Sabtu, 31 Mei 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 17-tamat)



Angela yang masih diambang pintu hanya bisa melongo tidak tahu apa yang sedang terjadi. Nick rupanya belum puas. Dia masih terus menghajar Nicco yang sudah agak kepayahan. Anehnya, Nicco sama sekali tidak membalas.
“lihat! Apa yang telah kau lakukan kepada Natale! Kau lebih mementingkan urusanmu sendiri daripada istrimu! Dan kau telah mengorbankan keselamatan keluargamu sendiri. Suami macam apa kamu ini?! Kau memang tidak pernah bisa berubah! Sebenarya kau tidak pantas untuk mendapatkan Natale!”
Angela dan Natale tidak bisa berbuat apa-apa. Terus terang, baru kali ini mereka melihat Nick garang seperti itu, termasuk Nicco. Sampai sekuriti yang berusaha untuk menjauhkan Nick dari Nicco.
“lepaskan aku! Biarkan aku menghajarnya, kalau perlu akan kubunuh dia! Aku tidak peduli siapa kamu!”
Para sekuriti rumah sakit terus memegangi Nick yang masih didera amarah kepada Nicco. Sedangkan Nicco berusaha untuk berdiri walaupun terhuyung-huyung sambil memegangi kepala dan hidungnya yang terasa sakit. Mereka berdua segera dibawa ke kantor sekuriti rumah sakit.
“ada apa ini?”
“mereka berdua membuat keributan di kamar salah seorang pasien, pak”
“pasien itu istriku, dan dia adikku”
“mengapa kalian berkelahi di kamar pasien? Kalian tahu tidak kalau itu bisa mengganggu pasien?”
“ya, kami tahu”
“kami bisa melaporkan urusan ini ke polisi”
“pak, dia adikku. Kami akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan. Iya kan Nick?”
Nick yang masih emosi hanya terdiam.
“boleh saja, asal kalian menandatangani surat pernyataan bahwa kalian tidak akan berbuat onar disini lagi”
“tentu. Buatkan saja suratnya. Kami akan menandatanganinya”
Nick dan Nicco segera menandatangani surat pernyataan itu.
“begitu kami melihat kalian berbuat seperti itu di area rumah sakit ini, kami pasti akan melaporkan kalian ke kantor polisi. Kalian paham? Sekarang kalian boleh pergi”
Setelah di luar ruangan itu, Nicco mendekati Nick.
“Nick…”
Nick menangkis tangan Nicco yang terulur.
“kau memang brengsek, Nicco!”
Dengan agak menyeret Angela, mereka segera ke kantin dan memesan minuman.
“kau baik-baik saja, Nick?”
“ya”
“bisakah kau jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?”
Nick hanya menghela nafas panjang dan bersandar di kursi.
“dia tadi Nicco, kakak kembarku. Dan yang dirawat di ruangan tadi Natale, istrinya. Gara-gara kelakuan Nicco yang tidak pernah bisa berubah, Natale jadi seperti itu. Aku sudah bersabar, tapi kali ini tdak”
“apa yang dilakukannya?”
“dia musuhnya banyak, Angela. Hingga Natale yang tidak tahu apa-apa yang harus menanggung semuanya”
“kok bisa?”
“ceritanya panjang, Angela. Sudahlah, aku sedang tidak ingin membicarakannya”
“baiklah, kau baru saja datang. Apa kau tidak ingin beristirahat dulu?”
“sebenarnya aku ingin mengenalkanmu dengan Natale. Tapi, lain kali saja. Karena Nicco pasti sedang berada disana”
“Nick, dia kakakmu. Tidak bisakah kalian berdamai. Kulihat dia tadi tidak memperlihatkan dendam kepadamu. Dia juga tidak membalas sewaktu kau menghajarnya tadi”
Nick masih tetap diam sambil meminum minumannya. Angela menyentuh bahu Nick.
“apa kau mau seperti  ini terus? Ayolah, Nick. Bisakah kita ke ruangan Natale sekarang?”
Nick hanya menatap Angela yang tersenyum manis lalu berdiri.
“baik, ayo…”
Nick menggandeng Angela menuju ruangan Natale lagi. Natale dan Nicco menatap Nick dan Angela.
“Nick, maafkan aku. Kau benar, sebenarnya aku tidak layak mendapatkan Natale. Seharusnya Natale milikmu. Tapi ternyata, aku tidak bisa membahagiakannya. Aku bisanya hanya membuatnya menderita”
“sebenarnya, aku menyayangimu. Kita bersaudara. Aku hanya tidak ingin semua terancam keselamatannya gara-gara apa yang kau lakukan di luar sana, entah apa itu. Bisakah kau menghentikannya? Tidakkah kau kasihan kepada istrimu? Apalagi sekarang dia sedang hamil anakmu?”
Nicco hanya terdiam lalu mendekati Natale.
“maafkan aku, sayang…”
“… sudahlah. Aku mencintaimu, Nicco”
Nicco membelai Natale dan mencium keningnya.
“aku juga mencintaimu, sayang”
Sejenak mereka lupa dengan keberadaan Nick dan Angela.
“ehem… sebenarnya aku ingin memperkenalkan Angela kepada kalian”
“owh, maaf. Kami melupakan kalian”
“Angela, perkenalkan. Ini Nicco, saudaraku. Dan itu Natale, istrinya”
“hai, senang berkenalan denganmu”
“ya, kami juga senang berkenalan denganmu, Angela. Maaf, pertemuan pertama kita kurang begitu mengenakkan”
“tidak apa-apa”
“dan sekarang, sebaiknya kami pergi dulu. Aku harus menemui Wilma. Dia di rumah sendirian”
“dia di rumah?”
“iya, Nicco. Tadi kusuruh Luigi untuk mengantarnya pulang. Dia belum terbiasa di rumah itu”
“baiklah, pergilah kalian. Sampaikan salamku untuknya. Nanti aku menyusul. Aku juga ingin sekali bertemu dengannya”
“kami pergi dulu, Natale”
Nick memeluk Natale dan tersenyum lalu mengajak Angela untuk meninggalkan rumah sakit itu menuju rumah dengan memakai taksi.
“rumahmu masih jauh, Nick?”
“tidak, ada di pinggiran kota”
Taksi mulai memasuki halaman istana menuju lobi.
“rumahmu besar sekali, Nick? Siapa sebenarnya dirimu?”
“aku adalah aku, Angela. Dan ini bukan rumahku. Ini milik papaku”
Taksi berhenti di lobi. Setelah membayar taksi, Nick mengajak Angela yang masih ragu-ragu. Nick menggandeng Angela memasuki rumah itu.
“Luigi, dimana adikku?”
“ada di kamarnya, di samping kamarmu, tuan”
Nick segera menuju kamar Wilma dan mengetuk pintunya.
“Wilma, Wilma!”
Wilma segera keluar dan memeluk Nick.
“mengapa kau lama sekali, aku takut disini sendirian. Rumah ini terlalu besar,Nick”
“aku sudah ada disini, mengapa harus takut? Kamu sudah makan?”
“iya”
“kau suka tinggal disini?”
“sebenarnya suka, tapi aku tidak terlalu suka dengan orang-orang yang bertampang seram itu. Kulihat mereka semua membawa senjata”
“itu hanya untuk berjaga-jaga saja. Mereka tidak apa-apa”
Suara mobil berhenti di lobi. Ternyata Nicco. Ia melepas kacamata hitamnya dan masuk ke lobi menuju ruang tengah. Ia melihat ada Angela, Wilma dan Nick disitu.
“hai, ini yang bernama Wilma?”
“oh… kau, Nicco? Iya. Wilma, dialah kakakmu yang namanya Nicco”
Wilma hanya terdiam dan bersembunyi di balik Nick.
“ada apa, Wilma? Beri salam kepadanya. Bukankah kau yang kemarin bersemangat sekali untuk bertemu dengannya?”
Dengan agak ragu, Wilma menjabat tangan Nicco.
“h-hai…”
“kau cantik sekali, Wilma”
“trimakasih”
“kenapa? Kau tidak suka bertemu denganku?”
“bukan begitu. Hanya saja… apakah setiap hari kau membawa senjata seperti itu?”
“oh, maaf. Rupanya ini yang membuatmu takut”
Nicco meletakkan kedua senjatanya yang ada di pinggangnya di atas meja.
“nah, sekarang kau sudah tidak takut lagi kan? Kemarilah”
Nicco memeluk Wilma.
“kuharap kau juga menyukaiku. Kau tahu, Wilma? Aku begitu terkejut sewaktu tahu aku masih mempunyai saudara kembar. Terlebih saudara perempuan. Aku senang memiliki kalian, sungguh. Kau boleh tinggal disini semaumu. Selamanya juga boleh”
Wilma tersenyum. Rupanya ia sudah merasa nyaman dengan Nicco.
“dulu, sewaktu Nick memberitahuku kalau kalian kembar, maksudku tidak ada bedanya sama sekali, aku tidak percaya. Karena selama ini yang kutahu, walaupun kembar, pasti ada bedanya walaupun sedikit. Tapi, kini aku percaya. Kalian memang kembar dalam arti yang sebenarnya. Karena aku tidak bisa membedakan fisik kalian”
“itu sebabnya dia bisa mendapatkan Natale” seloroh Nick.
“apa maksudmu, Nick?” Wilma bertanya.
“lupakan saja, Wilma. Itu masa lalu kami” jawab Nicco.
“katanya kau mau jalan-jalan, sudah lama kau tak kesini. Kau bisa meminta Luigi untuk mengantarmu”
“aku saja yang mengantarnya, Nick. Aku ingin kenal lebih dekat dengan Wilma. Maukah kau kuantar jalan-jalan?”
“lalu, bagaimana dengan Natale?”
“nanti aku dan Angela yang akan menjaganya”
“thanx, Nick. Aku dan Wilma pergi dulu”
Nicco dan Wilma segera ke depan diikuti Nick dan Angela.
“Luigi, siapkan mobilku”
“ya, tuan”
Sebentar saja mereka sudah ada di jalanan ibukota yang sore itu lumayan ramai.
“kau bawa senjata juga?”
“oh,emh… ya. Itu untuk berjaga-jaga saja”
“dari apa?”
“yah… siapa tahu ada orang yang jahat”
“tapi Nick tidak pernah kulihat membawa senjata dan tidak pernah ada orang jahat kepadanya”
“itu karena… oya, kemana tadi kau ingin pergi?”

Trevi Fountain

Nicco mencoba mengalihkan pembicaraan.
“aku ingin ke air mancur Trevi. Aku paling suka menghabiskan waktu disitu. Dulu sewaktu masih kuliah dan aku berkunjung kesini, Nick selalu menemaniku di Trevi Fountain itu”
“baiklah, kali ini aku yang akan menemanimu”
“kau tahu, Nicco. Aku kira kau tidak akan bisa menyukaiku. Tapi ternyata kau orang yang baik, seperti Nick”
“kau berpikir aku orang yang baik? Trimakasih, sayang. Jadi, kau juga mau kan menyangiku seperti halnya kau menyayangi Nick”
“tentu saja. Aku juga berharap suatu saat, kau bisa berkunjung ke Belanda”
“tentu saja. Setelah Natale pulih kesehatannya. Bagaimana kabar mama?”
“baik”
“aku hanya tidak menyangka saja. Kalau ternyata aku masih mempunyai mama dan adik”
“aku juga. Ternyata aku punya dua kakak yang sama persis. Kita sudah sampai”
Setelah memarkir mobilnya, mereka segera keluar menuju Trevi Fountain. Nicco menyelipkan senjatanya di balik pinggangnya.
“aku sebenarnya masih belum terbiasa. Kemana-mana kau selalu membawa senjatamu. Terus terang, aku takut”
“lama-lama kau akan terbiasa, Wilma”
Mereka menghabiskan sisa sore dan malam itu di Trevi Fountain, jalan-jalan keliling kota dan dinner. Sedangkan Nick dan Angela menunggu Natale di rumah sakit. Keadaan Natale sudah mulai membaik.

Suatu pagi, Nick dan Nicco sedang menikmati kopi mereka di kantin rumah sakit. Sedangkan Angela menemani Wilma keliling kota.
“katanya ada yang ingin kau bicarakan, Nick?”
“ya, aku ingin menikahi Angela”
Nicco terkejut dan menatap Nick.
“ ada apa? Sepertinya kau terkejut sekali”
“aku justru senang sekali, Nick. Kau sudah membicarakan hal ini dengan Angela?”
“belum, baru kepadamu saja. Aku juga belum bicarakan hal ini kepada mama ataupun papa. Aku tak tahu bagaimana sikap mereka nanti. Ini terlalu mendadak, menurutku”
“menurutku, kau harus membicarakannya terlebih dulu dengan Angela. Sepertinya Angela gadis yang baik”
“kau pasti tidak akan percaya jika mengetahui siapa dia sebenarnya”
“siapa? Apakah aku melewatkan sesuatu?”
“sebenarnya Angela adalah kakak Claudia. Wanita yang pernah dekat denganmu dulu”
“apa? Kakak Claudia?”
“ya, dunia ini sempit, bukan?”
“berarti… Angela mengetahu tentang siapa aku?”
“tidak, katanya sudah lama dia tidak bertemu adiknya. Kalau suatu hari nanti kami menikah, bukankah kemungkinan besar Claudia akan hadir? Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan Natale lagi”
“aku sudah tidak berhubungan dengannya lagi. Kau bisa mempercayaiku. Jadi, kalau suatu saat nanti kami bertemu kembali, aku tidak mempermasalahkannya. Begitu juga dengan Natale”
“ok, thanx. Aku akan mencoba membicarakan hal ini dengan Angela”

Malam itu setelah dinner berdua, Nick mengajak Angela jalan-jalan di tepi sungai Tiber.
“ok, sekarang kita sudah disini, berdua saja. Apa yang ingin kau bicarakan?”
Nick hanya menyandarkan tubuhnya di tepi pembatas sungai Tiber itu.
“hei, ada apa denganmu? Biasanya setelah dinner, kau yang bersikeras untuk segera mengantarkanku pulang. Dan tadi, kau melarang Wilma untuk ikut dengan kita”
“ya, karena sudah beberapa hari aku disini, tapi tidak pernah sekalipun aku bisa berdua denganmu. Lagipula, beberapa hari lagi aku harus segera pulang ke Belanda. Kali ini aku tidak bisa memperpanjang masa tinggalku karena Wilma harus sekolah”
“baiklah, terus?”
“setelah kejadian di bandara Schipool itu, kita belum pernah membicarakan hubugan kita. Maksudku… benarkah kau mencintaiku?”
“Nick, aku wanita yang tegar, keras kepala, tidak pernah mengeluh ataupun menyerah. Pantang bagiku untuk menangis di hadapan orang, apalagi lelaki. Sebenarnya aku mencintaimu sejak dulu, bahkan sebelum kau mengajakku dinner di malam itu. Tapi, karena kau orang yang introvert, kupikir kau tidak menyukaiku. Hanya sekedar dinner biasa saja”
“jadi…”
“… ya, aku mencintaimu, Nick. Sangat. Tapi, sebenarnya aku belum yakin sampai dengan hari ini dengan apa yang kau katakan di bandara waktu itu. Kau hanya bilang bahwa kau juga mencintaiku. Tapi sejak hari itu hingga detik ini, kita tidak pernah membahas tentang itu lagi”
“maaf, aku bukan orang yang romantis. Yang bisa merangkai kata-kata indah untuk meyakinkan wanita bahwa aku sangat mencintainya. Seperti inilah aku, apa adanya”
“aku mencintaimu apa adanya. Seperti itulah dirimu. Sifatmu tidak pernah berubah sejak kita sekolah dulu. Walaupun kau orang yang pendiam, aku tetap menyukaimu. Terus terang saja, dulu aku tidak begitu mengenalmu. Tapi, begitu ada gossip yang menyebar bahwa kekasihmu tewas terbunuh itu, aku mulai penasaran. Aku mulai mencari tahu tentang siapa dirimu. Terkadang bahkan aku memata-mataimu”
“kau?”
“iya. Dan juga sebenarnya waktu kau mengajakku dinner waktu itu, aku senang sekali, Nick. Tapi, karena aku sedang kacau, aku memilih untuk mengundurkan diri. Seolah aku tidak menanggapimu. Aku hanya bisa memendam perasaan ini.  Sampai akhirnya aku lulus kuliah”
“apakah aku boleh tahu apa masalahmu?”
Angela hanya terdiam dan menunduk. Ia hanya melayangkan pandangannya ke sungai  Tiber yang penuh dengan cahaya warna-warni di sisi-sisi sungai. Nick menyentuh pundak Angela.
“maaf…”
“aku hanya takut untuk menceritakan hal ini kepadamu”
“kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksamu”
“aku mengalami kekerasan seksual, oleh ayah tiriku sendiri. Aku tidak berani cerita kepada siapapun. Baru kali ini aku menceritakan kepada orang lain. Aku diancam, aku begitu ketakutan”
Angela tidak dapat menahan tangisnya. Nick pun memeluknya.
“sudahlah, Angela”
“sekarang terserah dengan keputusanmu. Kalau kau menginginkan kita berpisah, aku menerimanya”
“aku tidak mempermasalahkan masa lalumu. Aku mencintaimu, Angela”
Nick mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

Sungai Tiber

“ini untukmu”
“Nick, ini…”
“bukalah”
Angela membuka kotak kecil itu lalu menatap Nick.
“Nick…”
“maukah kau menikah denganku? Dan biarkan aku menambahinya dengan lebih jelas, menikah denganku dalam waktu dekat ini?”
Angela hanya terdiam, gugup.
“mengapa kau terdiam seperti itu? Aku menunggu jawabanmu”
“haruskah kujawab sekarang?”
“tentu saja”
“yes, I do. Aku mau menikah denganmu. Untuk lebih jelasnya, dalam waktu dekat ini”
“thanx, Angela. Sebenarnya aku sempat ragu untuk memintamu untuk menikah denganku. Karena kupikir selama ini aku orang yang tidak begitu beruntung dalam hal percintaan”
“dan kau tahu? Hari ini sudah kurindukan bertahun-tahun yang lalu. Thanx God it’s real now”
Nick membantu Angela untuk memakaikan cincin itu di jari Angela. Nick kemudian memeluk dan mencium Angela.
“kau sendiri yang memilih cincin ini?”
“ya, kurang bagus ya? Maaf, aku memang tidak pandai dalam hal itu”
“aku tidak peduli cincin apa yang kau berikan kepadaku”
“baiklah. Mmm… kuantar kau pulang sekarang. Hari sudah larut malam”
“kau memang tidak pernah berubah, Nick. Selalu mengantarkanku pulang sebelum tengah malam”
Nick segera mengantar Angela pulang. Setelah itu, barulah ia kembali ke rumahnya. Dilihatnya Luigi msih duduk-duduk di depan lobi. Nick menyerahkan kunci mobilnya kepada Luigi.

Pagi itu, Nick pergi ke rumah sakit untuk menemui Natale. Ia melihat Natale duduk di dekat jendela.
“selamat pagi, sayang”
“kau, Nick? Selamat pagi”
“kau sudah merasa baikan?”
“ya, kuharap aku diperbolehkan pulang secepatnya”
“aku juga berharap seperti itu. Karena aku akan menikah dengan Angela”
“what?!”
“kenapa? Kau cemburu?”
“mengapa kau selalu berpikiran seperti itu?”
“yah… siapa tahu kau masih mencintaiku, sayang”
“dan jawabanku tetap tidak, sayang. Aku mencintai suamiku sendiri, walaupun kelakuannya seperti itu. Kau sudah membicarakan hal ini dengan Angela?”
“ya, semalam. Dan dia mau menikah denganku. Tapi, aku belum memberikan kabar ini kepada mama dan papa”
“menurutku, kau memang harus menikah secepatnya. Atau kau harus menunda pernikahanmu sampai dengan tahun depan”
“mengapa?”
“papamu akan ke Amerika selama beberapa bulan bersama Valent. Kecuali kalau kau ingin menikah tanpa kehadiran papa kandungmu”
“tentu saja aku ingin papa hadir. Aku sudah tidak sabar untuk menunggu hari itu tiba. Tapi… kau tidak apa-apa kan kalau Claudia juga ikut hadir di pernikahan kami. Karena Angela kakaknya”
“aku tidak apa-apa. Itu sudah masa lalu, Nick”
“thanx, Natale. Makanya aku ingin segera kamu sembuh dan membantuku mempersiapkan segalanya. Kau tahu, aku tidak tahu apapun tentang wanita”
“tentu, aku akan membantumu”

Senja itu, di Odescalchi Castle, di tepi danau Bracciano, Nick dan Angela menggelar acara pernikahan mereka. Mereka hanya mengundang kerabat, teman dekat dan rekan-rekan Nicola Aueltta Rossa. Mereka saling berbincang akrab. Michael dan Lara turut hadir juga.
Waktu itu Natale dan Lara sedang berbincang santai di meja mereka sewaktu Nick datang menghampiri mereka.
“hai, ladies…”
“ini dia pengantin kita. Selamat, Nick”
“thanx, Lara. Trimakasih akhirnya kau datang juga. Jauh-jauh dari Belanda”
“ini semua demi kamu, Nick”
“kalau aku melihat kalian, aku sepertinya ingin tertawa”
“mengapa?”
“lihatlah kalian, sama-sama sedang hamil. Berapa bulan, Lara?”
“baru enam bulan”
“kalau mantan kekasihku ini hampir lima bulan. Benar kan, sayang?”
“kau sayang sekali dengan Natale. Asal jangan cinta lama bersemi kembali saja. Kalian sudah punya masing-masing”
“Nick sering bertingkah seperti itu. Aku tidak mau lagi ada salah paham dengan Nicco”
“kamu tenang saja, sayang. Nicco tidak akan menghajarku lagi, tapi Angela”
Lara dan Natale hanya tertawa bersama.
“Natale, trimakasih. Kau sudah membantuku mewujudkan acara ini”
“aku hanya memberi masukan saja”
“itu sudah lebih dari cukup, sayang”
Di sudut yang lain, nampak Nicco dan Michael juga sedang berbincang santai.
“terus terang saja aku kaget waktu pertama kali melihatmu”
“kau pernah melihatku?”
“ya, waktu itu aku dan Nick sedang ada di kedai kopi. Lalu kau lewat. Kalian sangat mirip, aku tidak bisa membedakan kalian berdua”

Odescalchi Castle

“aku bisa”
Claudia tiba-tiba ikut nimbrung.
“oh… hai, Claudia. Apa kabar?”
“baik. Bagaimana denganmu,  juga Natale?”
“kami baik-baik saja. Dan sekarang kami sedang menunggu kelahiran anak kedua kami”
“selamat ya, aku ikut senang”
“dengan siapa kamu kesini?”
“sendiri”
“oya, Mike. Kenalkan, ini Claudia. Claudia, ini Michael”
“hai, senang bertemu denganmu”
“aku juga”
“kalian sudah saling kenal?” Angela tiba-tiba datang menyeruak di antara mereka.
“e-ya, tentu saja. Kami… kami dulu…”
“… kami dulu teman baik. Iya kan, Nicco?”
“teman baik? Ya, tentu saja. Dulu kami teman akrab”
“dan sekarang kalian lebih dari teman akrab. Kalian sekarang satu keluarga”
“ya, tentu saja. Kita sekarang satu keluarga, Claudia”
“selamat datang di keluarga Auletta Rossa, Angela”
“oh, papa. Trimakasih, pa”
“aku merubah semua jadwal kerjaku di Amerika. Karena Nick mendadak mengabari akan menikah dalam waktu dekat. Tentu saja aku tidak mau melewatkan hal ini”
“aku juga tidak tahu kalau Nick akan melamarku secepat ini”
“oya, pa. Dimana Valent?” Nicco bertanya.
“dengan Emma di kamarnya, kau tidak perlu khawatir”
Pesta itu berlanjut sampai malam. Mereka pun berdansa bersama. Nicco berdansa dengan Natale.
“setelah ini kau harus masuk ke kamarmu, sayang”
“kenapa?”
“angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Aku tidak mau kamu sakit. Ingat, kau sedang mengandung. Dan aku tidak mau kena marah dokter Salvatore lagi”
Natale hanya tersenyum dan mencium Nicco.
“aku mencintaimu, Nicco. Bahkan setelah aku mengetahui siapa dirimu”
“aku juga mencintaimu, sayang. Sewaktu aku menculikmu dulu”
"ya, aku masih ingat betul"
"dan kau pun hampir bunuh diri gara-gara itu"
Natale hanya bisa tersenyum malu.
(baca edisi yang dahulu-wendy-mic)
“kuharap Valent tidak bertingkah seperti papanya hanya untuk mendapatkan kekasih”
Nicco hanya tersenyum lebar.
“aku bahagia sekali malam ini. Aku berkumpul dengan keluarga besarku. Terlebih lagi, aku memiliki istri sepertimu”
“yang benar? Lihat disana, ada Claudia”
“terus kenapa?”
“sepertinya dia memperhatikanmu terus”
“terserah dia, dia punya mata”
Natale tertawa sampai tamu-tamu yang lain melihat ke arah mereka.
“pelankan suaramu, Natale. Semua orang melihat ke kita”
“kau lucu, Nicco”
“aku tidak mau membicarakan dia lagi, oke?”
“kau sudah tidak menyukainya?”
“sudah ada kamu, itu sudah cukup bagiku. Maaf, baru sekarang aku menyadarinya”
“tidak mengapa. Nicco, suatu saat nanti, maukah kau menemaniku lagi untuk pulang ke Indonesia? Aku merindukan keluargaku disana”
“tentu saja, bisa menjadi second honeymoon untuk kita. I love you, Natale”
“I love you too, Nicco”
Nicco mencium Natale sambil terus berdansa dengan pasangan yang lain dan malam pun semakin larut….

THE END
WENDY-MIC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar