Pagi itu, Nick mengajak Wilma jalan-jalan di belakang rumah
yang masih asri. Ada beberapa kincir angin di kejauhan. Wilma juga sudah tumbuh
menjadi gadis yang cantik.
“Nick, aku ingin tahu. Seperti apa sih saudara kembarmu
itu?”
“lihat aku baik-baik. Seperti inilah wajahnya”
“aku tidak percaya. Biasanya, walaupun kembar, tetap saja
ada bedanya walaupun sedikit”
“bedanya hanyalah penampilan kami. Selain itu, kami sama.
Tidak ada bedanya. Kau tidak percaya?”
Wilma menggeleng.
“tanya sama mama, atau…. Mike. Kau masih ingat Mike, kan?
Mike pun sampai terkejut melihat kami”
“suatu saat, mau tidak ya dia menemuiku?”
“tentu, kemarin dia bilang juga sudah tidak sabar ingin
bertemu denganmu. Suatu saat mereka akan kemari. Karena mereka belum pernah ke Belanda.
Atau… kita yang akan kesana”
“waaahh… aku mau sekali kesana, Nick. Aku akan bilang mama,
setelah ujian ini selesai kita akan berangkat kesana!” Wilma antusias sekali.
“hei, hei, hei! Tunggu dulu, nona”
“memangnya kenapa?”
“baru kemarin aku dari sana. Ujianmu selesai minggu depan.
Aku harus kesana lagi minggu depan? No way!”
“kan kamu yang bilang kita akan kesana”
“bukan berarti minggu depan juga, Wilma”
“terserah, pokoknya aku akan bilang pada mama. Apapun
keinginanku, kau sudah tahu kan, pasti akan dikabulkan”
“please, Wilma”
“kenapa?”
![]() |
wind mill |
“tidak untuk waktu dekat ini”
“iy-ya, tapi kenapa?”
“aku ingin melupakan Natale dulu”
“dari dulu kau belum bisa melupakannya?”
Nick hanya tersenyum dan menggeleng.
“ayolah, Nick. Move on! Banyak gadis yang suka padamu”
“siapa? Sebutkan!”
“sewaktu kau mengantarku sekolah, banyak teman-temanku yang
membicarakanmu. Mereka mengidolakanmu”
Nick lagi-lagi hanya tersenyum, dan itu membuat Wilma sewot.
“dari tadi kau hanya senyum-senyum saja”
“rupanya aku hanya terkenal di kalangan anak-anak”
“hei, kami bukan anak-anak lagi, Nick!”
“iya, iya. Percaya. Jam berapa nanti kau masuk sekolah?”
“sebentar lagi. Kau mau mengantarku?”
“boleh, sekalian aku mau jalan-jalan keliling kota. Sudah
agak lama juga aku di Italia”
“andai tidak sedang
ujian, aku pasti ikut kamu kesana”
Nick hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
“ayo, kita pulang sekarang. Nanti kamu terlambat masuk
sekolah”
Mereka cepat-cepat pulang ke rumah. Setelah semuanya
selesai, Wilma menemui Nick di halaman depan.
“bisa kita berangkat sekarang?”
“tentu”
“cek dulu semua bawaanmu. Kalau sudah sampai sekolah, dan
ada barang yang tertinggal, aku tidak mau pulang lagi”
“enggak, semua sudah lengkap”
“aku bilang, cek dulu”
Dengan sewot, Wilma mengecek tasnya lalu tersenyum.
“ada apa?”
Wima masuk lagi ke dalam. Tak lama kemudian, dia sudah
keluar lagi dengan membawa sebuah buku.
“bukuku ketinggalan”
“sudah kuduga, dari dulu kau selalu pelupa. Ayo, kita berangkat
sekarang”
Nick segera mengantar adik kesayangannya itu ke sekolah. Tak
lama kemudian, mereka sudah tiba di depan sekolah Wilma.
“Nick, jangan pergi dulu. Aku akan kembali sebentar lagi”
“ada apa?”
“pokoknya tunggu saja dulu”
Dengan agak berlari, Wilma memasuki sekolahnya. Dengan masih
di dalam mobil, Nick hanya senyum-senyum melihat tingkah adik kesayangannya
sambil mendengarkan music lewat
ear-phone. Tak lama kemudian, Wilma sudah kembali lagi dengan beberapa teman
wanitanya.
“Nick, keluarlah sebentar”
“ada apa?”
“ada yang ingin berkenalan denganmu”
Nick hanya mengangkat bahunya dan melepaskan ear phone-nya.
“siapa?”
“teman-temanku. Mereka ingin berkenalan denganmu”
Sebentar saja teman-teman Wilma sudah mengerubuti Nick dan
berteriak-teriak histeris tanpa dikomando. Nick hanya mengangkat kedua
tangannya, menyerah.
“wait, ada apa ini?”
“hai, Nick. Boleh kan kami berkenalan denganmu?”
“iya, kami mau kok jadi teman kamu”
“kata Wilma, dia punya kakak yang tampan. Dan ternyata
benar! Benar tidak, teman-teman?”
“iya!”
“Wilma, makasih ya!”
“tunggu, tunggu. Kalian tidak bisa mengeroyokku seperti ini!
Wilma…”
“hai, guys. Sudah dulu acara perkenalan hari ini. Besok
kapan-kapan kalian boleh main ke rumahku kalau untuk bertemu dengannya”
“w-what?!”
Nick hanya menatap pasrah kepada Wilma.
“yah… Nick, kau harus pergi sekarang, ya?”
“iya, maaf. Aku hanya mengantar Wilma saja. Aku masih ada
urusan. Kapan-kapan kita bertemu lagi. Maaf, sebentar”
Nick segera mengambil telpon genggamnya dari celananya.
“ya,hallo. Angela? Apa kabar?”
Para teman Wilma terdiam. Mereka sepertinya kecewa.
“Wilma, siapa Angela?”
Wilma hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu.
“maaf, aku harus pergi sekarang. Senang bertemu kalian”
Tanpa menunggu jawaban, Nick segera masuk ke mobilnya dan
menjalankan mobilnya ke arah kota.
“ada apa? Maaf, tadi terputus”
“sedang apa kau sekarang?”
“baru saja mengantar adikku sekolah. Apa kabar?”
“baik, sayang sekali kamu sama adikmu”
“tentu saja, aku kan kakaknya”
“bisa tidak sekarang kau ke Schipool?”
“untuk apa?”
“menjemputku, tentu saja. Aku sudah di Belanda”
“kau? Di Belanda?”
“kenapa? Tidak boleh, ya?”
“kenapa kau tidak memberitahuku dulu. Ini kejutan sekali, Angela.
Baru saja aku sampai disini kau sudah menyusulku”
“tunggu dulu, aku tidak menyusulmu. Aku hanya beruntung
mendapatkan tiket gratis dari temanku. Sekarang, maukah kau menjemputku?”
“tentu saja. Tunggu sebentar, ya”
Dengan agak ngebut, Nick mengarahkan mobilnya ke bandara. Ia
menuju tempat yang diinfokan Angela.
“hai, Nick”
“hai, akhirnya sampai juga kau di Belanda”
“kalau tidak ada tiket gratis, aku tidak mungkin berada
disini”
Angela tersenyum centil.
“bisa kita pergi sekarang?”
“tentu,kau sudah ada tempat untuk menginap? Kalau belum, kau
bisa menginap di rumahku”
“aku sudah pesan hotel. Maaf, ya”
“tidak apa-apa. Kuantar ke hotelmu”
Nick memasukkan barang-barang Angela ke bagasinya, lalu
mengantar Angela ke hotelnya. Setelah check-in, mereka mengobrol di lounge
hotel tersebut sambil ditemani dua cangkir kopi hangat.
“aku senang akhirnya kau bisa kesini. Rencana berapa hari
kau disini?”
“mungkin hanya seminggu”
“lebih dari cukup untuk keliling kota sebagai wisatawan.
Kalau kau belum ada teman, aku bisa mengantarmu”
“trimakasih sekali, Nick. Aku akan sangat senang sekali”
“jadi, kemana saja tujuanmu? Aku yang akan menjadi guide
kamu”
“aku belum tahu mengenai negara ini. Aku terserah kamu saja”
“baik, sebaiknya mulai besok saja kita mulai. Kalau
sekarang, maukah kau ke rumahku? Aku akan menelpon mama agar kita bisa makan
siang bersama di rumahku”
“sepertinya menyenangkan”
Nick lalu menelpon Maria. Setelah itu membawa Angela dengan
mobilnya menuju rumahnya yang berada di pinggiran kota dan masih suasana
pedesaan yang tidak begitu ramai.
“indah sekali suasana disini”
“ya, kami memilih tinggal disini. Jauh dari kebisingan kota.
Sedangkan usaha kami ada di kota. Kau boleh menginap disini”
“trimakasih, Nick”
Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah rumah bergaya
khas Belanda dengan halaman agak luas.
“ini rumah kalian?”
“ya”
“indah sekali, aku menyukainya”
Mereka segera masuk ke ruang tamu dan disambut oleh Maria.
Setelah mencium Maria, Nick memperkenalkan Angela.
“ma, ini Angela. Angela, ini mamaku”
“senang bertemu denganmu. Kau cantik sekali. Apa kabar?”
“baik, trimakasih”
“duduklah, dulu. Kubuatkan minuman dulu”
Mereka segera mengobrol di ruang tengah.
“sepi sekali”
“iya, papaku kerja. Adikku sekolah, baru ada ujian. Sebentar
lagi pasti minta jemput”
Lalu datanglah Maria dengan membawa beberapa gelas minuman.
“aku jadi ingat. Dulu sekali, Nick sering bercerita
tentangmu”
“aku? Cerita apa saja dia?”
“sudahlah, ma”
“aku tidak boleh cerita sama yang bersangkutan rupanya”
“tidak apa-apa, ceritalah”
“dulu dia menyukaimu, begitu memujamu. Setiap pulang kesini
yang dibicarakan hanya kamu. Katanya dia menyukai kakak kelasnya di kampus”
“ah, mama. Itukan masa lalu,ma. Mama jangan membuat aku
malu, ma”
“lihat saja, Angela. Muka Nick sampai merah begitu. Itu
berarti dia masih suka kepadamu”
“oya, apa betul itu, Nick? Kau masih suka padaku?”
Angela tersenyum sambil menyikut lengan Nick yang duduk di
sebelahnya.
“sudahlah, Angela”
Beruntunglah, handphone Nick berbunyi. Saved by the bell.
“maaf, tuan putri sudah menelpon. Aku harus segera
menjemputnya. Aku tinggal dulu kalian”
Nick cepat-cepat pergi menjemput Wilma.
“dia masih seperti yang dulu, tidak berubah”
“ya”
“dia anak yang baik, pintar. Maklum saja, setiap tahun
selalu menjadi pelajar teladan”
“tapi dia tidak beruntung dalam hal urusan asmara. Aku kasihan
kepadanya. Beberapa kali gagal dalam sebuah hubungan”
“oya? Apa yang salah? Dia begitu baik dan perhatian dalam
memperlakukan seorang perempuan”
“kau bisa menanyakan sendiri hal itu kepadanya. Sekarang,
bisakah kau membantuku mempersiapkan makan siang kita? Aku sudah memasak
makanan yang enak”
“tentu”
Mereka berdua segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang
mereka.
Nick sudah sampai di depan sekolah Wilma. Nampak Wilma
sedang berkumpul dengan teman-temannya. Klakson mobil Nick mengagetkan mereka. Wilma
segera mendekati mobil Nick.
“ayo, naik”
“sebentar, maukah kau ikut bersama kami sebentar?”
“kemana?”
“makan siang bersama. Mereka ngotot ingin makan siang
bersamamu. Aku bisa apa?”
“Wilma sayang, di rumah sedang ada tamu yang menunggu kita
untuk makan siang bersama. Bagaimana kalau lain kali saja?”
“mereka pasti akan marah denganku”
“ok, biar aku saja yang bicara dengan mereka”
Nick segera turun dari mobilnya dan mendekati teman-teman
Wilma.
“hai”
“hai, Nick”
Jawaban teman-teman Wilma terdengar seperti sekelompok
paduan suara .
“kata Wilma, kalian mengajakku makan siang bersama kalian?”
“iya. Kamu tidak keberatan?”
“maaf, di rumah kami, saat ini sedang ada tamu yang menanti
kepulangan kami. Bagaimana kalau lain kali saja?”
“yaaahh….”
“aku menghargai undangan kalian. Tapi…”
“baiklah, lain kali saja kalau kau sedang tidak ada acara.
Kami yang salah. Tidak menanyakannya terlebih dahulu kepadamu”
“trimakasih, lain kali aku pasti akan dengan senang hati
menerima undangan kalian. Bye!”
Wilma lalu mengikuti Nick masuk ke mobil Nick. Nick mulai
menjalankan mobilnya.
“siapa sih tamunya?”
“temanku, nanti kuperkenalkan kau dengannya”
“laki-laki, ya?”
“bukan, perempuan. Mengapa cemberut?”
“tidak ada apa-apa. Cantik?”
“mmm… relative. Tapi, menurutku dia cantik sekali. Orangnya
menyenangkan. Aku yakin kau pasti menyukainya”
“oya? Belum tentu juga”
“kita lihat saja nanti. Dia dulu temanku di kampus, kakak
kelasku. Dia orang Italia”
“baiklah, kenalkan aku nanti kepadanya. Biar aku yang
menyeleksinya”
“maksudmu?”
“yah… siapa tahu dia nanti cocok sebagai pengganti Natale”
“terlalu dini kau mengatakan itu, sayang. Tapi kuakui, aku
dulu menyukainya”
“itu lebih bagus lagi”
“terserahlah…”
Tak lama kemudian, Nick dan Wilma sudah sampai di halaman
rumah. Tanpa menunggu Nick, Wilma segera berlari ke dalam rumah.
“Wilma, kenapa kamu harus berlari-lari seperti itu?”
Wilma hanya tersenyum. Nick pun sudah ada di belakangnya.
“dimana Angela, ma?”
“sudah di ruang makan menunggu kalian, ayo”
Mereka bertiga segera ke ruang makan.
“Wilma, ini Angela, temanku. Angela, ini Wilma, adikku”
“hai, senang berkenalan denganmu”
“aku juga, senang bertemu denganmu”
Mereka segera makan siang bersama.
“dimana papa, ma?”
“papamu belum bisa pulang untuk makan siang. Sibuk”
“oya, Angela. Katanya kau kakak kelas Nick di kampus, ya?”
“darimana kamu tahu?”
“di sepanjang perjalanan tadi, Nick terus-terusan bercerita
tentangmu”
“oya?”
“katanya kamu cantik dan pintar”
“kapan aku bilang seperti itu, sayang?”
“di mobil tadi. Katanya kau masih suka kepadanya tapi malu
untukmengakui. Aku tidak bohong, Angela”
“Wilma… itu semua tidak benar. Aku tidak mengatakan hal itu
kepadanya, Angela”
Angela hanya tersenyum.
“aku percaya, Nick”
“kau tidak percaya padaku, Angela? Hhh… aktingku buruk, ya?”
“sudahlah, Wilma. Aktingmu memang buruk”
“Wilma, makanlah sayurmu”
Dengan cemberut, Wilma memakan sayurnya.
“dia memang paling susah bila disuruh makan sayur”
Nick berkata kepada Angela dan Angela hanya tersenyum.
“berapa lama kamu disini?”
“sekitar seminggu. Kenapa, Wilma?”
“kalian pasti mau jalan-jalan, ya? Aku mau ikut”
“sepertinya tidak bisa, Wilma. Di sekolahmu sedang ujian
kan?”
“ah, mama…”
“kita bisa keluar bersama setelah pulang sekolah”
“benar, Angela? Trimakasih…”
Semua hanya tersenyum saja dengan tingkah Wilma yang masih
amat manja itu.
“Angela, aku menyukaimu. Jadi, aku senang kalau kau bisa
menjadi istri Nick. Agar kakak tercintaku ini tidak patah hati terus. Benar,
kan, Nick?”
“Wilma,kau jangan terlalu lancang sama kakakmu. Angela itu
teman lama kakakmu”
“tapi, mereka kan pernah saling cinta”
“Wilma, aku ralat ya. Sepertinya dulu kakakmu yang
menyukaiku”
Angela menahan tawanya.
“benarkah itu, Nick?”
“ehm… sepertinya benar. Aku dulu menyukainya, tapi entah
dengan dia. Siapa tahu dulu Angela juga menyukaiku, tapi dia malu untuk
mengatakannya. Bisa juga seperti itu kan, Angela?”
“terserahlah, Nick. Aku sedang tidak mau berdebat denganmu”
Maria dan Nick hanya tersenyum.
Sore itu, Nick mengajak Angela jalan-jalan di belakang
rumahnya yang masih asri. Terhampar padang rumput dan bunga tulip disana. Juga
beberapa wind-mill, suasana khas pedesaan Belanda.
“sepertinya aku enggan pulang ke Italia. Suasana rumahmu ini
sangat asri. Khas suasana pedesaan Belanda. Aku suka”
“kau boleh tinggal disini selama kau suka”
“maksudmu?”
“ah, tidak. Lupakan saja”
Angela menatap Nick.
“ada apa, Nick?”
“ada apa? Aku tak tahu. Aku tak mengerti maksudmu”
“kemarin adikmu sudah cerita banyak tentangmu”
“Wilma?”
“tolong, jangan kau marahi dia. Aku yang mendesaknya.
Maafkan aku”
“dia cerita apa saja? Banyak yang harus kuluruskan. Dia
kalau bercerita terlalu melebih-lebihkan”
“aku suka dengan caramu menyayangi adikmu”
“ya, aku sayang sekali padanya”
Mereka lalu duduk di bawah pohon besar sambil menatap ladang
bunga tulip.
“adikmu hanya ingin sekali melihat kau tersenyum lagi”
“tersenyum lagi? Perasaan dari kemarin aku sudah tertawa”
Angela hanya tersenyum,”kau tahu maksudku, Nick”
“ok, dia cerita apa saja?”
Angela menyentuh bahu Nick dan menatap mata Nick.
“dia hanya cerita, bahwa kamu mencintai istri dari kakak
kandungmu sendiri”
“hanya itu”
“ya, intinya hanya itu saja”
Nick menunduk, menatap rumput hijau di bawah kakinya.
“sebenarnya, ingin sekali aku melupakan semuanya. Ceritanya
tidak sesederhana itu, Angela. Bukan hanya sekedar aku mencintai istri dari
kakakku. Ceritanya panjang”
Angela membelai rambut Nick yang sebahu itu.
“kau bisa percaya padaku. Kau bisa bercerita apapun
kepadaku”
“dulu, Natale adalah kekasihku di kampus. Tapi, kakakku,
dengan memanfaatkan wajah kami yang mirip, menikahi Natale”
“benarkah itu, Nick?”
“pernahkah aku berbohong kepadamu?”
“maaf, hanya saja aku takmenyangka kalau ceritanya seperti
itu. Aku tak tahu banyak tentangmu rupanya. Aku hanya tahu kalau kau mencintai
istri dari kakakmu sendiri. Itu saja. Maafkan aku, Nick”
“tidak apa-apa. Kau tidak salah. Wilma juga tidak tahu
apa-apa”
“kau masih mencintainya, ya?”
“ya”
“kau juga berhak untuk bahagia, Nick. Lihatlah orang-orang
di sekelilingmu. Mereka merindukan senyumanmu. Tidak menutup kemungkinan kedua
orangtuamu juga merasakan apa yang dirasakan oleh Wilma”
“aku tahu. Tapi aku juga butuh waktu, Angela. Aku masih
mencintai Natale dan masih merindukannya. Aku bodoh, ya?”
“tidak ada orang yang bodoh tentang perasaan. Dan aku
menghargai perasaanmu itu”
“thanx…”
“mereka sudah mempunyai anak?”
“ya, dan sekarang Natale juga sedang hamil. Terus terang,
walaupun aku disini, aku masih mengkhawatirkan kesehatannya. Kandungannya
lemah, rentan keguguran”
“mengapa kau harus khawatir? Toh ada suaminya”
“kuharap suaminya menunggu Natale terus, Angela. Tapi lebih
sering dia keluar untuk urusan pribadinya. Dan lebih mempercayakan istrinya
kepada para bodyguard-nya”
“bodyguard? Kakakmu punya bodyguard?”
“ya, tapi jangan tanyakan kepadaku mengapa, ok? Karena itu
bukan urusanku lagi”
“baik, baik. Apakah Natale masih mencintaimu juga?”
“tidak, dia sekarang lebih mencintai suaminya. Aku orang
yang tidak beruntung dalam hal percintaan, ya? Dulu Julia tewas disaat kami ada
rencana untuk menikah. Lalu Natale. Dan kamu tentu saja”
“aku? Apa hubungannya?”
“dulu aku pernah menyukaimu, kubawa dinner di restoran itu
dan… sepertinya kau tidak menyukaiku”
Nick hanya tertawa kecil, disambut dengan senyuman Angela.
“bukannya aku tidak menyukaimu. Tapi, waktu itu aku sedang
ada masalah keluarga. Pikiranku kalut, kacau, entah. Aku sampai tidak
memikirkan diriku sendiri”
“masalah?”
![]() |
Angela |
“lupakan, aku tidak ingin membahas hal itu lagi”
“maaf. Berarti waktu itu kau juga menyukaiku?”
Angela hanya tersenyum dan berdiri.
“kita pulang sekarang, Nick. Hari sudah hampir malam”
“kau belum menjawab pertanyaanku, Angela”
“sudahlah. Ayo”
Angela menarik paksa tangan Nick agar ikut berdiri. Mereka
berdua berjalan beriringan menuju rumah Nick.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar