Rabu, 14 Mei 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 14)



Pagi itu, Nick mengajak Wilma jalan-jalan di belakang rumah yang masih asri. Ada beberapa kincir angin di kejauhan. Wilma juga sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.
“Nick, aku ingin tahu. Seperti apa sih saudara kembarmu itu?”
“lihat aku baik-baik. Seperti inilah wajahnya”
“aku tidak percaya. Biasanya, walaupun kembar, tetap saja ada bedanya walaupun sedikit”
“bedanya hanyalah penampilan kami. Selain itu, kami sama. Tidak ada bedanya. Kau tidak percaya?”
Wilma menggeleng.
“tanya sama mama, atau…. Mike. Kau masih ingat Mike, kan? Mike pun sampai terkejut melihat kami”
“suatu saat, mau tidak ya dia menemuiku?”
“tentu, kemarin dia bilang juga sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu. Suatu saat mereka akan kemari. Karena mereka belum pernah ke Belanda. Atau… kita yang akan kesana”
“waaahh… aku mau sekali kesana, Nick. Aku akan bilang mama, setelah ujian ini selesai kita akan berangkat kesana!” Wilma antusias sekali.
“hei, hei, hei! Tunggu dulu, nona”
“memangnya kenapa?”
“baru kemarin aku dari sana. Ujianmu selesai minggu depan. Aku harus kesana lagi minggu depan? No way!”
“kan kamu yang bilang kita akan kesana”
“bukan berarti minggu depan juga, Wilma”
“terserah, pokoknya aku akan bilang pada mama. Apapun keinginanku, kau sudah tahu kan, pasti akan dikabulkan”
“please, Wilma”
“kenapa?”
wind mill
“tidak untuk waktu dekat ini”
“iy-ya, tapi kenapa?”
“aku ingin melupakan Natale dulu”
“dari dulu kau belum bisa melupakannya?”
Nick hanya tersenyum dan menggeleng.
“ayolah, Nick. Move on! Banyak gadis yang suka padamu”
“siapa? Sebutkan!”
“sewaktu kau mengantarku sekolah, banyak teman-temanku yang membicarakanmu. Mereka mengidolakanmu”
Nick lagi-lagi hanya tersenyum, dan itu membuat Wilma sewot.
“dari tadi kau hanya senyum-senyum saja”
“rupanya aku hanya terkenal di kalangan anak-anak”
“hei, kami bukan anak-anak lagi, Nick!”
“iya, iya. Percaya. Jam berapa nanti kau masuk sekolah?”
“sebentar lagi. Kau mau mengantarku?”
“boleh, sekalian aku mau jalan-jalan keliling kota. Sudah agak lama juga aku di Italia”
“andai  tidak sedang ujian, aku pasti ikut kamu kesana”
Nick hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
“ayo, kita pulang sekarang. Nanti kamu terlambat masuk sekolah”
Mereka cepat-cepat pulang ke rumah. Setelah semuanya selesai, Wilma menemui Nick di halaman depan.
“bisa kita berangkat sekarang?”
“tentu”
“cek dulu semua bawaanmu. Kalau sudah sampai sekolah, dan ada barang yang tertinggal, aku tidak mau pulang lagi”
“enggak, semua sudah lengkap”
“aku bilang, cek dulu”
Dengan sewot, Wilma mengecek tasnya lalu tersenyum.
“ada apa?”
Wima masuk lagi ke dalam. Tak lama kemudian, dia sudah keluar lagi dengan membawa sebuah buku.
“bukuku ketinggalan”
“sudah kuduga, dari dulu kau selalu pelupa. Ayo, kita berangkat sekarang”
Nick segera mengantar adik kesayangannya itu ke sekolah. Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di depan sekolah Wilma.
“Nick, jangan pergi dulu. Aku akan kembali sebentar lagi”
“ada apa?”
“pokoknya tunggu saja dulu”
Dengan agak berlari, Wilma memasuki sekolahnya. Dengan masih di dalam mobil, Nick hanya senyum-senyum melihat tingkah adik kesayangannya sambil mendengarkan music  lewat ear-phone. Tak lama kemudian, Wilma sudah kembali lagi dengan beberapa teman wanitanya.
“Nick, keluarlah sebentar”
“ada apa?”
“ada yang ingin berkenalan denganmu”
Nick hanya mengangkat bahunya dan melepaskan ear phone-nya.
“siapa?”
“teman-temanku. Mereka ingin berkenalan denganmu”
Sebentar saja teman-teman Wilma sudah mengerubuti Nick dan berteriak-teriak histeris tanpa dikomando. Nick hanya mengangkat kedua tangannya, menyerah.
“wait, ada apa ini?”
“hai, Nick. Boleh kan kami berkenalan denganmu?”
“iya, kami mau kok jadi teman kamu”
“kata Wilma, dia punya kakak yang tampan. Dan ternyata benar! Benar tidak, teman-teman?”
“iya!”
“Wilma, makasih ya!”
“tunggu, tunggu. Kalian tidak bisa mengeroyokku seperti ini! Wilma…”
“hai, guys. Sudah dulu acara perkenalan hari ini. Besok kapan-kapan kalian boleh main ke rumahku kalau untuk bertemu dengannya”
“w-what?!”
Nick hanya menatap pasrah kepada Wilma.
“yah… Nick, kau harus pergi sekarang, ya?”
“iya, maaf. Aku hanya mengantar Wilma saja. Aku masih ada urusan. Kapan-kapan kita bertemu lagi. Maaf, sebentar”
Nick segera mengambil telpon genggamnya dari celananya.
“ya,hallo. Angela? Apa kabar?”
Para teman Wilma terdiam. Mereka sepertinya kecewa.
“Wilma, siapa Angela?”
Wilma hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu.
“maaf, aku harus pergi sekarang. Senang bertemu kalian”
Tanpa menunggu jawaban, Nick segera masuk ke mobilnya dan menjalankan mobilnya ke arah kota.
“ada apa? Maaf, tadi terputus”
“sedang apa kau sekarang?”
“baru saja mengantar adikku sekolah. Apa kabar?”
“baik, sayang sekali kamu sama adikmu”
“tentu saja, aku kan kakaknya”
“bisa tidak sekarang kau ke Schipool?”
“untuk apa?”
“menjemputku, tentu saja. Aku sudah di Belanda”
“kau? Di Belanda?”
“kenapa? Tidak boleh, ya?”
“kenapa kau tidak memberitahuku dulu. Ini kejutan sekali, Angela. Baru saja aku sampai disini kau sudah menyusulku”
“tunggu dulu, aku tidak menyusulmu. Aku hanya beruntung mendapatkan tiket gratis dari temanku. Sekarang, maukah kau menjemputku?”
“tentu saja. Tunggu sebentar, ya”
Dengan agak ngebut, Nick mengarahkan mobilnya ke bandara. Ia menuju tempat yang diinfokan Angela.
“hai, Nick”
“hai, akhirnya sampai juga kau di Belanda”
“kalau tidak ada tiket gratis, aku tidak mungkin berada disini”
Angela tersenyum centil.
“bisa kita pergi sekarang?”
“tentu,kau sudah ada tempat untuk menginap? Kalau belum, kau bisa menginap di rumahku”
“aku sudah pesan hotel. Maaf, ya”
“tidak apa-apa. Kuantar ke hotelmu”
Nick memasukkan barang-barang Angela ke bagasinya, lalu mengantar Angela ke hotelnya. Setelah check-in, mereka mengobrol di lounge hotel tersebut sambil ditemani dua cangkir kopi hangat.
“aku senang akhirnya kau bisa kesini. Rencana berapa hari kau disini?”
“mungkin hanya seminggu”
“lebih dari cukup untuk keliling kota sebagai wisatawan. Kalau kau belum ada teman, aku bisa mengantarmu”
“trimakasih sekali, Nick. Aku akan sangat senang sekali”
“jadi, kemana saja tujuanmu? Aku yang akan menjadi guide kamu”
“aku belum tahu mengenai negara ini. Aku terserah kamu saja”
“baik, sebaiknya mulai besok saja kita mulai. Kalau sekarang, maukah kau ke rumahku? Aku akan menelpon mama agar kita bisa makan siang bersama di rumahku”
“sepertinya menyenangkan”
Nick lalu menelpon Maria. Setelah itu membawa Angela dengan mobilnya menuju rumahnya yang berada di pinggiran kota dan masih suasana pedesaan yang tidak begitu ramai.
“indah sekali suasana disini”
“ya, kami memilih tinggal disini. Jauh dari kebisingan kota. Sedangkan usaha kami ada di kota. Kau boleh menginap disini”
“trimakasih, Nick”
Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah rumah bergaya khas Belanda dengan halaman agak luas.
“ini rumah kalian?”
“ya”
“indah sekali, aku menyukainya”
Mereka segera masuk ke ruang tamu dan disambut oleh Maria. Setelah mencium Maria, Nick memperkenalkan Angela.
“ma, ini Angela. Angela, ini mamaku”
“senang bertemu denganmu. Kau cantik sekali. Apa kabar?”
 “baik, trimakasih”
“duduklah, dulu. Kubuatkan minuman dulu”
Mereka segera mengobrol di ruang tengah.
“sepi sekali”
“iya, papaku kerja. Adikku sekolah, baru ada ujian. Sebentar lagi pasti minta jemput”
Lalu datanglah Maria dengan membawa beberapa gelas minuman.
“aku jadi ingat. Dulu sekali, Nick sering bercerita tentangmu”
“aku? Cerita apa saja dia?”
“sudahlah, ma”
“aku tidak boleh cerita sama yang bersangkutan rupanya”
“tidak apa-apa, ceritalah”
“dulu dia menyukaimu, begitu memujamu. Setiap pulang kesini yang dibicarakan hanya kamu. Katanya dia menyukai kakak kelasnya di kampus”
“ah, mama. Itukan masa lalu,ma. Mama jangan membuat aku malu, ma”
“lihat saja, Angela. Muka Nick sampai merah begitu. Itu berarti dia masih suka kepadamu”
“oya, apa betul itu, Nick? Kau masih suka padaku?”
Angela tersenyum sambil menyikut lengan Nick yang duduk di sebelahnya.
“sudahlah, Angela”
Beruntunglah, handphone Nick berbunyi. Saved by the bell.
“maaf, tuan putri sudah menelpon. Aku harus segera menjemputnya. Aku tinggal dulu kalian”
Nick cepat-cepat pergi menjemput Wilma.
“dia masih seperti yang dulu, tidak berubah”
“ya”
“dia anak yang baik, pintar. Maklum saja, setiap tahun selalu menjadi pelajar teladan”
“tapi dia tidak beruntung dalam hal urusan asmara. Aku kasihan kepadanya. Beberapa kali gagal dalam sebuah hubungan”
“oya? Apa yang salah? Dia begitu baik dan perhatian dalam memperlakukan seorang perempuan”
“kau bisa menanyakan sendiri hal itu kepadanya. Sekarang, bisakah kau membantuku mempersiapkan makan siang kita? Aku sudah memasak makanan yang enak”
“tentu”
Mereka berdua segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang mereka.

Nick sudah sampai di depan sekolah Wilma. Nampak Wilma sedang berkumpul dengan teman-temannya. Klakson mobil Nick mengagetkan mereka. Wilma segera mendekati mobil Nick.
“ayo, naik”
“sebentar, maukah kau ikut bersama kami sebentar?”
“kemana?”
“makan siang bersama. Mereka ngotot ingin makan siang bersamamu. Aku bisa apa?”
“Wilma sayang, di rumah sedang ada tamu yang menunggu kita untuk makan siang bersama. Bagaimana kalau lain kali saja?”
“mereka pasti akan marah denganku”
“ok, biar aku saja yang bicara dengan mereka”
Nick segera turun dari mobilnya dan mendekati teman-teman Wilma.
“hai”
“hai, Nick”
Jawaban teman-teman Wilma terdengar seperti sekelompok paduan suara .
“kata Wilma, kalian mengajakku makan siang bersama kalian?”
“iya. Kamu tidak keberatan?”
“maaf, di rumah kami, saat ini sedang ada tamu yang menanti kepulangan kami. Bagaimana kalau lain kali saja?”
“yaaahh….”
“aku menghargai undangan kalian. Tapi…”
“baiklah, lain kali saja kalau kau sedang tidak ada acara. Kami yang salah. Tidak menanyakannya terlebih dahulu kepadamu”
“trimakasih, lain kali aku pasti akan dengan senang hati menerima undangan kalian. Bye!”
Wilma lalu mengikuti Nick masuk ke mobil Nick. Nick mulai menjalankan mobilnya.
“siapa sih tamunya?”
“temanku, nanti kuperkenalkan kau dengannya”
“laki-laki, ya?”
“bukan, perempuan. Mengapa cemberut?”
“tidak ada apa-apa. Cantik?”
“mmm… relative. Tapi, menurutku dia cantik sekali. Orangnya menyenangkan. Aku yakin kau pasti menyukainya”
“oya? Belum tentu juga”
“kita lihat saja nanti. Dia dulu temanku di kampus, kakak kelasku.  Dia orang Italia”
“baiklah, kenalkan aku nanti kepadanya. Biar aku yang menyeleksinya”
“maksudmu?”
“yah… siapa tahu dia nanti cocok sebagai pengganti Natale”
“terlalu dini kau mengatakan itu, sayang. Tapi kuakui, aku dulu menyukainya”
“itu lebih bagus lagi”
“terserahlah…”
Tak lama kemudian, Nick dan Wilma sudah sampai di halaman rumah. Tanpa menunggu Nick, Wilma segera berlari ke dalam rumah.
“Wilma, kenapa kamu harus berlari-lari seperti itu?”
Wilma hanya tersenyum. Nick pun sudah ada di belakangnya.
“dimana Angela, ma?”
“sudah di ruang makan menunggu kalian, ayo”
Mereka bertiga segera ke ruang makan.
“Wilma, ini Angela, temanku. Angela, ini Wilma, adikku”
“hai, senang berkenalan denganmu”
“aku juga, senang bertemu denganmu”
Mereka segera makan siang bersama.
“dimana papa, ma?”
“papamu belum bisa pulang untuk makan siang. Sibuk”
“oya, Angela. Katanya kau kakak kelas Nick di kampus, ya?”
“darimana kamu tahu?”
“di sepanjang perjalanan tadi, Nick terus-terusan bercerita tentangmu”
“oya?”
“katanya kamu cantik dan pintar”
“kapan aku bilang seperti itu, sayang?”
“di mobil tadi. Katanya kau masih suka kepadanya tapi malu untukmengakui. Aku tidak bohong, Angela”
“Wilma… itu semua tidak benar. Aku tidak mengatakan hal itu kepadanya, Angela”
Angela hanya tersenyum.
“aku percaya, Nick”
“kau tidak percaya padaku, Angela? Hhh… aktingku buruk, ya?”
“sudahlah, Wilma. Aktingmu memang buruk”
“Wilma, makanlah sayurmu”
Dengan cemberut, Wilma memakan sayurnya.
“dia memang paling susah bila disuruh makan sayur”
Nick berkata kepada Angela dan Angela hanya tersenyum.
“berapa lama kamu disini?”
“sekitar seminggu. Kenapa, Wilma?”
“kalian pasti mau jalan-jalan, ya? Aku mau ikut”
“sepertinya tidak bisa, Wilma. Di sekolahmu sedang ujian kan?”
“ah, mama…”
“kita bisa keluar bersama setelah pulang sekolah”
“benar, Angela? Trimakasih…”
Semua hanya tersenyum saja dengan tingkah Wilma yang masih amat manja itu.
“Angela, aku menyukaimu. Jadi, aku senang kalau kau bisa menjadi istri Nick. Agar kakak tercintaku ini tidak patah hati terus. Benar, kan, Nick?”
“Wilma,kau jangan terlalu lancang sama kakakmu. Angela itu teman lama kakakmu”
“tapi, mereka kan pernah saling cinta”
“Wilma, aku ralat ya. Sepertinya dulu kakakmu yang menyukaiku”
Angela menahan tawanya.
“benarkah itu, Nick?”
“ehm… sepertinya benar. Aku dulu menyukainya, tapi entah dengan dia. Siapa tahu dulu Angela juga menyukaiku, tapi dia malu untuk mengatakannya. Bisa juga seperti itu kan, Angela?”
“terserahlah, Nick. Aku sedang tidak mau berdebat denganmu”
Maria dan Nick hanya tersenyum.

Sore itu, Nick mengajak Angela jalan-jalan di belakang rumahnya yang masih asri. Terhampar padang rumput dan bunga tulip disana. Juga beberapa wind-mill, suasana khas pedesaan Belanda.
“sepertinya aku enggan pulang ke Italia. Suasana rumahmu ini sangat asri. Khas suasana pedesaan Belanda. Aku suka”
“kau boleh tinggal disini selama kau suka”
“maksudmu?”
“ah, tidak. Lupakan saja”
Angela menatap Nick.
“ada apa, Nick?”
“ada apa? Aku tak tahu. Aku tak mengerti maksudmu”
“kemarin adikmu sudah cerita banyak tentangmu”
“Wilma?”
“tolong, jangan kau marahi dia. Aku yang mendesaknya. Maafkan aku”
“dia cerita apa saja? Banyak yang harus kuluruskan. Dia kalau bercerita terlalu melebih-lebihkan”
“aku suka dengan caramu menyayangi adikmu”
“ya, aku sayang sekali padanya”
Mereka lalu duduk di bawah pohon besar sambil menatap ladang bunga tulip.
“adikmu hanya ingin sekali melihat kau tersenyum lagi”
“tersenyum lagi? Perasaan dari kemarin aku sudah tertawa”
Angela hanya tersenyum,”kau tahu maksudku, Nick”
“ok, dia cerita apa saja?”
Angela menyentuh bahu Nick dan menatap mata Nick.
“dia hanya cerita, bahwa kamu mencintai istri dari kakak kandungmu sendiri”
“hanya itu”
“ya, intinya hanya itu saja”
Nick menunduk, menatap rumput hijau di bawah kakinya.
“sebenarnya, ingin sekali aku melupakan semuanya. Ceritanya tidak sesederhana itu, Angela. Bukan hanya sekedar aku mencintai istri dari kakakku. Ceritanya panjang”
Angela membelai rambut Nick yang sebahu itu.
“kau bisa percaya padaku. Kau bisa bercerita apapun kepadaku”
“dulu, Natale adalah kekasihku di kampus. Tapi, kakakku, dengan memanfaatkan wajah kami yang mirip, menikahi Natale”
“benarkah itu, Nick?”
“pernahkah aku berbohong kepadamu?”
“maaf, hanya saja aku takmenyangka kalau ceritanya seperti itu. Aku tak tahu banyak tentangmu rupanya. Aku hanya tahu kalau kau mencintai istri dari kakakmu sendiri. Itu saja. Maafkan aku, Nick”
“tidak apa-apa. Kau tidak salah. Wilma juga tidak tahu apa-apa”
“kau masih mencintainya, ya?”
“ya”
“kau juga berhak untuk bahagia, Nick. Lihatlah orang-orang di sekelilingmu. Mereka merindukan senyumanmu. Tidak menutup kemungkinan kedua orangtuamu juga merasakan apa yang dirasakan oleh Wilma”
“aku tahu. Tapi aku juga butuh waktu, Angela. Aku masih mencintai Natale dan masih merindukannya. Aku bodoh, ya?”
“tidak ada orang yang bodoh tentang perasaan. Dan aku menghargai perasaanmu itu”
“thanx…”
“mereka sudah mempunyai anak?”
“ya, dan sekarang Natale juga sedang hamil. Terus terang, walaupun aku disini, aku masih mengkhawatirkan kesehatannya. Kandungannya lemah, rentan keguguran”
“mengapa kau harus khawatir? Toh ada suaminya”
“kuharap suaminya menunggu Natale terus, Angela. Tapi lebih sering dia keluar untuk urusan pribadinya. Dan lebih mempercayakan istrinya kepada para bodyguard-nya”
“bodyguard? Kakakmu punya bodyguard?”
“ya, tapi jangan tanyakan kepadaku mengapa, ok? Karena itu bukan urusanku lagi”
“baik, baik. Apakah Natale masih mencintaimu juga?”
“tidak, dia sekarang lebih mencintai suaminya. Aku orang yang tidak beruntung dalam hal percintaan, ya? Dulu Julia tewas disaat kami ada rencana untuk menikah. Lalu Natale. Dan kamu tentu saja”
“aku? Apa hubungannya?”
“dulu aku pernah menyukaimu, kubawa dinner di restoran itu dan… sepertinya kau tidak menyukaiku”
Nick hanya tertawa kecil, disambut dengan senyuman Angela.
“bukannya aku tidak menyukaimu. Tapi, waktu itu aku sedang ada masalah keluarga. Pikiranku kalut, kacau, entah. Aku sampai tidak memikirkan diriku sendiri”
“masalah?”

Angela

“lupakan, aku tidak ingin membahas hal itu lagi”
“maaf. Berarti waktu itu kau juga menyukaiku?”
Angela hanya tersenyum dan berdiri.
“kita pulang sekarang, Nick. Hari sudah hampir malam”
“kau belum menjawab pertanyaanku, Angela”
“sudahlah. Ayo”
Angela menarik paksa tangan Nick agar ikut berdiri. Mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah Nick.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar