tahu”
“aku mau kau yang mengantarku, tentu dia tidak akan marah. Lagipula, aku tidak akan lama”
Pablo nampak agak kebingungan.
“aku yang memerintahmu, Pablo. Kalau sampai Nicco marah, aku yang akan bertanggung jawab. Kau tidak perlu khawatir”
“baiklah, aku akan mengajak Daniel turut serta. Aku akan menyiapkan mobilnya”
Akhirnya dengan diantar Pablo dan Daniel, Natale pergi ke butik langganannya. Daniel yang pegang kemudi.
“kalian bawa senjata juga? Kita hanya akan ke butik”
“kami tidak ingin ambil resiko, nyonya”
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di butik langganan Natale. Pablo ikut masuk sedangkan Daniel berjaga di mobil.
“boss, sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita sejak di jalan raya tadi”
“ya, aku juga melihatnya. Kau bisa melihat siapa mereka?”
“tidak”
“kau siap-siap saja disitu. Kami tidak lama”
“baik, boss”
Setelah membayar semuanya, mereka segera keluar menuju mobil dan segera meninggalkan tempat itu.
“Daniel, bisakah kita tidak ngebut?”
“maaf, nyonya. Kita harus segera sampai di rumah”
“Pablo, ada apa ini?”
“sepertinya ada yang mengikuti kita”
“siapa?”
Natale melihat ke belakang. Dan benar, sedari tadi memang ada sebuah mobil yang mengikuti mereka.
“kami belum tahu”
Tiba-tiba, mobil yang ada di belakang mereka, melepaskan tembakan-tembakan ke arah mobil Natale. Natale berteriak ketakutan. Daniel mengarahkan mobilnya ke pinggiran kota, dimana jalan raya tidak begitu ramai. Tapi sayang, mereka berhasil menembak ban belakang mobil natale hingga mobil pun oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan.
“ayo, kita harus segera keluar, nyonya!”
“mengapa? Mereka bisa menembaki kita, Pablo!”
“kalau kita masih tetap di mobil ini, kita juga bisa mati sia-sia, nyonya. Ayo, cepat! Aku akan melindungimu!”
Mereka bertiga segera keluar dari mobil yang sudah rusak parah itu dan segera berlari memasuki gang-gang kecil itu.
“nyonya, kita harus cepat. Mereka mengejar kita!”
“aku tidak kuat, Pablo”
“boss, masuk ke lorong ini saja!”
Akhirnya mereka bertiga meringkuk di sebuah sudut yang agak tersembunyi.
“Pablo, mengapa mereka berbuat seperti itu kepada kita? Kau pasti tahu siapa mereka”
“ya, mereka anak buah Patricio”
“siapa dia”

Natale


“musuh suamimu”
“ya Tuhan, ada apa lagi ini?”
“sepertinya mereka ingin balas dendam”
“dendam? Apa lagi yang telah diperbuat Nicco?!”
“seharusnya aku tidak bicara banyak kepadamu”
“beritahu aku, Pablo!”
“beberapa minggu yang lalu, suamimu membunuh adik Patricio”
“apa?! Nicco sudah gila! Kalian gila!”
“kalau kau berteriak-teriak seperti itu, mereka akan dengan mudah menemukan kita”
“aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang kalian lakukan?”
“menurutku, kau tidak perlu tahu, nyonya”
Dengan tergesa-gesa, Daniel mendekati mereka.
“ada apa, Daniel?”
“kita harus cepat pergi, bos. Sepertinya mereka mengetahui keberadaan kita”
Dengan cepat Pablo segera menggandeng tangan Natale dan segera berlari lagi di antara gang-gang kecil. Daniel berada di belakang mereka. Beberapa kali Daniel membalas tembakan anak buah Patricio. Karena berada paling belakang, Daniel pun tertembak dan roboh!
“Daniel!”
“nyonya, kita tidak bisa kembali”
“tapi Daniel tertembak!”
Pablo tidak menjawab, ia hanya terus berusaha berlari secepat mungkin. Tapi tiba-tiba pundak Natale tertembak. Ia pun jatuh tersungkur.
“nyonya!”
Anak buah Patricio semakin ganas menyerang mereka. Pablo pun tertembak bahunya. Tak jauh dari situ ada sebuah pohon besar. Mereka pun bersembunyi di pohon itu. Natale nampak terduduk menahan sakit. Sedangkan Pablo menyiapkan senjatanya dan menelpon ponsel Nicco.
“boss, dimana kamu, boss?”
“aku masih bersama Andriano. Ada apa?”
“anak buah Patricio mengejar kami. Mereka ada 5 orang kurasa. Daniel sudah tewas kukira”
“dengan siapa kamu?”
“dengan istrimu, boss”
“apa?! Bagaimana bisa kau bersama istriku sedangkan kalian dikejar anak buah Patricio?!”
“makanya aku menelponmu, boss. Kami berdua juga tertembak”
“istriku kena tembak?”
“iya, boss. Di bahunya. Makanya kami butuh bantuanmu sekarang sebelum mereka menemukan kami”
“Pablo, kalau terjadi apa-apa dengan istriku, aku sendiri yang akan membunuhmu!”
Nicco nampak sangat marah.
“dimana posisimu?”
“arah keluar kota. Tempat dimana kita dulu melakukan operasi terhadap Patricio”
“ok, tunggu aku! Aku akan segera kesana. Jaga baik-baik istriku!”
“tentu, boss”
Pablo segera memeriksa keadaan Natale.
“bagaimana keadaanmu, nyonya?”
“aku tidak tahu, Pablo”
Keadaan Natale sudah sangat kepayahan. Ia pun menahan rasa sakit yang mendera.
“aku sudah menelpon suamimu. Semoga dia bisa secepatnya sampai sini”
Pablo berusaha menghentikan pendarahan di bahu Natale.
“aku baru ingat, bukankah kau sedang mengandung? Bagaimana keadaan kandunganmu?”
Natale hanya memejamkan matanya dan menggeleng lemah.
Beberapa saat lamanya mereka bersembunyi di tempat itu. Tak lama kemudian, terdengar suara tembak-tembakan di kejauhan. Rupanya Nicco sudah datang dengan membawa orang-orangnya. Nicco berusaha menjauh dari arena pertempuran itu.
“Pablo! Pablo! Dimana kamu?”
“sebelah sini, boss!”
Nicco menuju arah suara Pablo dan mendapati Natale duduk menyandar pada pohon besar itu.
“kita harus segera keluar dari sini menuju rumah sakit, Pablo”
Nicco segera menggendong Natale menuju mobil yang terparkir di jalanan. Ada orang yang sudah standby di mobil itu.
“jalan sekarang, Andrianno! Cepat, ke rumah sakit terdekat!”
Pablo duduk di depan. Sedangkan Nicco dan Natale di belakang. Andriano pun dengan ngebut segera meninggalkan arena itu.
“bagaimana keadaanmu, sayang?”
Natale yang terbaring lemah di pangkuan nicco hanya terdiam sambil menahan rasa sakit.
“sebentar lagi kita sudah sampai rumah sakit”
Tak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah sakit dengan meninggalkan suara mobil yang berdecit. Dengan sigap, petugas rumah sakit segera membawa Pablo dan Natale ke ruang emergency. Nicco hanya bisa menunggu di depan pintunya sambil mondar mandir ditemani Andriano.

Malam itu, Nick sedang berbaring di ranjangnya ketika suara ketukan pintu mengagetkannya.
“hai, Nick. Boleh masuk?”
“oh, kau, Wilma. Masuklah, ada apa?”
“bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar?”
“sekarang?”
“tentu saja”
“aku masih capek, sayang. Bagaimana kalau besok saja”
“ah, kau pasti bohong lagi”
“janji, kita jalan-jalan besok malam. Ingatkan aku kalau aku lupa”
“oya, mama dan papa sudah mempersiapkan kepergian kita ke Roma. Kau sudah siap-siap?”
“apa yang perlu kupersiapkan? Justru kamulah yang paling lama dalam menyiapkan segala sesuatunya. Aku tidak mau kalau kau membawa barang yang banyak. Karena pulangnya pasti barang-barang kamu akan semakin bertambah banyak”
“tidak, hanya dua kopor besar saja”
“kita disana tidak lama, sayang”
“dan aku tidak peduli. Yang penting semua barang-barangku terbawa semua”
“terserahlah”
Nick menarik selimutnya, tapi Wilma segera membuang selimut Nick.
“ada apa lagi, Wilma. Aku ngantuk sekali”
“aku hanya mau bertanya”
“bertanya apa lagi?”
“kamu menyukai Angela atau tidak?”
“itu tidak perlu aku jawab”
“kalau begitu, aku sudah mengetahui jawabannya”
“apa?”
“kau menyukai Angela. Berani taruhan? Besok kau pasti kencan saat kita sudah di Roma”
“terserah apa katamu, sayang. Yang penting sekarang aku harus tidur, ok?”
Nick mengusir Wilma dan mengunci pintu kamarnya.

Dokter Salvatore keluar dari ruang operasi, Nicco segera mendekatinya.
“ikut aku ke ruanganku”
Mereka segera ke ruangan dokter Salvatore.
“duduklah”
Dokter Salvatore menghempaskan tubuhnya di kursinya. Melepaskan kacamatanya dan mendesah.
“sepertinya baru kemarin aku memperingatkanmu, Nicco. Kamu sudah lupa? Kehamilan istrimu kali ini sangat rentan, lemah. Kuminta kau untuk menjaganya baik-baik, lebih dari kehamilannya yang kemarin”
“lalu, bagaimana keadaannya sekarang?”
“peluru di bahunya sudah diangkat. Dia juga mengalami pendarahan. Tapi, untunglah tidak begitu mempengaruhi  janinnya. Sebenarnya, ini bukan urusanku. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Berkali-kali istrimu terluka”
“yah… ini semua memang salahku. Hingga dia terlibat di segala urusanku”
“kau sudah mempunyai keluarga, Nicco. Keluarga yang sempurna, menurutku. Istri yang cantik, anak lelaki yang lucu, ditambah lagi sekarang istrimu sedang hamil anak kedua. Aku tidak tahu apa aktivitasmu selama ini. Tapi menurutku, kalau aktivitasmu itu mengganggu keselamatan keluargamu, tinggalkan! Kau mau mengorbankan keselamatan mereka semua?”
Nicco hanya bisa terdiam.
“maaf, kalau aku terlalu banyak bicara. Aku hanyalah seorang dokter yang siap membantu pasienku. Oya, tadi istrimu sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Tapi, dia masih belum sadar karena pengaruh obat bius. Juga temanmu yang satunya lagi itu”
“ya, trimakasih banyak”
“kuharap, ini kejadian terakhir istrimu mengalami kejadian ini. Kasihan dia, Nicco”
“ya, aku mencintainya. Tapi, aku juga tidak tahu bagaimana menghentikan semua ini”
“atau kau bisa minta tolong kepada papamu”
“tidak, ini urusan pribadiku. Aku sendiri yang akan menyelesaikan semuanya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku akan melihat keadaan Natale”
“ya, tentu”
Dengan cepat, Nicco segera menuju ruang perawatan. Nicco membuka pintu kamar itu. Hanya ada seorang suster yang sedang merawatnya. Setelah selesai, perawat itu segera keluar dari ruangan itu.
Nicco mendekati Natale yang masih belum sadar karena obat bius itu.
“maafkan aku, sayang”

Dengan diantar Maria dan James, Wilma dan Nick menuju bandara.
“Nick, jaga baik-baik adikmu. Kau sudah tahu tingkahnya seperti apa, manja”
“ah, papa terlalu melebih-lebihkan saja”
“tapi itu benar, sayang”
“Nick, kau sekarang sudah bersekongkol dengan papa?”
“tidak, aku hanya bicara fakta. Benar kan, ma?”
“sudah, sudah. Masuklah sekarang. Nanti kalian ketinggalan pesawat”
“iya, ma. Kami pergi dulu”
Nick dan Wilma memeluk Maria dan James untuk bersiap terbang ke Roma.

Natale sudah sadar dari pengaruh obat biusnya.
“Natale, bagaimana keadaanmu, sayang”
“bahuku sakit sekali”
“kau pasti akan cepat sembuh. Maafkan aku, Natale”
“kau sudah bertemu dokter Salvatore?”
“sudah, semalam”
“bagaimana dengan kandunganku?”
“kandunganmu baik-baik saja. Walaupun kau sempat mengalami pendarahan”
“lalu, bagaimana dengan Pablo dan Danielle? Mereka berdua telah melindungiku”
“Pablo juga sedang dirawat. Sedangkan Danielle… dia tewas. Maaf”
Natale hanya terdiam. Nicco menggenggam tangan Natale.
“istirahatlah dulu, sayang”
“kau mau kemana?”
“aku ada urusan sebentar. Akan kukirim seseorang untuk menjagamu”
Setelah mencium Natale, Nicco bergegas meninggalkan Natale sendirian. Rupanya ia pulang.
“Rose, bersiaplah ke rumah sakit untuk menjaga istriku. Luigi yang akan mengantarmu”
“baik, tuan”
Nicco segera menuju kamarnya yang ada diatas. Ia mengambil beberapa pistolnya yang selalu terisi penuh itu dan kembali lagi ke lantai bawah.
“Roberto, ikut aku! Bawa juga beberapa temanmu!”
“ya, boss”
Dengan mengendarai dua mobil, mereka segera keluar dari istana itu.

Nick dan Wilma sudah sampai di bandara Fiumicino.
“Nick, kau tidak memberitahu Natale dulu?”
“tidak, ini akan jadi kejutan untuk mereka”
“setidaknya telponlah dulu. Siapa tahu mereka sedang pergi”
Nick segera menelpon ponsel Natale.
“mengapa tidak juga dijawab?”
Nick mengulanginya beberapa kali.
“hallo, Natale?”

Nicco/Nick

“oh… kau, Nick. Ada apa?”
“Nicco? Dimana Natale?”
“dia ada di rumah sakit”
“rumah sakit? Sakit apa dia?”
“ceritanya panjang”
“baik, aku akan segerakesana”
“posisimu dimana sekarang ini?”
“aku sudah di bandara Roma dengan Wilma. Sebenarnya kami ingin bertemu kalian. Tapi, sebaiknya kami langsung ke rumah sakit saja”
Dengan naik taksi, mereka langsung menuju rumah sakit.
“Natale sakit apa,Nick?”
“aku belum tahu. Semoga dia sudah baik-baik saja”
Setelah bertanya pada resepsion,mereka segeramenuju kamar Natale. Disana sudah ada Rose dan Luigi. Natale terlihat sedang tidur.
“Rose, Luigi? Bagaimana keadaan Natale?”
“tuan Nick? Kapan datangnya?”
“baru saja. Aku diberitahu Nicco, makanya aku dari bandara langsung kesini”
“nyonya sudah baik-baik saja. Sekarang nyonya sedang istirahat”
“Nicco?”
“tadi pergi dengan beberapa bodyguard-nya”
“gila! Dia sudah tidak waras! Dia lebih mementingkan urusannya sendiri daripada istrinya?”
“sepertinya… tuan Nicco mau balas dendam lagi, tuan”
“ada apa lagi sekarang?”
“nyonya kemarin tertembak bahunya oleh anak buah musuh tuan Nicco. Jadi, mungkin sekarang tuan Nicco balas dendam”
Nick hanya bisa berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala.
“dia tidak pernah berubah”
Nick mendekati Natale yang masih tertidur. Ia melihat bahu Natale di perban. Saat itulah dokter Salvatore masuk untuk memeriksa Natale.
“Nick? Kau disini lagi? Kudengar kau sudah pulang”
“iya, baru saja kami sampai. Kami langsung kesini”
“siapa dia?”
“oh, ini Wilma, adikku”
“hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik”
“adikmu cantik”
“trimakasih, dokter. Bagaimana keadaan Natale?”
“kemarin dia sempat pendarahan, tapi untungnya dia sekarang baik-baik saja. Juga janinnya. Kemarin aku sempat khawatir juga mengingat track record medisnya”
“syukurlah…”
Dokter segera memeriksa Natale. Dan itu membuat Natale terbangun.
“maaf, Natale. Aku harus memeriksamu dulu”
Natale hanya tersenyum. Sementara yang lain menunggu di luar kamar.setelah selesai, dokter Salvatore pergi dan gantian Nick dan Wilma yang masuk.
“Nick? Wilma? Kapan kalian datang?”
“baru saja, natale. Aku menelpon ponselmu sewaktu di bandara tadi. Tapi yang mengangkat Nicco dan mengabarkan kalau kamu di rumah sakit. Bagaimana keadaanmu?”
“aku tidak apa-apa. Hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik, Natale. Kuharap kau segera cepat pulang ke rumah”
“tentu, trimakasih”
“apa yang terjadi, Natale?”
“hanya kejadian biasa”
“aku sudah tahu semuanya, Natale. Suamimu itu tidak pernah berubah!”
“sudahlah, Nick. Yang penting aku sudah tidak apa-apa”
“terus terang, sekarang aku khawatir kalau harus meninggalkanmu”
“aku tidak perlu takut, sudah ada Nicco”
“tapi lihatlah apa yang dia perbuat. Memang bukan dia yang membuatmu seperti ini. Tapi kelakuan Nicco sehingga efeknya ke kamu. Kamu tidak mengerti juga!”
“aku tahu dan aku paham, Nick”
“dan lihatlah. Disaat kau sedang sakit, dia malah mementingkan urusan pribadinya!”
“sudahlah, Nick. Tidak perlu membicarakan hal itu lagi. Oya, berapa lama kalian disini?”
“mungkin hanya seminggu karena Wilma hanya libur seminggu”
“kalian pulanglah dulu. Tentu kalian lelah”
“lebih baik Wilma saja yang pulang duluan. Aku akan menemanimu dulu. Luigi, antar adikku pulang. Bagasi kami masih di taksi. Ini, tolong bayarkan ke taksi. Aku titip adikku”
“ya, tuan”
“aku nanti akan menyusulmu, Wilma”
Wilma segera meninggalkan tempat itu dengan Luigi. Nick mendekati Natale.
“aku merindukanmu, Natale”
Natale hanya tersenyum.
“bagaimana kencanmu dengan Angela? Kuharap berakhir dengan baik”
Nick hanya menunduk.
“aku sudah memberitahunya, kalau aku mencintainya”
“oya? Selamat, Nick. Kuharap suatu saat aku akan memperkenalkannya kepadaku”
“tapi, terus terang aku belum bisa melupakanmu. Jadi, kuharap aku bisa melupakanmu kalau aku dekat dengannya”
“jadi? Dia hanya kau jadikan pelarian? Kau kejam, Nick!”
“bukan begitu, sayang. Aku tulus mencintainya, sungguh! Tapi aku juga belum bisa melupakanmu. Jadi, seiring dengan berjalannya waktu, aku bisa melupakannya”
“yah, mungkin kau benar. Dan kuharap kau bisa, Nick. Berarti kau belum bertemu dengannya?”
“belum, dari bandara aku langsung kemari. Aku juga tidak memberitahunya kalau aku ke Roma”
“telponlah, aku ingin bertemu dengannya”
“kau tidak apa-apa?”
“tentu saja”
Nick segera menelpon Angela dengan ponselnya.
“hallo, Angela. Apa kabar?”
“Nick? Baru kali ini kau menelponku. Kabarku baik, hanya… merindukanmu. Ada apa?”
“aku sekarang sedang berada di Roma dengan Wilma”
“mengapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemput kalian di bandara”
“tidak perlu repot-repot. Sebenarnya aku ingin menemui hari ini. Tapi aku belum bisa. Bisakah kau yang kemari? Aku sedang di rumah sakit pusat”
“kamu sakit?”
“tidak, aku baik-baik saja. Kalau kau sudah disini, aku bisa menjelaskan segalanya. Bisakah kau kemari?”
“tentu, secepatnya aku akan kesana. Bye!”
Natale hanya tersenyum. Karena telponnya tadi sengaja di speaker oleh Nick.
“dia merindukanmu, Nick”
“sudahlah, Natale”

Dengan naik taksi, Angela menuju rumah sakit yang dimaksud Nick. Setelah sampai dan membayar taksi, ia segera menuju lobi dan berlari-lari agar bisa masuk ke lift yang pintunya hampir menutup. Di dalam lift itu hanya ada seorang pemuda. Ia menatapnya. Baru saja ia akan membuka mulutnya, ketika pemuda itu menyapanya.
“maaf, apakah kita pernah bertemu? Kau menatapku sedari tadi”
“oh, ehm-maaf. Mungkin aku hanya salah orang”
“kau turun di lantai berapa, nona?”
“lantai lima”
“kalau begitu sama”
Setelah sampai di lantai lima, mereka keluar. Berjalan di gang yang sama dan berhenti di depan kamar yang sama pula.
“maaf, nona. Apakah kau akan masuk ke ruangan ini juga?”
“ya”
“apakah kau mengenal seseorang di dalam ruangan ini? Maksudku yang dirawat disini?”
“tidak, tapi mengapa dari tadi kau bertanya seperti itu? Aku sedang tidak ingin bergurau. Ini tidak lucu, Nick”
“owh, sepertinya aku paham sekarang”
Saat itulah pintu kamar dibuka dari dalam. Seorang perawat keluar.
“sebaiknya kita masuk dulu, nona”
Mereka berdua segera masuk ke ruang itu. Saat itulah, Angela melihat ada dua pria yang sama persis tanpa ada bedanya.
“Nick, kau ada disini juga? Kapan datangnya?” Nicco bertanya.
Nick dan Natale menoleh ke arah pintu. Sambil berkacak pinggang, Nick mendekati Nicco dan menghadiahi Nicco bogem mentah tepat di hidungnya. Karena Nicco tidak menyangka akan mendapatkan serangan dari Nick, dia pun terjatuh dengan hidung yang mengeluarkan darah cukup banyak.
“Nick! Apa yang kau lakukan?”