Angela yang masih diambang pintu hanya bisa melongo tidak
tahu apa yang sedang terjadi. Nick rupanya belum puas. Dia masih terus
menghajar Nicco yang sudah agak kepayahan. Anehnya, Nicco sama sekali tidak
membalas.
“lihat! Apa yang telah kau lakukan kepada Natale! Kau lebih
mementingkan urusanmu sendiri daripada istrimu! Dan kau telah mengorbankan
keselamatan keluargamu sendiri. Suami macam apa kamu ini?! Kau memang tidak
pernah bisa berubah! Sebenarya kau tidak pantas untuk mendapatkan Natale!”
Angela dan Natale tidak bisa berbuat apa-apa. Terus terang,
baru kali ini mereka melihat Nick garang seperti itu, termasuk Nicco. Sampai
sekuriti yang berusaha untuk menjauhkan Nick dari Nicco.
“lepaskan aku! Biarkan aku menghajarnya, kalau perlu akan
kubunuh dia! Aku tidak peduli siapa kamu!”
Para sekuriti rumah sakit terus memegangi Nick yang masih
didera amarah kepada Nicco. Sedangkan Nicco berusaha untuk berdiri walaupun
terhuyung-huyung sambil memegangi kepala dan hidungnya yang terasa sakit.
Mereka berdua segera dibawa ke kantor sekuriti rumah sakit.
“ada apa ini?”
“mereka berdua membuat keributan di kamar salah seorang
pasien, pak”
“pasien itu istriku, dan dia adikku”
“mengapa kalian berkelahi di kamar pasien? Kalian tahu tidak
kalau itu bisa mengganggu pasien?”
“ya, kami tahu”
“kami bisa melaporkan urusan ini ke polisi”
“pak, dia adikku. Kami akan menyelesaikan ini secara
kekeluargaan. Iya kan Nick?”
Nick yang masih emosi hanya terdiam.
“boleh saja, asal kalian menandatangani surat pernyataan
bahwa kalian tidak akan berbuat onar disini lagi”
“tentu. Buatkan saja suratnya. Kami akan menandatanganinya”
Nick dan Nicco segera menandatangani surat pernyataan itu.
“begitu kami melihat kalian berbuat seperti itu di area
rumah sakit ini, kami pasti akan melaporkan kalian ke kantor polisi. Kalian
paham? Sekarang kalian boleh pergi”
Setelah di luar ruangan itu, Nicco mendekati Nick.
“Nick…”
Nick menangkis tangan Nicco yang terulur.
“kau memang brengsek, Nicco!”
Dengan agak menyeret Angela, mereka segera ke kantin dan
memesan minuman.
“kau baik-baik saja, Nick?”
“ya”
“bisakah kau jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?”
Nick hanya menghela nafas panjang dan bersandar di kursi.
“dia tadi Nicco, kakak kembarku. Dan yang dirawat di ruangan
tadi Natale, istrinya. Gara-gara kelakuan Nicco yang tidak pernah bisa berubah,
Natale jadi seperti itu. Aku sudah bersabar, tapi kali ini tdak”
“apa yang dilakukannya?”
“dia musuhnya banyak, Angela. Hingga Natale yang tidak tahu
apa-apa yang harus menanggung semuanya”
“kok bisa?”
“ceritanya panjang, Angela. Sudahlah, aku sedang tidak ingin
membicarakannya”
“baiklah, kau baru saja datang. Apa kau tidak ingin
beristirahat dulu?”
“sebenarnya aku ingin mengenalkanmu dengan Natale. Tapi, lain
kali saja. Karena Nicco pasti sedang berada disana”
“Nick, dia kakakmu. Tidak bisakah kalian berdamai. Kulihat
dia tadi tidak memperlihatkan dendam kepadamu. Dia juga tidak membalas sewaktu
kau menghajarnya tadi”
Nick masih tetap diam sambil meminum minumannya. Angela
menyentuh bahu Nick.
“apa kau mau seperti ini terus? Ayolah, Nick. Bisakah kita ke
ruangan Natale sekarang?”
Nick hanya menatap Angela yang tersenyum manis lalu berdiri.
“baik, ayo…”
Nick menggandeng Angela menuju ruangan Natale lagi. Natale
dan Nicco menatap Nick dan Angela.
“Nick, maafkan aku. Kau benar, sebenarnya aku tidak layak
mendapatkan Natale. Seharusnya Natale milikmu. Tapi ternyata, aku tidak bisa
membahagiakannya. Aku bisanya hanya membuatnya menderita”
“sebenarnya, aku menyayangimu. Kita bersaudara. Aku hanya
tidak ingin semua terancam keselamatannya gara-gara apa yang kau lakukan di
luar sana, entah apa itu. Bisakah kau menghentikannya? Tidakkah kau kasihan
kepada istrimu? Apalagi sekarang dia sedang hamil anakmu?”
Nicco hanya terdiam lalu mendekati Natale.
“maafkan aku, sayang…”
“… sudahlah. Aku mencintaimu, Nicco”
Nicco membelai Natale dan mencium keningnya.
“aku juga mencintaimu, sayang”
Sejenak mereka lupa dengan keberadaan Nick dan Angela.
“ehem… sebenarnya aku ingin memperkenalkan Angela kepada
kalian”
“owh, maaf. Kami melupakan kalian”
“Angela, perkenalkan. Ini Nicco, saudaraku. Dan itu Natale,
istrinya”
“hai, senang berkenalan denganmu”
“ya, kami juga senang berkenalan denganmu, Angela. Maaf,
pertemuan pertama kita kurang begitu mengenakkan”
“tidak apa-apa”
“dan sekarang, sebaiknya kami pergi dulu. Aku harus menemui
Wilma. Dia di rumah sendirian”
“dia di rumah?”
“iya, Nicco. Tadi kusuruh Luigi untuk mengantarnya pulang.
Dia belum terbiasa di rumah itu”
“baiklah, pergilah kalian. Sampaikan salamku untuknya. Nanti
aku menyusul. Aku juga ingin sekali bertemu dengannya”
“kami pergi dulu, Natale”
Nick memeluk Natale dan tersenyum lalu mengajak Angela untuk
meninggalkan rumah sakit itu menuju rumah dengan memakai taksi.
“rumahmu masih jauh, Nick?”
“tidak, ada di pinggiran kota”
Taksi mulai memasuki halaman istana menuju lobi.
“rumahmu besar sekali, Nick? Siapa sebenarnya dirimu?”
“aku adalah aku, Angela. Dan ini bukan rumahku. Ini milik
papaku”
Taksi berhenti di lobi. Setelah membayar taksi, Nick
mengajak Angela yang masih ragu-ragu. Nick menggandeng Angela memasuki rumah
itu.
“Luigi, dimana adikku?”
“ada di kamarnya, di samping kamarmu, tuan”
Nick segera menuju kamar Wilma dan mengetuk pintunya.
“Wilma, Wilma!”
Wilma segera keluar dan memeluk Nick.
“mengapa kau lama sekali, aku takut disini sendirian. Rumah
ini terlalu besar,Nick”
“aku sudah ada disini, mengapa harus takut? Kamu sudah
makan?”
“iya”
“kau suka tinggal disini?”
“sebenarnya suka, tapi aku tidak terlalu suka dengan orang-orang
yang bertampang seram itu. Kulihat mereka semua membawa senjata”
“itu hanya untuk berjaga-jaga saja. Mereka tidak apa-apa”
Suara mobil berhenti di lobi. Ternyata Nicco. Ia melepas
kacamata hitamnya dan masuk ke lobi menuju ruang tengah. Ia melihat ada Angela,
Wilma dan Nick disitu.
“hai, ini yang bernama Wilma?”
“oh… kau, Nicco? Iya. Wilma, dialah kakakmu yang namanya Nicco”
Wilma hanya terdiam dan bersembunyi di balik Nick.
“ada apa, Wilma? Beri salam kepadanya. Bukankah kau yang
kemarin bersemangat sekali untuk bertemu dengannya?”
Dengan agak ragu, Wilma menjabat tangan Nicco.
“h-hai…”
“kau cantik sekali, Wilma”
“trimakasih”
“kenapa? Kau tidak suka bertemu denganku?”
“bukan begitu. Hanya saja… apakah setiap hari kau membawa
senjata seperti itu?”
“oh, maaf. Rupanya ini yang membuatmu takut”
Nicco meletakkan kedua senjatanya yang ada di pinggangnya di
atas meja.
“nah, sekarang kau sudah tidak takut lagi kan? Kemarilah”
Nicco memeluk Wilma.
“kuharap kau juga menyukaiku. Kau tahu, Wilma? Aku begitu
terkejut sewaktu tahu aku masih mempunyai saudara kembar. Terlebih saudara
perempuan. Aku senang memiliki kalian, sungguh. Kau boleh tinggal disini
semaumu. Selamanya juga boleh”
Wilma tersenyum. Rupanya ia sudah merasa nyaman dengan Nicco.
“dulu, sewaktu Nick memberitahuku kalau kalian kembar,
maksudku tidak ada bedanya sama sekali, aku tidak percaya. Karena selama ini
yang kutahu, walaupun kembar, pasti ada bedanya walaupun sedikit. Tapi, kini
aku percaya. Kalian memang kembar dalam arti yang sebenarnya. Karena aku tidak
bisa membedakan fisik kalian”
“itu sebabnya dia bisa mendapatkan Natale” seloroh Nick.
“apa maksudmu, Nick?” Wilma bertanya.
“lupakan saja, Wilma. Itu masa lalu kami” jawab Nicco.
“katanya kau mau jalan-jalan, sudah lama kau tak kesini. Kau bisa meminta Luigi untuk mengantarmu”
“katanya kau mau jalan-jalan, sudah lama kau tak kesini. Kau bisa meminta Luigi untuk mengantarmu”
“aku saja yang mengantarnya, Nick. Aku ingin kenal lebih
dekat dengan Wilma. Maukah kau kuantar jalan-jalan?”
“lalu, bagaimana dengan Natale?”
“nanti aku dan Angela yang akan menjaganya”
“thanx, Nick. Aku dan Wilma pergi dulu”
Nicco dan Wilma segera ke depan diikuti Nick dan Angela.
“Luigi, siapkan mobilku”
“ya, tuan”
Sebentar saja mereka sudah ada di jalanan ibukota yang sore
itu lumayan ramai.
“kau bawa senjata juga?”
“oh,emh… ya. Itu untuk berjaga-jaga saja”
“dari apa?”
“yah… siapa tahu ada orang yang jahat”
“tapi Nick tidak pernah kulihat membawa senjata dan tidak
pernah ada orang jahat kepadanya”
“itu karena… oya, kemana tadi kau ingin pergi?”
![]() |
Trevi Fountain |
Nicco mencoba mengalihkan pembicaraan.
“aku ingin ke air mancur Trevi. Aku paling suka menghabiskan
waktu disitu. Dulu sewaktu masih kuliah dan aku berkunjung kesini, Nick selalu
menemaniku di Trevi Fountain itu”
“baiklah, kali ini aku yang akan menemanimu”
“kau tahu, Nicco. Aku kira kau tidak akan bisa menyukaiku.
Tapi ternyata kau orang yang baik, seperti Nick”
“kau berpikir aku orang yang baik? Trimakasih, sayang. Jadi,
kau juga mau kan menyangiku seperti halnya kau menyayangi Nick”
“tentu saja. Aku juga berharap suatu saat, kau bisa
berkunjung ke Belanda”
“tentu saja. Setelah Natale pulih kesehatannya. Bagaimana
kabar mama?”
“baik”
“aku hanya tidak menyangka saja. Kalau ternyata aku masih
mempunyai mama dan adik”
“aku juga. Ternyata aku punya dua kakak yang sama persis.
Kita sudah sampai”
Setelah memarkir mobilnya, mereka segera keluar menuju Trevi
Fountain. Nicco menyelipkan senjatanya di balik pinggangnya.
“aku sebenarnya masih belum terbiasa. Kemana-mana kau selalu
membawa senjatamu. Terus terang, aku takut”
“lama-lama kau akan terbiasa, Wilma”
Mereka menghabiskan sisa sore dan malam itu di Trevi Fountain,
jalan-jalan keliling kota dan dinner. Sedangkan Nick dan Angela menunggu Natale
di rumah sakit. Keadaan Natale sudah mulai membaik.
Suatu pagi, Nick dan Nicco sedang menikmati kopi mereka di
kantin rumah sakit. Sedangkan Angela menemani Wilma keliling kota.
“katanya ada yang ingin kau bicarakan, Nick?”
“ya, aku ingin menikahi Angela”
Nicco terkejut dan menatap Nick.
“ ada apa? Sepertinya kau terkejut sekali”
“aku justru senang sekali, Nick. Kau sudah membicarakan hal
ini dengan Angela?”
“belum, baru kepadamu saja. Aku juga belum bicarakan hal ini
kepada mama ataupun papa. Aku tak tahu bagaimana sikap mereka nanti. Ini
terlalu mendadak, menurutku”
“menurutku, kau harus membicarakannya terlebih dulu dengan Angela.
Sepertinya Angela gadis yang baik”
“kau pasti tidak akan percaya jika mengetahui siapa dia
sebenarnya”
“siapa? Apakah aku melewatkan sesuatu?”
“sebenarnya Angela adalah kakak Claudia. Wanita yang pernah
dekat denganmu dulu”
“apa? Kakak Claudia?”
“ya, dunia ini sempit, bukan?”
“berarti… Angela mengetahu tentang siapa aku?”
“tidak, katanya sudah lama dia tidak bertemu adiknya. Kalau
suatu hari nanti kami menikah, bukankah kemungkinan besar Claudia akan hadir?
Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan Natale lagi”
“aku sudah tidak berhubungan dengannya lagi. Kau bisa
mempercayaiku. Jadi, kalau suatu saat nanti kami bertemu kembali, aku tidak
mempermasalahkannya. Begitu juga dengan Natale”
“ok, thanx. Aku akan mencoba membicarakan hal ini dengan Angela”
Malam itu setelah dinner berdua, Nick mengajak Angela
jalan-jalan di tepi sungai Tiber.
“ok, sekarang kita sudah disini, berdua saja. Apa yang ingin
kau bicarakan?”
Nick hanya menyandarkan tubuhnya di tepi pembatas sungai Tiber
itu.
“hei, ada apa denganmu? Biasanya setelah dinner, kau yang
bersikeras untuk segera mengantarkanku pulang. Dan tadi, kau melarang Wilma
untuk ikut dengan kita”
“ya, karena sudah beberapa hari aku disini, tapi tidak
pernah sekalipun aku bisa berdua denganmu. Lagipula, beberapa hari lagi aku
harus segera pulang ke Belanda. Kali ini aku tidak bisa memperpanjang masa
tinggalku karena Wilma harus sekolah”
“baiklah, terus?”
“setelah kejadian di bandara Schipool itu, kita belum pernah
membicarakan hubugan kita. Maksudku… benarkah kau mencintaiku?”
“Nick, aku wanita yang tegar, keras kepala, tidak pernah
mengeluh ataupun menyerah. Pantang bagiku untuk menangis di hadapan orang,
apalagi lelaki. Sebenarnya aku mencintaimu sejak dulu, bahkan sebelum kau
mengajakku dinner di malam itu. Tapi, karena kau orang yang introvert, kupikir
kau tidak menyukaiku. Hanya sekedar dinner biasa saja”
“jadi…”
“… ya, aku mencintaimu, Nick. Sangat. Tapi, sebenarnya aku
belum yakin sampai dengan hari ini dengan apa yang kau katakan di bandara waktu
itu. Kau hanya bilang bahwa kau juga mencintaiku. Tapi sejak hari itu hingga
detik ini, kita tidak pernah membahas tentang itu lagi”
“maaf, aku bukan orang yang romantis. Yang bisa merangkai
kata-kata indah untuk meyakinkan wanita bahwa aku sangat mencintainya. Seperti
inilah aku, apa adanya”
“aku mencintaimu apa adanya. Seperti itulah dirimu. Sifatmu
tidak pernah berubah sejak kita sekolah dulu. Walaupun kau orang yang pendiam,
aku tetap menyukaimu. Terus terang saja, dulu aku tidak begitu mengenalmu.
Tapi, begitu ada gossip yang menyebar bahwa kekasihmu tewas terbunuh itu, aku
mulai penasaran. Aku mulai mencari tahu tentang siapa dirimu. Terkadang bahkan
aku memata-mataimu”
“kau?”
“iya. Dan juga sebenarnya waktu kau mengajakku dinner waktu
itu, aku senang sekali, Nick. Tapi, karena aku sedang kacau, aku memilih untuk
mengundurkan diri. Seolah aku tidak menanggapimu. Aku hanya bisa memendam
perasaan ini. Sampai akhirnya aku lulus
kuliah”
“apakah aku boleh tahu apa masalahmu?”
Angela hanya terdiam dan menunduk. Ia hanya melayangkan
pandangannya ke sungai Tiber yang penuh
dengan cahaya warna-warni di sisi-sisi sungai. Nick menyentuh pundak Angela.
“maaf…”
“aku hanya takut untuk menceritakan hal ini kepadamu”
“kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksamu”
“aku mengalami kekerasan seksual, oleh ayah tiriku sendiri.
Aku tidak berani cerita kepada siapapun. Baru kali ini aku menceritakan kepada
orang lain. Aku diancam, aku begitu ketakutan”
Angela tidak dapat menahan tangisnya. Nick pun memeluknya.
“sudahlah, Angela”
“sekarang terserah dengan keputusanmu. Kalau kau
menginginkan kita berpisah, aku menerimanya”
“aku tidak mempermasalahkan masa lalumu. Aku mencintaimu, Angela”
Nick mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.
![]() |
Sungai Tiber |
“ini untukmu”
“Nick, ini…”
“bukalah”
Angela membuka kotak kecil itu lalu menatap Nick.
“Nick…”
“maukah kau menikah denganku? Dan biarkan aku menambahinya
dengan lebih jelas, menikah denganku dalam waktu dekat ini?”
Angela hanya terdiam, gugup.
“mengapa kau terdiam seperti itu? Aku menunggu jawabanmu”
“haruskah kujawab sekarang?”
“tentu saja”
“yes, I do. Aku mau menikah denganmu. Untuk lebih jelasnya,
dalam waktu dekat ini”
“thanx, Angela. Sebenarnya aku sempat ragu untuk memintamu
untuk menikah denganku. Karena kupikir selama ini aku orang yang tidak begitu
beruntung dalam hal percintaan”
“dan kau tahu? Hari ini sudah kurindukan bertahun-tahun yang
lalu. Thanx God it’s real now”
Nick membantu Angela untuk memakaikan cincin itu di jari Angela.
Nick kemudian memeluk dan mencium Angela.
“kau sendiri yang memilih cincin ini?”
“ya, kurang bagus ya? Maaf, aku memang tidak pandai dalam
hal itu”
“aku tidak peduli cincin apa yang kau berikan kepadaku”
“baiklah. Mmm… kuantar kau pulang sekarang. Hari sudah larut
malam”
“kau memang tidak pernah berubah, Nick. Selalu
mengantarkanku pulang sebelum tengah malam”
Nick segera mengantar Angela pulang. Setelah itu, barulah ia
kembali ke rumahnya. Dilihatnya Luigi msih duduk-duduk di depan lobi. Nick
menyerahkan kunci mobilnya kepada Luigi.
Pagi itu, Nick pergi ke rumah sakit untuk menemui Natale. Ia
melihat Natale duduk di dekat jendela.
“selamat pagi, sayang”
“kau, Nick? Selamat pagi”
“kau sudah merasa baikan?”
“ya, kuharap aku diperbolehkan pulang secepatnya”
“aku juga berharap seperti itu. Karena aku akan menikah
dengan Angela”
“what?!”
“kenapa? Kau cemburu?”
“mengapa kau selalu berpikiran seperti itu?”
“yah… siapa tahu kau masih mencintaiku, sayang”
“dan jawabanku tetap tidak, sayang. Aku mencintai suamiku
sendiri, walaupun kelakuannya seperti itu. Kau sudah membicarakan hal ini
dengan Angela?”
“ya, semalam. Dan dia mau menikah denganku. Tapi, aku belum
memberikan kabar ini kepada mama dan papa”
“menurutku, kau memang harus menikah secepatnya. Atau kau
harus menunda pernikahanmu sampai dengan tahun depan”
“mengapa?”
“papamu akan ke Amerika selama beberapa bulan bersama Valent.
Kecuali kalau kau ingin menikah tanpa kehadiran papa kandungmu”
“tentu saja aku ingin papa hadir. Aku sudah tidak sabar
untuk menunggu hari itu tiba. Tapi… kau tidak apa-apa kan kalau Claudia juga
ikut hadir di pernikahan kami. Karena Angela kakaknya”
“aku tidak apa-apa. Itu sudah masa lalu, Nick”
“thanx, Natale. Makanya aku ingin segera kamu sembuh dan
membantuku mempersiapkan segalanya. Kau tahu, aku tidak tahu apapun tentang
wanita”
“tentu, aku akan membantumu”
Senja itu, di Odescalchi Castle, di tepi danau Bracciano, Nick
dan Angela menggelar acara pernikahan mereka. Mereka hanya mengundang kerabat, teman dekat dan rekan-rekan Nicola Aueltta Rossa. Mereka saling berbincang akrab. Michael dan Lara turut hadir
juga.
Waktu itu Natale dan Lara sedang berbincang santai di meja
mereka sewaktu Nick datang menghampiri mereka.
“hai, ladies…”
“ini dia pengantin kita. Selamat, Nick”
“thanx, Lara. Trimakasih akhirnya kau datang juga. Jauh-jauh
dari Belanda”
“ini semua demi kamu, Nick”
“kalau aku melihat kalian, aku sepertinya ingin tertawa”
“mengapa?”
“lihatlah kalian, sama-sama sedang hamil. Berapa bulan,
Lara?”
“baru enam bulan”
“kalau mantan kekasihku ini hampir lima bulan. Benar kan,
sayang?”
“kau sayang sekali dengan Natale. Asal jangan cinta
lama bersemi kembali saja. Kalian sudah punya masing-masing”
“Nick sering bertingkah seperti itu. Aku tidak mau lagi ada
salah paham dengan Nicco”
“kamu tenang saja, sayang. Nicco tidak akan menghajarku
lagi, tapi Angela”
Lara dan Natale hanya tertawa bersama.
“Natale, trimakasih. Kau sudah membantuku mewujudkan acara
ini”
“aku hanya memberi masukan saja”
“itu sudah lebih dari cukup, sayang”
Di sudut yang lain, nampak Nicco dan Michael juga sedang
berbincang santai.
“terus terang saja aku kaget waktu pertama kali melihatmu”
“kau pernah melihatku?”
“ya, waktu itu aku dan Nick sedang ada di kedai kopi. Lalu
kau lewat. Kalian sangat mirip, aku tidak bisa membedakan kalian berdua”
![]() |
Odescalchi Castle |
“aku bisa”
Claudia tiba-tiba ikut nimbrung.
“oh… hai, Claudia. Apa kabar?”
“baik. Bagaimana denganmu, juga Natale?”
“kami baik-baik saja. Dan sekarang kami sedang menunggu
kelahiran anak kedua kami”
“selamat ya, aku ikut senang”
“dengan siapa kamu kesini?”
“sendiri”
“oya, Mike. Kenalkan, ini Claudia. Claudia, ini Michael”
“hai, senang bertemu denganmu”
“aku juga”
“kalian sudah saling kenal?” Angela tiba-tiba datang
menyeruak di antara mereka.
“e-ya, tentu saja. Kami… kami dulu…”
“… kami dulu teman baik. Iya kan, Nicco?”
“teman baik? Ya, tentu saja. Dulu kami teman akrab”
“dan sekarang kalian lebih dari teman akrab. Kalian sekarang
satu keluarga”
“ya, tentu saja. Kita sekarang satu keluarga, Claudia”
“selamat datang di keluarga Auletta Rossa, Angela”
“oh, papa. Trimakasih, pa”
“aku merubah semua jadwal kerjaku di Amerika. Karena Nick
mendadak mengabari akan menikah dalam waktu dekat. Tentu saja aku tidak mau
melewatkan hal ini”
“aku juga tidak tahu kalau Nick akan melamarku secepat ini”
“oya, pa. Dimana Valent?” Nicco bertanya.
“dengan Emma di kamarnya, kau tidak perlu khawatir”
Pesta itu berlanjut sampai malam. Mereka pun berdansa
bersama. Nicco berdansa dengan Natale.
“setelah ini kau harus masuk ke kamarmu, sayang”
“kenapa?”
“angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Aku tidak mau
kamu sakit. Ingat, kau sedang mengandung. Dan aku tidak mau kena marah dokter Salvatore
lagi”
Natale hanya tersenyum dan mencium Nicco.
“aku mencintaimu, Nicco. Bahkan setelah aku mengetahui siapa
dirimu”
“aku juga mencintaimu, sayang. Sewaktu aku menculikmu dulu”
"ya, aku masih ingat betul"
"dan kau pun hampir bunuh diri gara-gara itu"
Natale hanya bisa tersenyum malu.
(baca edisi yang dahulu-wendy-mic)
"ya, aku masih ingat betul"
"dan kau pun hampir bunuh diri gara-gara itu"
Natale hanya bisa tersenyum malu.
(baca edisi yang dahulu-wendy-mic)
“kuharap Valent tidak bertingkah seperti papanya hanya untuk
mendapatkan kekasih”
Nicco hanya tersenyum lebar.
“aku bahagia sekali malam ini. Aku berkumpul dengan keluarga
besarku. Terlebih lagi, aku memiliki istri sepertimu”
“yang benar? Lihat disana, ada Claudia”
“terus kenapa?”
“sepertinya dia memperhatikanmu terus”
“terserah dia, dia punya mata”
Natale tertawa sampai tamu-tamu yang lain melihat ke arah
mereka.
“pelankan suaramu, Natale. Semua orang melihat ke kita”
“kau lucu, Nicco”
“aku tidak mau membicarakan dia lagi, oke?”
“kau sudah tidak menyukainya?”
“sudah ada kamu, itu sudah cukup bagiku. Maaf, baru sekarang
aku menyadarinya”
“tidak mengapa. Nicco, suatu saat nanti, maukah kau
menemaniku lagi untuk pulang ke Indonesia? Aku merindukan keluargaku disana”
“tentu saja, bisa menjadi second honeymoon untuk kita. I love
you, Natale”
“I love you too, Nicco”
Nicco mencium Natale sambil terus berdansa dengan pasangan
yang lain dan malam pun semakin larut….
THE END
WENDY-MIC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar