Angela bangun agak siang karena menjelang pagi dia baru bisa
tertidur di sofanya. Setelah mempersiapkan barang-barangnya dan segera mandi,
ia menuju resepsionis untuk mengurus semuanya. Hari semakin siang, namun Nick
belum datang juga untuk menjemputnya. Dengan rasa agak gelisah, Angela menunggu
Nick di lobi. Mencoba menelponnya, namun ponsel Nick tidak aktif. Ia segera ke
resepsionis untuk dicarikan taksi untuk mengantarnya ke bandara. Dengan dibantu
petugas hotel, ia ke depan lobi dengan membawa beberapa kopornya, menanti taksi
yang di pesan. Ia pun masih melihat ke sekeliling siapa tahu dia menemukan Nick.
Sebuah taksi berhenti di depannya. Petugas hotel bermaksud
untuk menaruh barang-barang Angela di bagasi taksi. Namun, seseorang
menahannya.
“tunggu! Masukkan barang-barang ini ke mobilku. Aku yang
akan mengantarnya ke bandara. Masuklah ke mobilku, Angela”
Setelah membayar cancel-fee, Nick segera memacu mobilnya ke
bandara. Penampilannya begitu berantakan tidak seperti biasanya. Pun tercium
bau alcohol dari mulutnya. Ia menutupi matanya yang memerah dengan kaca mata
hitamnya.
“maaf, aku terlambat menjemputmu”
Angela hanya terdiam. Karena sikap Nick yang amat dingin
terhadapnya. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di bandara.
“masih ada waktu sebentar, Angela. Kau mau langsung masuk
atau…”
“… aku langsung masuk saja. Trimakasih atas semuanya. Kau
banyak membantuku disini. Maaf, kalau aku sudah merepotkanmu selama ini”
“ya”
Karena bagasi Angela sudah masuk, maka Angela hanya membawa
tas ranselnya.
“bye, Nick. Senang bertemu lagi denganmu”
Angela melangkah meninggalkan Nick. Namun, baru beberapa
langkah, Nick mencekal tangan Angela. Angela terkejut. Apalagi sewaktu nick
dengan tiba-tiba mencium Angela beberapa saat lamanya dan memeluk pinggang Angela.
Setelah itu, Angela hanya bingung dengan sikap Nick barusan.
“aku juga mencintaimu, Angela”
Angela hanya tersenyum.
“aku akan menunggumu di Roma, Nick”
“tentu”
Angela menyentuh pipi Nick dan menciumnya sekali lagi.
“bye!”
Angela segera masuk dan melambaikan tangannya kepada Nick dengan senyum lebar di mukanya. Setelah Angela tidak kelihatan lagi, Nick segera menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.
Angela segera masuk dan melambaikan tangannya kepada Nick dengan senyum lebar di mukanya. Setelah Angela tidak kelihatan lagi, Nick segera menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.
“Nick, darimana saja kau tadi malam? Semalam kamu tidak
pulang dan tidak juga memberi kabar”
“aku tidak kemana-mana, ma. Hanya menginap di rumah teman”
“teman yang mana?! Lihat penampilanmu, berantakan! Semalam
kau minum-minum, ya?”
“hanya sedikit, mama”
“itu bukan dirimu, Nick. Ada apa?”
“tidak ada apa-apa, ma. Percayalah”
“aku tahu kamu, nick”
“sudahlah, ma. Aku ingin istirahat sebentar”
Tanpa mendengar omelan mamanya yang panjang lebar, Nick
segera naik ke kamarnya. Ia langsung menghempaskan badannya ke ranjangnya yang
besar itu. Maria hanya geleng-geleng kepala di belakangnya dan menutup pintu
kamar Nick.
Di suatu sore, Natale berpapasan dengan Pablo di lantai
bawah.
“selamat sore, nyonya”
“Pablo, kau tahu dimana suamiku?”
“aku tidak tahu, nyonya. Tapi sebelum pergi tadi, dia hanya
berpesan agar nyonya tidak kemana-mana. Aku yang diberi tanggung jawab untuk
menjagamu, nyonya”
“tidak biasanya dia seperti itu. Ada apa, Pablo? Kau
mengetahui sesuatu?”
“maaf, aku tidak tahu”
“sebenarnya aku ada perlu keluar sore ini. Aku harus membeli
beberapa barang-barang”
“kau bisa menuliskan daftar barang yang ingin kau beli, biar
aku menyuruh orangku untuk membelinya”
“untuk kali ini aku tidak percaya kepada orang lain. Aku
harus membelinya sendiri”
“suamimu sudah berpesan seperti itu, nyonya. Aku tidak mau
kena marah”
“sebenarnya ada apa?”
“sekali lagi, maaf. Aku tidak tahu”
“aku mau kau yang mengantarku, tentu dia tidak akan marah.
Lagipula, aku tidak akan lama”
Pablo nampak agak kebingungan.
“aku yang memerintahmu, Pablo. Kalau sampai Nicco marah, aku
yang akan bertanggung jawab. Kau tidak perlu khawatir”
“baiklah, aku akan mengajak Daniel turut serta. Aku akan
menyiapkan mobilnya”
Akhirnya dengan diantar Pablo dan Daniel, Natale pergi ke butik
langganannya. Daniel yang pegang kemudi.
“kalian bawa senjata juga? Kita hanya akan ke butik”
“kami tidak ingin ambil resiko, nyonya”
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di butik langganan Natale.
Pablo ikut masuk sedangkan Daniel berjaga di mobil.
“boss, sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita sejak di
jalan raya tadi”
“ya, aku juga melihatnya. Kau bisa melihat siapa mereka?”
“tidak”
“kau siap-siap saja disitu. Kami tidak lama”
“baik, boss”
Setelah membayar semuanya, mereka segera keluar menuju mobil
dan segera meninggalkan tempat itu.
“Daniel, bisakah kita tidak ngebut?”
“maaf, nyonya. Kita harus segera sampai di rumah”
“Pablo, ada apa ini?”
“sepertinya ada yang mengikuti kita”
“siapa?”
Natale melihat ke belakang. Dan benar, sedari tadi memang
ada sebuah mobil yang mengikuti mereka.
“kami belum tahu”
Tiba-tiba, mobil yang ada di belakang mereka, melepaskan
tembakan-tembakan ke arah mobil Natale. Natale berteriak ketakutan. Daniel
mengarahkan mobilnya ke pinggiran kota, dimana jalan raya tidak begitu ramai.
Tapi sayang, mereka berhasil menembak ban belakang mobil natale hingga mobil
pun oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan.
“ayo, kita harus segera keluar, nyonya!”
“mengapa? Mereka bisa menembaki kita, Pablo!”
“kalau kita masih tetap di mobil ini, kita juga bisa mati
sia-sia, nyonya. Ayo, cepat! Aku akan melindungimu!”
Mereka bertiga segera keluar dari mobil yang sudah rusak
parah itu dan segera berlari memasuki gang-gang kecil itu.
“nyonya, kita harus cepat. Mereka mengejar kita!”
“aku tidak kuat, Pablo”
“boss, masuk ke lorong ini saja!”
Akhirnya mereka bertiga meringkuk di sebuah sudut yang agak
tersembunyi.
“Pablo, mengapa mereka berbuat seperti itu kepada kita? Kau
pasti tahu siapa mereka”
“ya, mereka anak buah Patricio”
“siapa dia”
![]() |
Natale |
“musuh suamimu”
“ya Tuhan, ada apa lagi ini?”
“sepertinya mereka ingin balas dendam”
“dendam? Apa lagi yang telah diperbuat Nicco?!”
“seharusnya aku tidak bicara banyak kepadamu”
“beritahu aku, Pablo!”
“beberapa minggu yang lalu, suamimu membunuh adik Patricio”
“apa?! Nicco sudah gila! Kalian gila!”
“kalau kau berteriak-teriak seperti itu, mereka akan dengan
mudah menemukan kita”
“aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang kalian lakukan?”
“menurutku, kau tidak perlu tahu, nyonya”
Dengan tergesa-gesa, Daniel mendekati mereka.
“ada apa, Daniel?”
“kita harus cepat pergi, bos. Sepertinya mereka mengetahui
keberadaan kita”
Dengan cepat Pablo segera menggandeng tangan Natale dan
segera berlari lagi di antara gang-gang kecil. Daniel berada di belakang
mereka. Beberapa kali Daniel membalas tembakan anak buah Patricio. Karena
berada paling belakang, Daniel pun tertembak dan roboh!
“Daniel!”
“nyonya, kita tidak bisa kembali”
“tapi Daniel tertembak!”
Pablo tidak menjawab, ia hanya terus berusaha berlari
secepat mungkin. Tapi tiba-tiba pundak Natale tertembak. Ia pun jatuh
tersungkur.
“nyonya!”
Anak buah Patricio semakin ganas menyerang mereka. Pablo pun
tertembak bahunya. Tak jauh dari situ ada sebuah pohon besar. Mereka pun
bersembunyi di pohon itu. Natale nampak terduduk menahan sakit. Sedangkan Pablo
menyiapkan senjatanya dan menelpon ponsel Nicco.
“boss, dimana kamu, boss?”
“aku masih bersama Andriano. Ada apa?”
“anak buah Patricio mengejar kami. Mereka ada 5 orang
kurasa. Daniel sudah tewas kukira”
“dengan siapa kamu?”
“dengan istrimu, boss”
“apa?! Bagaimana bisa kau bersama istriku sedangkan kalian
dikejar anak buah Patricio?!”
“makanya aku menelponmu, boss. Kami berdua juga tertembak”
“istriku kena tembak?”
“iya, boss. Di bahunya. Makanya kami butuh bantuanmu
sekarang sebelum mereka menemukan kami”
“Pablo, kalau terjadi apa-apa dengan istriku, aku sendiri
yang akan membunuhmu!”
Nicco nampak sangat marah.
“dimana posisimu?”
“arah keluar kota. Tempat dimana kita dulu melakukan operasi
terhadap Patricio”
“ok, tunggu aku! Aku akan segera kesana. Jaga baik-baik
istriku!”
“tentu, boss”
Pablo segera memeriksa keadaan Natale.
“bagaimana keadaanmu, nyonya?”
“aku tidak tahu, Pablo”
Keadaan Natale sudah sangat kepayahan. Ia pun menahan rasa
sakit yang mendera.
“aku sudah menelpon suamimu. Semoga dia bisa secepatnya
sampai sini”
Pablo berusaha menghentikan pendarahan di bahu Natale.
“aku baru ingat, bukankah kau sedang mengandung? Bagaimana
keadaan kandunganmu?”
Natale hanya memejamkan matanya dan menggeleng lemah.
Beberapa saat lamanya mereka bersembunyi di tempat itu. Tak
lama kemudian, terdengar suara tembak-tembakan di kejauhan. Rupanya Nicco sudah
datang dengan membawa orang-orangnya. Nicco berusaha menjauh dari arena
pertempuran itu.
“Pablo! Pablo! Dimana kamu?”
“sebelah sini, boss!”
Nicco menuju arah suara Pablo dan mendapati Natale duduk
menyandar pada pohon besar itu.
“kita harus segera keluar dari sini menuju rumah sakit,
Pablo”
Nicco segera menggendong Natale menuju mobil yang terparkir
di jalanan. Ada orang yang sudah standby di mobil itu.
“jalan sekarang, Andrianno! Cepat, ke rumah sakit terdekat!”
Pablo duduk di depan. Sedangkan Nicco dan Natale di
belakang. Andriano pun dengan ngebut segera meninggalkan arena itu.
“bagaimana keadaanmu, sayang?”
Natale yang terbaring lemah di pangkuan nicco hanya terdiam
sambil menahan rasa sakit.
“sebentar lagi kita sudah sampai rumah sakit”
Tak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah
sakit dengan meninggalkan suara mobil yang berdecit. Dengan sigap, petugas
rumah sakit segera membawa Pablo dan Natale ke ruang emergency. Nicco hanya
bisa menunggu di depan pintunya sambil mondar mandir ditemani Andriano.
Malam itu, Nick sedang berbaring di ranjangnya ketika suara
ketukan pintu mengagetkannya.
“hai, Nick. Boleh masuk?”
“oh, kau, Wilma. Masuklah, ada apa?”
“bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar?”
“sekarang?”
“tentu saja”
“aku masih capek, sayang. Bagaimana kalau besok saja”
“ah, kau pasti bohong lagi”
“janji, kita jalan-jalan besok malam. Ingatkan aku kalau aku
lupa”
“oya, mama dan papa sudah mempersiapkan kepergian kita ke Roma.
Kau sudah siap-siap?”
“apa yang perlu kupersiapkan? Justru kamulah yang paling
lama dalam menyiapkan segala sesuatunya. Aku tidak mau kalau kau membawa barang
yang banyak. Karena pulangnya pasti barang-barang kamu akan semakin bertambah
banyak”
“tidak, hanya dua kopor besar saja”
“kita disana tidak lama, sayang”
“dan aku tidak peduli. Yang penting semua barang-barangku
terbawa semua”
“terserahlah”
Nick menarik selimutnya, tapi Wilma segera membuang selimut Nick.
“ada apa lagi, Wilma. Aku ngantuk sekali”
“aku hanya mau bertanya”
“bertanya apa lagi?”
“kamu menyukai Angela atau tidak?”
“itu tidak perlu aku jawab”
“kalau begitu, aku sudah mengetahui jawabannya”
“apa?”
“kau menyukai Angela. Berani taruhan? Besok kau pasti kencan
saat kita sudah di Roma”
“terserah apa katamu, sayang. Yang penting sekarang aku
harus tidur, ok?”
Nick mengusir Wilma dan mengunci pintu kamarnya.
Dokter Salvatore keluar dari ruang operasi, Nicco segera
mendekatinya.
“ikut aku ke ruanganku”
Mereka segera ke ruangan dokter Salvatore.
“duduklah”
Dokter Salvatore menghempaskan tubuhnya di kursinya.
Melepaskan kacamatanya dan mendesah.
“sepertinya baru kemarin aku memperingatkanmu, Nicco. Kamu
sudah lupa? Kehamilan istrimu kali ini sangat rentan, lemah. Kuminta kau untuk
menjaganya baik-baik, lebih dari kehamilannya yang kemarin”
“lalu, bagaimana keadaannya sekarang?”
“peluru di bahunya sudah diangkat. Dia juga mengalami
pendarahan. Tapi, untunglah tidak begitu mempengaruhi janinnya. Sebenarnya, ini bukan urusanku.
Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Berkali-kali istrimu terluka”
“yah… ini semua memang salahku. Hingga dia terlibat di segala
urusanku”
“kau sudah mempunyai keluarga, Nicco. Keluarga yang
sempurna, menurutku. Istri yang cantik, anak lelaki yang lucu, ditambah lagi
sekarang istrimu sedang hamil anak kedua. Aku tidak tahu apa aktivitasmu selama
ini. Tapi menurutku, kalau aktivitasmu itu mengganggu keselamatan keluargamu,
tinggalkan! Kau mau mengorbankan keselamatan mereka semua?”
Nicco hanya bisa terdiam.
“maaf, kalau aku terlalu banyak bicara. Aku hanyalah seorang
dokter yang siap membantu pasienku. Oya, tadi istrimu sudah dipindahkan ke
ruang perawatan. Tapi, dia masih belum sadar karena pengaruh obat bius. Juga
temanmu yang satunya lagi itu”
“ya, trimakasih banyak”
“kuharap, ini kejadian terakhir istrimu mengalami kejadian
ini. Kasihan dia, Nicco”
“ya, aku mencintainya. Tapi, aku juga tidak tahu bagaimana
menghentikan semua ini”
“atau kau bisa minta tolong kepada papamu”
“tidak, ini urusan pribadiku. Aku sendiri yang akan
menyelesaikan semuanya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku akan melihat
keadaan Natale”
“ya, tentu”
Dengan cepat, Nicco segera menuju ruang perawatan. Nicco
membuka pintu kamar itu. Hanya ada seorang suster yang sedang merawatnya.
Setelah selesai, perawat itu segera keluar dari ruangan itu.
Nicco mendekati Natale yang masih belum sadar karena obat
bius itu.
“maafkan aku, sayang”
Dengan diantar Maria dan James, Wilma dan Nick menuju
bandara.
“Nick, jaga baik-baik adikmu. Kau sudah tahu tingkahnya
seperti apa, manja”
“ah, papa terlalu melebih-lebihkan saja”
“tapi itu benar, sayang”
“Nick, kau sekarang sudah bersekongkol dengan papa?”
“tidak, aku hanya bicara fakta. Benar kan, ma?”
“sudah, sudah. Masuklah sekarang. Nanti kalian ketinggalan
pesawat”
“iya, ma. Kami pergi dulu”
Nick dan Wilma memeluk Maria dan James untuk bersiap terbang
ke Roma.
Natale sudah sadar dari pengaruh obat biusnya.
“Natale, bagaimana keadaanmu, sayang”
“bahuku sakit sekali”
“kau pasti akan cepat sembuh. Maafkan aku, Natale”
“kau sudah bertemu dokter Salvatore?”
“sudah, semalam”
“bagaimana dengan kandunganku?”
“kandunganmu baik-baik saja. Walaupun kau sempat mengalami
pendarahan”
“lalu, bagaimana dengan Pablo dan Danielle? Mereka berdua
telah melindungiku”
“Pablo juga sedang dirawat. Sedangkan Danielle… dia tewas.
Maaf”
Natale hanya terdiam. Nicco menggenggam tangan Natale.
“istirahatlah dulu, sayang”
“kau mau kemana?”
“aku ada urusan sebentar. Akan kukirim seseorang untuk
menjagamu”
Setelah mencium Natale, Nicco bergegas meninggalkan Natale
sendirian. Rupanya ia pulang.
“Rose, bersiaplah ke rumah sakit untuk menjaga istriku.
Luigi yang akan mengantarmu”
“baik, tuan”
Nicco segera menuju kamarnya yang ada diatas. Ia mengambil
beberapa pistolnya yang selalu terisi penuh itu dan kembali lagi ke lantai
bawah.
“Roberto, ikut aku! Bawa juga beberapa temanmu!”
“ya, boss”
Dengan mengendarai dua mobil, mereka segera keluar dari
istana itu.
Nick dan Wilma sudah sampai di bandara Fiumicino.
“Nick, kau tidak memberitahu Natale dulu?”
“tidak, ini akan jadi kejutan untuk mereka”
“setidaknya telponlah dulu. Siapa tahu mereka sedang pergi”
Nick segera menelpon ponsel Natale.
“mengapa tidak juga dijawab?”
Nick mengulanginya beberapa kali.
“hallo, Natale?”
![]() |
Nicco/Nick |
“oh… kau, Nick. Ada apa?”
“Nicco? Dimana Natale?”
“dia ada di rumah sakit”
“rumah sakit? Sakit apa dia?”
“ceritanya panjang”
“baik, aku akan segerakesana”
“posisimu dimana sekarang ini?”
“aku sudah di bandara Roma dengan Wilma. Sebenarnya kami
ingin bertemu kalian. Tapi, sebaiknya kami langsung ke rumah sakit saja”
Dengan naik taksi, mereka langsung menuju rumah sakit.
“Natale sakit apa,Nick?”
“aku belum tahu. Semoga dia sudah baik-baik saja”
Setelah bertanya pada resepsion,mereka segeramenuju kamar Natale.
Disana sudah ada Rose dan Luigi. Natale terlihat sedang tidur.
“Rose, Luigi? Bagaimana keadaan Natale?”
“tuan Nick? Kapan datangnya?”
“baru saja. Aku diberitahu Nicco, makanya aku dari bandara
langsung kesini”
“nyonya sudah baik-baik saja. Sekarang nyonya sedang
istirahat”
“Nicco?”
“tadi pergi dengan beberapa bodyguard-nya”
“gila! Dia sudah tidak waras! Dia lebih mementingkan
urusannya sendiri daripada istrinya?”
“sepertinya… tuan Nicco mau balas dendam lagi, tuan”
“ada apa lagi sekarang?”
“nyonya kemarin tertembak bahunya oleh anak buah musuh tuan Nicco.
Jadi, mungkin sekarang tuan Nicco balas dendam”
Nick hanya bisa berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala.
“dia tidak pernah berubah”
Nick mendekati Natale yang masih tertidur. Ia melihat bahu Natale
di perban. Saat itulah dokter Salvatore masuk untuk memeriksa Natale.
“Nick? Kau disini lagi? Kudengar kau sudah pulang”
“iya, baru saja kami sampai. Kami langsung kesini”
“siapa dia?”
“oh, ini Wilma, adikku”
“hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik”
“adikmu cantik”
“trimakasih, dokter. Bagaimana keadaan Natale?”
“kemarin dia sempat pendarahan, tapi untungnya dia sekarang
baik-baik saja. Juga janinnya. Kemarin aku sempat khawatir juga mengingat track
record medisnya”
“syukurlah…”
Dokter segera memeriksa Natale. Dan itu membuat Natale
terbangun.
“maaf, Natale. Aku harus memeriksamu dulu”
Natale hanya tersenyum. Sementara yang lain menunggu di luar
kamar.setelah selesai, dokter Salvatore pergi dan gantian Nick dan Wilma yang
masuk.
“Nick? Wilma? Kapan kalian datang?”
“baru saja, natale. Aku menelpon ponselmu sewaktu di bandara
tadi. Tapi yang mengangkat Nicco dan mengabarkan kalau kamu di rumah sakit.
Bagaimana keadaanmu?”
“aku tidak apa-apa. Hai, Wilma. Apa kabar?”
“baik, Natale. Kuharap kau segera cepat pulang ke rumah”
“tentu, trimakasih”
“apa yang terjadi, Natale?”
“hanya kejadian biasa”
“aku sudah tahu semuanya, Natale. Suamimu itu tidak pernah
berubah!”
“sudahlah, Nick. Yang penting aku sudah tidak apa-apa”
“terus terang, sekarang aku khawatir kalau harus
meninggalkanmu”
“aku tidak perlu takut, sudah ada Nicco”
“tapi lihatlah apa yang dia perbuat. Memang bukan dia yang
membuatmu seperti ini. Tapi kelakuan Nicco sehingga efeknya ke kamu. Kamu tidak
mengerti juga!”
“aku tahu dan aku paham, Nick”
“dan lihatlah. Disaat kau sedang sakit, dia malah
mementingkan urusan pribadinya!”
“sudahlah, Nick. Tidak perlu membicarakan hal itu lagi. Oya,
berapa lama kalian disini?”
“mungkin hanya seminggu karena Wilma hanya libur seminggu”
“kalian pulanglah dulu. Tentu kalian lelah”
“lebih baik Wilma saja yang pulang duluan. Aku akan
menemanimu dulu. Luigi, antar adikku pulang. Bagasi kami masih di taksi. Ini,
tolong bayarkan ke taksi. Aku titip adikku”
“ya, tuan”
“aku nanti akan menyusulmu, Wilma”
Wilma segera meninggalkan tempat itu dengan Luigi. Nick
mendekati Natale.
“aku merindukanmu, Natale”
Natale hanya tersenyum.
“bagaimana kencanmu dengan Angela? Kuharap berakhir dengan
baik”
Nick hanya menunduk.
“aku sudah memberitahunya, kalau aku mencintainya”
“oya? Selamat, Nick. Kuharap suatu saat aku akan
memperkenalkannya kepadaku”
“tapi, terus terang aku belum bisa melupakanmu. Jadi,
kuharap aku bisa melupakanmu kalau aku dekat dengannya”
“jadi? Dia hanya kau jadikan pelarian? Kau kejam, Nick!”
“bukan begitu, sayang. Aku tulus mencintainya, sungguh! Tapi
aku juga belum bisa melupakanmu. Jadi, seiring dengan berjalannya waktu, aku
bisa melupakannya”
“yah, mungkin kau benar. Dan kuharap kau bisa, Nick. Berarti
kau belum bertemu dengannya?”
“belum, dari bandara aku langsung kemari. Aku juga tidak
memberitahunya kalau aku ke Roma”
“telponlah, aku ingin bertemu dengannya”
“kau tidak apa-apa?”
“tentu saja”
Nick segera menelpon Angela dengan ponselnya.
“hallo, Angela. Apa kabar?”
“Nick? Baru kali ini kau menelponku. Kabarku baik, hanya…
merindukanmu. Ada apa?”
“aku sekarang sedang berada di Roma dengan Wilma”
“mengapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemput kalian di
bandara”
“tidak perlu repot-repot. Sebenarnya aku ingin menemui hari
ini. Tapi aku belum bisa. Bisakah kau yang kemari? Aku sedang di rumah sakit
pusat”
“kamu sakit?”
“tidak, aku baik-baik saja. Kalau kau sudah disini, aku bisa
menjelaskan segalanya. Bisakah kau kemari?”
“tentu, secepatnya aku akan kesana. Bye!”
Natale hanya tersenyum. Karena telponnya tadi sengaja di
speaker oleh Nick.
“dia merindukanmu, Nick”
“sudahlah, Natale”
Dengan naik taksi, Angela menuju rumah sakit yang dimaksud Nick.
Setelah sampai dan membayar taksi, ia segera menuju lobi dan berlari-lari agar
bisa masuk ke lift yang pintunya hampir menutup. Di dalam lift itu hanya ada
seorang pemuda. Ia menatapnya. Baru saja ia akan membuka mulutnya, ketika
pemuda itu menyapanya.
“maaf, apakah kita pernah bertemu? Kau menatapku sedari
tadi”
“oh, ehm-maaf. Mungkin aku hanya salah orang”
“kau turun di lantai berapa, nona?”
“lantai lima”
“kalau begitu sama”
Setelah sampai di lantai lima, mereka keluar. Berjalan di
gang yang sama dan berhenti di depan kamar yang sama pula.
“maaf, nona. Apakah kau akan masuk ke ruangan ini juga?”
“ya”
“apakah kau mengenal seseorang di dalam ruangan ini?
Maksudku yang dirawat disini?”
“tidak, tapi mengapa dari tadi kau bertanya seperti itu? Aku
sedang tidak ingin bergurau. Ini tidak lucu, Nick”
“owh, sepertinya aku paham sekarang”
Saat itulah pintu kamar dibuka dari dalam. Seorang perawat
keluar.
“sebaiknya kita masuk dulu, nona”
Mereka berdua segera masuk ke ruang itu. Saat itulah, Angela
melihat ada dua pria yang sama persis tanpa ada bedanya.
“Nick, kau ada disini juga? Kapan datangnya?” Nicco
bertanya.
Nick dan Natale menoleh ke arah pintu. Sambil berkacak
pinggang, Nick mendekati Nicco dan menghadiahi Nicco bogem mentah tepat di
hidungnya. Karena Nicco tidak menyangka akan mendapatkan serangan dari Nick,
dia pun terjatuh dengan hidung yang mengeluarkan darah cukup banyak.
“Nick! Apa yang kau lakukan?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar