Selasa, 27 Mei 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 16)



Angela bangun agak siang karena menjelang pagi dia baru bisa tertidur di sofanya. Setelah mempersiapkan barang-barangnya dan segera mandi, ia menuju resepsionis untuk mengurus semuanya. Hari semakin siang, namun Nick belum datang juga untuk menjemputnya. Dengan rasa agak gelisah, Angela menunggu Nick di lobi. Mencoba menelponnya, namun ponsel Nick tidak aktif. Ia segera ke resepsionis untuk dicarikan taksi untuk mengantarnya ke bandara. Dengan dibantu petugas hotel, ia ke depan lobi dengan membawa beberapa kopornya, menanti taksi yang di pesan. Ia pun masih melihat ke sekeliling siapa tahu dia menemukan Nick.
Sebuah taksi berhenti di depannya. Petugas hotel bermaksud untuk menaruh barang-barang Angela di bagasi taksi. Namun, seseorang menahannya.
“tunggu! Masukkan barang-barang ini ke mobilku. Aku yang akan mengantarnya ke bandara. Masuklah ke mobilku, Angela”
Setelah membayar cancel-fee, Nick segera memacu mobilnya ke bandara. Penampilannya begitu berantakan tidak seperti biasanya. Pun tercium bau alcohol dari mulutnya. Ia menutupi matanya yang memerah dengan kaca mata hitamnya.
“maaf, aku terlambat menjemputmu”
Angela hanya terdiam. Karena sikap Nick yang amat dingin terhadapnya. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di bandara.
“masih ada waktu sebentar, Angela. Kau mau langsung masuk atau…”
“… aku langsung masuk saja. Trimakasih atas semuanya. Kau banyak membantuku disini. Maaf, kalau aku sudah merepotkanmu selama ini”
“ya”
Karena bagasi Angela sudah masuk, maka Angela hanya membawa tas ranselnya.
“bye, Nick. Senang bertemu lagi denganmu”
Angela melangkah meninggalkan Nick. Namun, baru beberapa langkah, Nick mencekal tangan Angela. Angela terkejut. Apalagi sewaktu nick dengan tiba-tiba mencium Angela beberapa saat lamanya dan memeluk pinggang Angela.
Setelah itu, Angela hanya bingung dengan sikap Nick barusan.
“aku juga mencintaimu, Angela”
Angela hanya tersenyum.
“aku akan menunggumu di Roma, Nick”
“tentu”
Angela menyentuh pipi Nick dan menciumnya sekali lagi.
“bye!”
Angela segera masuk dan melambaikan tangannya kepada Nick dengan senyum lebar di mukanya. Setelah Angela tidak kelihatan lagi, Nick segera menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.
“Nick, darimana saja kau tadi malam? Semalam kamu tidak pulang dan tidak juga memberi kabar”
“aku tidak kemana-mana, ma. Hanya menginap di rumah teman”
“teman yang mana?! Lihat penampilanmu, berantakan! Semalam kau minum-minum, ya?”
“hanya sedikit, mama”
“itu bukan dirimu, Nick. Ada apa?”
“tidak ada apa-apa, ma. Percayalah”
“aku tahu kamu, nick”
“sudahlah, ma. Aku ingin istirahat sebentar”
Tanpa mendengar omelan mamanya yang panjang lebar, Nick segera naik ke kamarnya. Ia langsung menghempaskan badannya ke ranjangnya yang besar itu. Maria hanya geleng-geleng kepala di belakangnya dan menutup pintu kamar Nick.

Di suatu sore, Natale berpapasan dengan Pablo di lantai bawah.
“selamat sore, nyonya”
“Pablo, kau tahu dimana suamiku?”
“aku tidak tahu, nyonya. Tapi sebelum pergi tadi, dia hanya berpesan agar nyonya tidak kemana-mana. Aku yang diberi tanggung jawab untuk menjagamu, nyonya”
“tidak biasanya dia seperti itu. Ada apa, Pablo? Kau mengetahui sesuatu?”
“maaf, aku tidak tahu”
“sebenarnya aku ada perlu keluar sore ini. Aku harus membeli beberapa barang-barang”
“kau bisa menuliskan daftar barang yang ingin kau beli, biar aku menyuruh orangku untuk membelinya”
“untuk kali ini aku tidak percaya kepada orang lain. Aku harus membelinya sendiri”
“suamimu sudah berpesan seperti itu, nyonya. Aku tidak mau kena marah”
“sebenarnya ada apa?”
“sekali lagi, maaf. Aku tidak tahu”
“aku mau kau yang mengantarku, tentu dia tidak akan marah. Lagipula, aku tidak akan lama”
Pablo nampak agak kebingungan.
“aku yang memerintahmu, Pablo. Kalau sampai Nicco marah, aku yang akan bertanggung jawab. Kau tidak perlu khawatir”
“baiklah, aku akan mengajak Daniel turut serta. Aku akan menyiapkan mobilnya”
Akhirnya dengan diantar Pablo dan Daniel, Natale pergi ke butik langganannya. Daniel yang pegang kemudi.
“kalian bawa senjata juga? Kita hanya akan ke butik”
“kami tidak ingin ambil resiko, nyonya”
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di butik langganan Natale. Pablo ikut masuk sedangkan Daniel berjaga di mobil.
“boss, sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita sejak di jalan raya tadi”
“ya, aku juga melihatnya. Kau bisa melihat siapa mereka?”
“tidak”
“kau siap-siap saja disitu. Kami tidak lama”
“baik, boss”
Setelah membayar semuanya, mereka segera keluar menuju mobil dan segera meninggalkan tempat itu.
“Daniel, bisakah kita tidak ngebut?”
“maaf, nyonya. Kita harus segera sampai di rumah”
“Pablo, ada apa ini?”
“sepertinya ada yang mengikuti kita”
“siapa?”
Natale melihat ke belakang. Dan benar, sedari tadi memang ada sebuah mobil yang mengikuti mereka.
“kami belum tahu”
Tiba-tiba, mobil yang ada di belakang mereka, melepaskan tembakan-tembakan ke arah mobil Natale. Natale berteriak ketakutan. Daniel mengarahkan mobilnya ke pinggiran kota, dimana jalan raya tidak begitu ramai. Tapi sayang, mereka berhasil menembak ban belakang mobil natale hingga mobil pun oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan.
“ayo, kita harus segera keluar, nyonya!”
“mengapa? Mereka bisa menembaki kita, Pablo!”
“kalau kita masih tetap di mobil ini, kita juga bisa mati sia-sia, nyonya. Ayo, cepat! Aku akan melindungimu!”
Mereka bertiga segera keluar dari mobil yang sudah rusak parah itu dan segera berlari memasuki gang-gang kecil itu.
“nyonya, kita harus cepat. Mereka mengejar kita!”
“aku tidak kuat, Pablo”
“boss, masuk ke lorong ini saja!”
Akhirnya mereka bertiga meringkuk di sebuah sudut yang agak tersembunyi.
“Pablo, mengapa mereka berbuat seperti itu kepada kita? Kau pasti tahu siapa mereka”
“ya, mereka anak buah Patricio”
“siapa dia”

Natale


“musuh suamimu”
“ya Tuhan, ada apa lagi ini?”
“sepertinya mereka ingin balas dendam”
“dendam? Apa lagi yang telah diperbuat Nicco?!”
“seharusnya aku tidak bicara banyak kepadamu”
“beritahu aku, Pablo!”
“beberapa minggu yang lalu, suamimu membunuh adik Patricio”
“apa?! Nicco sudah gila! Kalian gila!”
“kalau kau berteriak-teriak seperti itu, mereka akan dengan mudah menemukan kita”
“aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang kalian lakukan?”
“menurutku, kau tidak perlu tahu, nyonya”
Dengan tergesa-gesa, Daniel mendekati mereka.
“ada apa, Daniel?”
“kita harus cepat pergi, bos. Sepertinya mereka mengetahui keberadaan kita”
Dengan cepat Pablo segera menggandeng tangan Natale dan segera berlari lagi di antara gang-gang kecil. Daniel berada di belakang mereka. Beberapa kali Daniel membalas tembakan anak buah Patricio. Karena berada paling belakang, Daniel pun tertembak dan roboh!
“Daniel!”
“nyonya, kita tidak bisa kembali”
“tapi Daniel tertembak!”
Pablo tidak menjawab, ia hanya terus berusaha berlari secepat mungkin. Tapi tiba-tiba pundak Natale tertembak. Ia pun jatuh tersungkur.
“nyonya!”
Anak buah Patricio semakin ganas menyerang mereka. Pablo pun tertembak bahunya. Tak jauh dari situ ada sebuah pohon besar. Mereka pun bersembunyi di pohon itu. Natale nampak terduduk menahan sakit. Sedangkan Pablo menyiapkan senjatanya dan menelpon ponsel Nicco.
“boss, dimana kamu, boss?”
“aku masih bersama Andriano. Ada apa?”
“anak buah Patricio mengejar kami. Mereka ada 5 orang kurasa. Daniel sudah tewas kukira”
“dengan siapa kamu?”
“dengan istrimu, boss”
“apa?! Bagaimana bisa kau bersama istriku sedangkan kalian dikejar anak buah Patricio?!”
“makanya aku menelponmu, boss. Kami berdua juga tertembak”
“istriku kena tembak?”
“iya, boss. Di bahunya. Makanya kami butuh bantuanmu sekarang sebelum mereka menemukan kami”
“Pablo, kalau terjadi apa-apa dengan istriku, aku sendiri yang akan membunuhmu!”
Nicco nampak sangat marah.
“dimana posisimu?”
“arah keluar kota. Tempat dimana kita dulu melakukan operasi terhadap Patricio”
“ok, tunggu aku! Aku akan segera kesana. Jaga baik-baik istriku!”
“tentu, boss”
Pablo segera memeriksa keadaan Natale.
“bagaimana keadaanmu, nyonya?”
“aku tidak tahu, Pablo”
Keadaan Natale sudah sangat kepayahan. Ia pun menahan rasa sakit yang mendera.
“aku sudah menelpon suamimu. Semoga dia bisa secepatnya sampai sini”
Pablo berusaha menghentikan pendarahan di bahu Natale.
“aku baru ingat, bukankah kau sedang mengandung? Bagaimana keadaan kandunganmu?”
Natale hanya memejamkan matanya dan menggeleng lemah.
Beberapa saat lamanya mereka bersembunyi di tempat itu. Tak lama kemudian, terdengar suara tembak-tembakan di kejauhan. Rupanya Nicco sudah datang dengan membawa orang-orangnya. Nicco berusaha menjauh dari arena pertempuran itu.
“Pablo! Pablo! Dimana kamu?”
“sebelah sini, boss!”
Nicco menuju arah suara Pablo dan mendapati Natale duduk menyandar pada pohon besar itu.
“kita harus segera keluar dari sini menuju rumah sakit, Pablo”
Nicco segera menggendong Natale menuju mobil yang terparkir di jalanan. Ada orang yang sudah standby di mobil itu.
“jalan sekarang, Andrianno! Cepat, ke rumah sakit terdekat!”
Pablo duduk di depan. Sedangkan Nicco dan Natale di belakang. Andriano pun dengan ngebut segera meninggalkan arena itu.
“bagaimana keadaanmu, sayang?”
Natale yang terbaring lemah di pangkuan nicco hanya terdiam sambil menahan rasa sakit.
“sebentar lagi kita sudah sampai rumah sakit”
Tak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah sakit dengan meninggalkan suara mobil yang berdecit. Dengan sigap, petugas rumah sakit segera membawa Pablo dan Natale ke ruang emergency. Nicco hanya bisa menunggu di depan pintunya sambil mondar mandir ditemani Andriano.

Malam itu, Nick sedang berbaring di ranjangnya ketika suara ketukan pintu mengagetkannya.
“hai, Nick. Boleh masuk?”
“oh, kau, Wilma. Masuklah, ada apa?”
“bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar?”
“sekarang?”
“tentu saja”
“aku masih capek, sayang. Bagaimana kalau besok saja”
“ah, kau pasti bohong lagi”
“janji, kita jalan-jalan besok malam. Ingatkan aku kalau aku lupa”
“oya, mama dan papa sudah mempersiapkan kepergian kita ke Roma. Kau sudah siap-siap?”
“apa yang perlu kupersiapkan? Justru kamulah yang paling lama dalam menyiapkan segala sesuatunya. Aku tidak mau kalau kau membawa barang yang banyak. Karena pulangnya pasti barang-barang kamu akan semakin bertambah banyak”
“tidak, hanya dua kopor besar saja”
“kita disana tidak lama, sayang”
“dan aku tidak peduli. Yang penting semua barang-barangku terbawa semua”
“terserahlah”
Nick menarik selimutnya, tapi Wilma segera membuang selimut Nick.
“ada apa lagi, Wilma. Aku ngantuk sekali”
“aku hanya mau bertanya”
“bertanya apa lagi?”
“kamu menyukai Angela atau tidak?”
“itu tidak perlu aku jawab”
“kalau begitu, aku sudah mengetahui jawabannya”
“apa?”
“kau menyukai Angela. Berani taruhan? Besok kau pasti kencan saat kita sudah di Roma”
“terserah apa katamu, sayang. Yang penting sekarang aku harus tidur, ok?”
Nick mengusir Wilma dan mengunci pintu kamarnya.

Dokter Salvatore keluar dari ruang operasi, Nicco segera mendekatinya.
“ikut aku ke ruanganku”
Mereka segera ke ruangan dokter Salvatore.
“duduklah”
Dokter Salvatore menghempaskan tubuhnya di kursinya. Melepaskan kacamatanya dan mendesah.
“sepertinya baru kemarin aku memperingatkanmu, Nicco. Kamu sudah lupa? Kehamilan istrimu kali ini sangat rentan, lemah. Kuminta kau untuk menjaganya baik-baik, lebih dari kehamilannya yang kemarin”
“lalu, bagaimana keadaannya sekarang?”
“peluru di bahunya sudah diangkat. Dia juga mengalami pendarahan. Tapi, untunglah tidak begitu mempengaruhi  janinnya. Sebenarnya, ini bukan urusanku. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Berkali-kali istrimu terluka”
“yah… ini semua memang salahku. Hingga dia terlibat di segala urusanku”
“kau sudah mempunyai keluarga, Nicco. Keluarga yang sempurna, menurutku. Istri yang cantik, anak lelaki yang lucu, ditambah lagi sekarang istrimu sedang hamil anak kedua. Aku tidak tahu apa aktivitasmu selama ini. Tapi menurutku, kalau aktivitasmu itu mengganggu keselamatan keluargamu, tinggalkan! Kau mau mengorbankan keselamatan mereka semua?”
Nicco hanya bisa terdiam.
“maaf, kalau aku terlalu banyak bicara. Aku hanyalah seorang dokter yang siap membantu pasienku. Oya, tadi istrimu sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Tapi, dia masih belum sadar karena pengaruh obat bius. Juga temanmu yang satunya lagi itu”
“ya, trimakasih banyak”
“kuharap, ini kejadian terakhir istrimu mengalami kejadian ini. Kasihan dia, Nicco”
“ya, aku mencintainya. Tapi, aku juga tidak tahu bagaimana menghentikan semua ini”
“atau kau bisa minta tolong kepada papamu”
“tidak, ini urusan pribadiku. Aku sendiri yang akan menyelesaikan semuanya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku akan melihat keadaan Natale”
“ya, tentu”
Dengan cepat, Nicco segera menuju ruang perawatan. Nicco membuka pintu kamar itu. Hanya ada seorang suster yang sedang merawatnya. Setelah selesai, perawat itu segera keluar dari ruangan itu.
Nicco mendekati Natale yang masih belum sadar karena obat bius itu.
“maafkan aku, sayang”

Dengan diantar Maria dan James, Wilma dan Nick menuju bandara.
“Nick, jaga baik-baik adikmu. Kau sudah tahu tingkahnya seperti apa, manja”
“ah, papa terlalu melebih-lebihkan saja”
“tapi itu benar, sayang”
“Nick, kau sekarang sudah bersekongkol dengan papa?”
“tidak, aku hanya bicara fakta. Benar kan, ma?”
“sudah, sudah. Masuklah sekarang. Nanti kalian ketinggalan pesawat”
“iya, ma. Kami pergi dulu”
Nick dan Wilma memeluk Maria dan James untuk bersiap terbang ke Roma.

Natale sudah sadar dari pengaruh obat biusnya.
“Natale, bagaimana keadaanmu, sayang”
“bahuku sakit sekali”
“kau pasti akan cepat sembuh. Maafkan aku, Natale”
“kau sudah bertemu dokter Salvatore?”
“sudah, semalam”
“bagaimana dengan kandunganku?”
“kandunganmu baik-baik saja. Walaupun kau sempat mengalami pendarahan”
“lalu, bagaimana dengan Pablo dan Danielle? Mereka berdua telah melindungiku”
“Pablo juga sedang dirawat. Sedangkan Danielle… dia tewas. Maaf”
Natale hanya terdiam. Nicco menggenggam tangan Natale.
“istirahatlah dulu, sayang”
“kau mau kemana?”
“aku ada urusan sebentar. Akan kukirim seseorang untuk menjagamu”
Setelah mencium Natale, Nicco bergegas meninggalkan Natale sendirian. Rupanya ia pulang.
“Rose, bersiaplah ke rumah sakit untuk menjaga istriku. Luigi yang akan mengantarmu”
“baik, tuan”
Nicco segera menuju kamarnya yang ada diatas. Ia mengambil beberapa pistolnya yang selalu terisi penuh itu dan kembali lagi ke lantai bawah.
“Roberto, ikut aku! Bawa juga beberapa temanmu!”
“ya, boss”
Dengan mengendarai dua mobil, mereka segera keluar dari istana itu.

Nick dan Wilma sudah sampai di bandara Fiumicino.
“Nick, kau tidak memberitahu Natale dulu?”
“tidak, ini akan jadi kejutan untuk mereka”
“setidaknya telponlah dulu. Siapa tahu mereka sedang pergi”
Nick segera menelpon ponsel Natale.
“mengapa tidak juga dijawab?”
Nick mengulanginya beberapa kali.
“hallo, Natale?”

Nicco/Nick

“oh… kau, Nick. Ada apa?”
“Nicco? Dimana Natale?”
“dia ada di rumah sakit”
“rumah sakit? Sakit apa dia?”
“ceritanya panjang”
“baik, aku akan segerakesana”
“posisimu dimana sekarang ini?”
“aku sudah di bandara Roma dengan Wilma. Sebenarnya kami ingin bertemu kalian. Tapi, sebaiknya kami langsung ke rumah sakit saja”
Dengan naik taksi, mereka langsung menuju rumah sakit.
“Natale sakit apa,Nick?”
“aku belum tahu. Semoga dia sudah baik-baik saja”
Setelah bertanya pada resepsion,mereka segeramenuju kamar Natale. Disana sudah ada Rose dan Luigi. Natale terlihat sedang tidur.
“Rose, Luigi? Bagaimana keadaan Natale?”
“tuan Nick? Kapan datangnya?”
“baru saja. Aku diberitahu Nicco, makanya aku dari bandara langsung kesini”
“nyonya sudah baik-baik saja. Sekarang nyonya sedang istirahat”
“Nicco?”
“tadi pergi dengan beberapa bodyguard-nya”
“gila! Dia sudah tidak waras! Dia lebih mementingkan urusannya sendiri daripada istrinya?”
“sepertinya… tuan Nicco mau balas dendam lagi, tuan”
“ada apa lagi sekarang?”
“nyonya kemarin tertembak bahunya oleh anak buah musuh tuan Nicco. Jadi, mungkin sekarang tuan Nicco balas dendam”
Nick hanya bisa berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala.
“dia tidak pernah berubah”
Nick mendekati Natale yang masih tertidur. Ia melihat bahu Natale di perban. Saat itulah dokter Salvatore masuk untuk memeriksa Natale.
“Nick? Kau disini lagi? Kudengar kau sudah pulang”
“iya, baru saja kami sampai. Kami langsung kesini”
“siapa dia?”
“oh, ini Wilma, adikku”
“hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik”
“adikmu cantik”
“trimakasih, dokter. Bagaimana keadaan Natale?”
“kemarin dia sempat pendarahan, tapi untungnya dia sekarang baik-baik saja. Juga janinnya. Kemarin aku sempat khawatir juga mengingat track record medisnya”
“syukurlah…”
Dokter segera memeriksa Natale. Dan itu membuat Natale terbangun.
“maaf, Natale. Aku harus memeriksamu dulu”
Natale hanya tersenyum. Sementara yang lain menunggu di luar kamar.setelah selesai, dokter Salvatore pergi dan gantian Nick dan Wilma yang masuk.
“Nick? Wilma? Kapan kalian datang?”
“baru saja, natale. Aku menelpon ponselmu sewaktu di bandara tadi. Tapi yang mengangkat Nicco dan mengabarkan kalau kamu di rumah sakit. Bagaimana keadaanmu?”
“aku tidak apa-apa. Hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik, Natale. Kuharap kau segera cepat pulang ke rumah”
“tentu, trimakasih”
“apa yang terjadi, Natale?”
“hanya kejadian biasa”
“aku sudah tahu semuanya, Natale. Suamimu itu tidak pernah berubah!”
“sudahlah, Nick. Yang penting aku sudah tidak apa-apa”
“terus terang, sekarang aku khawatir kalau harus meninggalkanmu”
“aku tidak perlu takut, sudah ada Nicco”
“tapi lihatlah apa yang dia perbuat. Memang bukan dia yang membuatmu seperti ini. Tapi kelakuan Nicco sehingga efeknya ke kamu. Kamu tidak mengerti juga!”
“aku tahu dan aku paham, Nick”
“dan lihatlah. Disaat kau sedang sakit, dia malah mementingkan urusan pribadinya!”
“sudahlah, Nick. Tidak perlu membicarakan hal itu lagi. Oya, berapa lama kalian disini?”
“mungkin hanya seminggu karena Wilma hanya libur seminggu”
“kalian pulanglah dulu. Tentu kalian lelah”
“lebih baik Wilma saja yang pulang duluan. Aku akan menemanimu dulu. Luigi, antar adikku pulang. Bagasi kami masih di taksi. Ini, tolong bayarkan ke taksi. Aku titip adikku”
“ya, tuan”
“aku nanti akan menyusulmu, Wilma”
Wilma segera meninggalkan tempat itu dengan Luigi. Nick mendekati Natale.
“aku merindukanmu, Natale”
Natale hanya tersenyum.
“bagaimana kencanmu dengan Angela? Kuharap berakhir dengan baik”
Nick hanya menunduk.
“aku sudah memberitahunya, kalau aku mencintainya”
“oya? Selamat, Nick. Kuharap suatu saat aku akan memperkenalkannya kepadaku”
“tapi, terus terang aku belum bisa melupakanmu. Jadi, kuharap aku bisa melupakanmu kalau aku dekat dengannya”
“jadi? Dia hanya kau jadikan pelarian? Kau kejam, Nick!”
“bukan begitu, sayang. Aku tulus mencintainya, sungguh! Tapi aku juga belum bisa melupakanmu. Jadi, seiring dengan berjalannya waktu, aku bisa melupakannya”
“yah, mungkin kau benar. Dan kuharap kau bisa, Nick. Berarti kau belum bertemu dengannya?”
“belum, dari bandara aku langsung kemari. Aku juga tidak memberitahunya kalau aku ke Roma”
“telponlah, aku ingin bertemu dengannya”
“kau tidak apa-apa?”
“tentu saja”
Nick segera menelpon Angela dengan ponselnya.
“hallo, Angela. Apa kabar?”
“Nick? Baru kali ini kau menelponku. Kabarku baik, hanya… merindukanmu. Ada apa?”
“aku sekarang sedang berada di Roma dengan Wilma”
“mengapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemput kalian di bandara”
“tidak perlu repot-repot. Sebenarnya aku ingin menemui hari ini. Tapi aku belum bisa. Bisakah kau yang kemari? Aku sedang di rumah sakit pusat”
“kamu sakit?”
“tidak, aku baik-baik saja. Kalau kau sudah disini, aku bisa menjelaskan segalanya. Bisakah kau kemari?”
“tentu, secepatnya aku akan kesana. Bye!”
Natale hanya tersenyum. Karena telponnya tadi sengaja di speaker oleh Nick.
“dia merindukanmu, Nick”
“sudahlah, Natale”

Dengan naik taksi, Angela menuju rumah sakit yang dimaksud Nick. Setelah sampai dan membayar taksi, ia segera menuju lobi dan berlari-lari agar bisa masuk ke lift yang pintunya hampir menutup. Di dalam lift itu hanya ada seorang pemuda. Ia menatapnya. Baru saja ia akan membuka mulutnya, ketika pemuda itu menyapanya.
“maaf, apakah kita pernah bertemu? Kau menatapku sedari tadi”
“oh, ehm-maaf. Mungkin aku hanya salah orang”
“kau turun di lantai berapa, nona?”
“lantai lima”
“kalau begitu sama”
Setelah sampai di lantai lima, mereka keluar. Berjalan di gang yang sama dan berhenti di depan kamar yang sama pula.
“maaf, nona. Apakah kau akan masuk ke ruangan ini juga?”
“ya”
“apakah kau mengenal seseorang di dalam ruangan ini? Maksudku yang dirawat disini?”
“tidak, tapi mengapa dari tadi kau bertanya seperti itu? Aku sedang tidak ingin bergurau. Ini tidak lucu, Nick”
“owh, sepertinya aku paham sekarang”
Saat itulah pintu kamar dibuka dari dalam. Seorang perawat keluar.
“sebaiknya kita masuk dulu, nona”
Mereka berdua segera masuk ke ruang itu. Saat itulah, Angela melihat ada dua pria yang sama persis tanpa ada bedanya.
“Nick, kau ada disini juga? Kapan datangnya?” Nicco bertanya.
Nick dan Natale menoleh ke arah pintu. Sambil berkacak pinggang, Nick mendekati Nicco dan menghadiahi Nicco bogem mentah tepat di hidungnya. Karena Nicco tidak menyangka akan mendapatkan serangan dari Nick, dia pun terjatuh dengan hidung yang mengeluarkan darah cukup banyak.
“Nick! Apa yang kau lakukan?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar