Minggu, 04 Oktober 2015

MY SAKURA (bagian 13)



Suatu siang, Yamada mendekati Emily yang sedang ada di mejanya dan duduk di depan Emily.
“oh, kau. Ada apa?”
“aku yang seharusnya bertanya. Sedari tadi kau kupanggil tapi kau tidak meresponku. Ada apa?”
“oh… m-maafkan aku. Aku hanya bingung. Sepertinya aku belum membuat janji dengan seorang klien untuk besok malam. Tapi ini tadi ada telpon kalau dia ngotot sekali sudah membuat janji denganmu. Dan aku merasa tidak kenal dengan orang ini”
“siapa?”
“dia mengaku namanya Kimura”
“Kimura?”
“ya, apakah kau mengenalnya?”
“tidak, baru sekali ini aku mendengar nama itu. Dimana dia ingin bertemu?”
“itu dia, aku merasa aneh dan janggal. Dia ingin bertemu denganmu di Brooklyn Bridge Park-Pier 6”
Yamada hanya diam termenung.
“apakah besok malam aku ada jadwal?”
“tidak, apakah kau ingin menemuinya?”
“ya, aku akan menemuinya”
“tapi kau belum mengenal siapa orang ini”
“kalau aku tidak datang, aku tidak akan mengenalnya. Kalau aku sudah bertemu dengannya, aku akan tahu siapa dia dan apa maunya. Kau besok ikut bersamaku”
“aku?”
“iya, kenapa? Bukankah kemanapun aku pergi kau harus selalu ada di sampingku?”
Emily hanya menatap Yamada yang ada di depannya tanpa berkedip.
“ada apa, Ms. Grey?”
“eh… t-tidak apa-apa. Tentu saja aku ikut denganmu kemana pun kau pergi, Yamada”
Gentian Yamada yang menatap Emily beberapa saat lamanya.
“eh… aku akan keluar sebentar. Apakah kau mau ikut denganku, Ms. Grey?”
“kemana?”
“makan siang. Maukah kau makan siang denganku? Kita sudah suntuk dengan pekerjaan. Kalau harus makan siang di gedung ini lagi, aku bisa tambah pusing. Bagaimana?”
“ehm… b-baiklah. Aku akan bersiap-siap dulu”
“kutunggu kau di lobi”
Yamada segera meninggalkan Emily menuju lobi. Emily seakan tidak percaya kalau ia akan pergi dengan Yamada.
“aduuuhh… kenapa juga mulutku ini mengiyakan? Aku tahu kalau dalam pekerjaan ini aku harus mendampinginya. Selama ini aku belum pernah keluar dengannya. Ini yang pertama kalinya. Apa yang harus kubicarakan dengannya nanti?”
Setelah membereskan mejanya, buru-buru Emily juga turun menuju lobi.
“aku sudah siap”
“baiklah, ayo!”
“Emily! Aku sedang mencarimu ke…”
Ryunosuke menghentikan kalimatnya begitu mengetahui Emily sedang bersama Yamada Kei.
“oh, maaf. Aku tak tahu kalau ada kau, Yamada”
“ada apa, Ryunosuke?”
“ah, tidak ada apa-apa”
“maaf, Ryunosuke. Aku…”
“tidak apa-apa”
Yamada segera mengajak Emily keluar dari lobi dan mengendarai mobilnya menuju pusat kota Manhattan.
“dimana kau ingin makan siang, Ms. Grey?”
“a-aku? Ehm… itu terserah kau saja”
“mengapa?”
“aku tidak pernah pergi ke restoran-restoran mahal. M-maksudku… bukankah kau…”
“kau pikir aku selalu pergi ke restoran mahal?”
“yaaa… sepertinya sih begitu”
“oke, aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Tidak begitu jauh, kau jangan khawatir. Ada di sudut Central Park yang disana itu”
“apakah kau juga pernah mengajak Ms. Andrews untuk makan siang bersamamu?”
“tidak”
“tidak?!”
“ya, kenapa?”
“t-tapi… mengapa kau mengajakku? M-maksudku…”
“… aku tahu maksudmu. Kau berpikir aku pernah mengajak Ms. Andrews untuk pergi bersamaku yang bukan urusan pekerjaan, maka kau pun juga tak berani menolak sewaktu aku mengajakmu. Benar begitu, Ms. Grey?”
Emily hanya mengangguk.
“dan ternyata aku memang tidak pernah mengajaknya. Dan kau bertanya kepadaku kenapa? Yah… hanya sekedar ingin makan siang bersamamu saja. Kalau kau berkeberatan, aku akan mengantarmu ke kantor lagi”
“tidak, tidak perlu, Kei!” sahut Emily cepat.
Yamada menatap Emily.
“eh… m-maafkan aku. Maksudku… Yamada”
“tidak apa-apa. Kita sudah sampai, Ms. Grey”
Mereka berhenti di Restoran Per Se yang ada di salah satu sudut Central Park. Dari sana bisa melihat rimbun dan asrinya Central Park.
“indah sekali tenpat ini”
“tentu saja. Silahkan masuk”
Mereka segera duduk di salah satu meja yang dekat dengan jendela.
“lihatlah, kita bisa melihat Central Park dari sini. Ah, maaf. Aku terlalu kampungan, ya?”
“tidak apa-apa. Aku senang kalau kau menyukainya”
Seorang pelayan mendekati mereka dan mencatat pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi, mereka hanya saling diam. Tak tahu apa yang mesti mereka bicarakan.
        
Per Se 

 
Per Se

“ehm… sebenarnya aku mengajakmu kesini karena aku ingin meminta maaf kepadamu. Aku ingin memulai suatu hubungan pekerjaan denganmu dengan tidak ada rasa benci ataupun kecewa di masa lalu”
“maksudmu?”
“kau pasti ingat terakhir kali kita bertemu. Hubungan kita sedang dalam kondisi yang tidak bagus. Dan aku ingin memperbaiki itu semua. Aku juga belum sempat untuk menjelaskan kepadamu banyak hal”
“tidak apa-apa. Kau juga tidak perlu menjelaskan apapun kepadaku. Semoga hubungan kita berjalan dengan baik”
“ya, kau benar. Sesuai permintaanmu, aku tidak perlu menjelaskan apapun kepadamu”
“maaf, kalau terlambat. Tapi aku mengucapkan selamat untuk pernikahanmu”
“ya, trimakasih. Hhh… sudah lama dan sepertinya tidak pernah kita mengobrol seperti ini”
“itu karena kau selalu menyendiri, seperti kebiasaanmu dulu”
“ya, kau benar. Apakah kau menyukai pekerjaan barumu?”
“aku menyukainya. Trimakasih kau sudah memberiku pekerjaan ini. It means to me”
Yamada Kei hanya tersenyum.
“oya, Ms. Andrews pernah bilang kepadaku. Kalau ada waktu kosong sekitar seminggu, kau akan pergi ke Jepang. Apakah itu benar?”
“ya, istriku ingin sekali pergi kesana. Aku tak akan membiarkannya pergi sendirian”
“ah, ya. Begitu, ya?”
“ada apa, Ms. Grey?”
“tidak ada apa-apa. Hanya saja… aku tidak pernah kesana lagi semenjak aku meninggalkan negara itu beberapa tahun yang lalu”
“mengapa tidak pergi kesana?”
“kata ibuku, kami tidak ada keluarga lagi disana. Itulah mengapa waktu itu kami pindah kemari”
Ponsel Yamada Kei berbunyi.
“permisi sebentar, Ms. Grey”
Yamada menjawab ponselnya dengan berdiri agak jauh dari Emily. Emily hanya menatap Kei tanpa berkedip, melamun.
“Kei… andai saja…”
Seorang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Setelah selesai menerima telpon, Yamada kembali duduk di depan Emily.
“mengapa belum makan?”
“aku menunggumu”
Yamada hanya tersenyum dan mereka mulai makan.

Malam itu, Yamada dan Emily bersiap untuk pergi ke Brooklyn.
“apakah kau yakin tentang hal ini?”
“maksudmu?”
“terus terang saja aku takut. Kalau terjadi apa-apa dengan kita, bagaimana?”
“kau tak perlu khawatir, Ms. Grey. Ada aku. Ayolah, kita pergi sekarang”
Mereka segera turun ke lobi. Sudah banyak karyawan yang pulang. Yamada segera mengambil mobilnya.
“kau tak memakai sopirmu?”
“tidak perlu. Aku akan menyetir sendiri. Masuklah”
Yamada mengendari mobilnya melewati FDR Drive, jalan yang cukup panjang di sisi East River. Lalu menyeberang ke Brooklyn melalui Brooklyn Bridge. Setelah melewati Brooklyn Bridge Park, Pier 2, Pier 3 Greenway Terrace, Brooklyn Bridge Park 5, sampailah mereka di Brooklyn Bridge Park Pier 6. Suasana tidak begitu ramai malam itu. Kalau di siang hari, tempat itu ramai sebagai taman bermain penduduk sekitarnya. Yamada menghentikan laju mobilnya.
“kita sudah sampai, Ms. Grey”

Brooklyn Bridge Park Pier 6

 Yamada memparkir mobilnya dan berjalan menuju tepian East River yang ada di ujung taman. Malam itu terasa begitu sunyi.
“sepertinya dia tidak datang. Aku yakin orang itu pasti bermaksud buruk kepadamu. Kalau untuk urusan bisnis, mengapa harus bertemu di tempat seperti ini?”
“itulah mengapa aku ingin sekali tahu apa maksud dan tujuan Kimura”
“sampai kapan kita harus menunggu?”
“sampai dia muncul”
Dengan cepat Emily menoleh kepada Yamada. Tapi Yamada hanya terus menatap gedung-gedung bertingkat di Manhattan yang ada di sebrang East River. Emily bersandar di pagar agak jauh dari Yamada. Udara malam itu dingin menusuk tulang. Angin malam menyibakkan rambut mereka.
“kau kedinginan, Ms. Grey?”
“ah… iya. Aku lupa dengan blazerku, tertinggal di kantor”
“pakailah ini” Yamada melepaskan jasnya.
“ah, tidak usah, Yamada”
Yamada memakaikan jasnya ke Emily.
“thanx”
Setelah agak lama menunggu, terlihat seseorang mendekati mereka. Seorang pria yang belum terlalu tua dan berpakaian rapi.

Kimura Takeo

“apakah kau yang bernama Yamada Kei?”
Yamada dan Emily menoleh ke sumber suara secara bersamaan.
“ya, akulah orangnya. Siapa kau? Apakah aku mengenalmu?”
“tidak, kau tidak mengenalku. Tapi aku mengenal kamu cukup baik”
“apakah kau yang menelpon sekretarisku kemarin?”
“ya”
“untuk apa? Sepertinya bukan urusan bisnis yang ingin kau bicarakan. Karena… lihatlah tempat ini”
“kau benar. Aku hanya ingin bertemu denganmu”
“untuk apa?”
“aku tidak perlu mengemukakan alasannya. Untuk sekedar melihatmu saja, aku sudah cukup puas”
Yamada dan Emily semakin tidak mengerti. Di kepala mereka dipenuhi dengan berbagai macam tanya yang tidak terjawab. Yamada mencengkeram kerah baju pria itu.
“sebaiknya kau bicara sekarang. Kau tahu? Aku sudah meluangkan waktuku dengan sia-sia kesini dan hanya untuk menjumpai orang seperti kamu, ha?!”
“tunggu, tunggu, tunggu! Aku tidak bermaksud jahat kepadamu”
“katakan sekarang kepadaku, maka setelah itu aku akan segera meninggalkan tempat ini!”
“oke, oke”
Yamada melepaskan cengkramannya. Pria itu merapikan bajunya kembali.
“jelaskan kepadaku apa maksud dan tujuanmu. Jangan sampai membuat aku marah lagi!”
Pria itu hanya bersandar di tepi pagar East River sambil menatap Yamada Kei.
“namaku Kimura Takeo. Aku tahu kau karena… kau adalah anakku”
“bualan murahan apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?!”
“kau tak perlu berteriak seperti itu. Aku tahu semuanya tentang kau. Aku mencarimu selama ini. Dan pencarianku membawaku ke Amerika ini”
“kau jangan berpikir aku akan mempercayai semua omonganmu itu. Aku tidak kenal dengan keluarga Kimura. Keluargaku Yamada, dan bukan yang lainnya!”
“ya, aku tahu. Aku tidak terkejut kalau kau berkata seperti itu. Karena sejak kecil kau ikut keluarga Yamada, si pembantai itu”
Yamada yang memang sudah naik pitam sedari tadi segera menghadiahi Kimura dengan bogem mentahnya tepat di wajah Kimura. Kimura yang tidak siap terjatuh terjerembab di tanah. Hidungnya mengeluarkan darah segar.
“sudah… sudah, Kei! Bisakah kau bersabar?” Emily mencoba melerai.
“aku bersabar? Kau tidak dengar kalau ia menyebut keluarga Yamada sebagai pembantai? Apa kau terima jika keluargamu disebut seperti itu, ha?! Sebaiknya kau tidak perlu ikut campur, Ms. Grey! Ini bukan urusan pekerjaan. Ini urusan pribadiku dengan pria yang mengaku-aku sebagai ayahku ini!”
Emily hanya bisa terdiam mendapat bentakan dari Yamada.
“berdirilah kau! Biar aku bisa menghajar mulut besarmu itu sekali lagi”
Dengan agak terhuyung-huyung, Kimura mencoba bangkit kembali dan berdiri di depan Yamada.
“suatu saat, kau akan percaya kepadaku. Percayalah! Kau boleh bertanya kepada Yamada Yasuo, orang yang selama ini mengaku sebagai ayah kandungmu itu. Aku tak akan menghalangimu. Dan aku yakin, Yamada Yasuo tidak akan bisa menjawab semua pertanyaanmu. Atau… bisa jadi dia akan berbohong kepadamu lagi. Kalau kau belum puas juga, kau bisa mencariku di Vinegar Hill. Aku tinggal disana dan semua orang sudah tahu tentang aku. Aku tidak akan melarikan diri darimu, Kimura Kei”
Sebelum Yamada Kei sempat bertanya lebih jauh lagi, Kimura Takeo sudah berjalan meninggalkan Kei dan Emily. Yamada Kei hanya bisa menatap punggung pria itu di keremangan malam.
“Kimura Takeo? Siapa sebenarnya dirimu?” gumam Kei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar