Suatu
siang, Yamada mendekati Emily yang sedang ada di mejanya dan duduk di depan
Emily.
“oh,
kau. Ada apa?”
“aku
yang seharusnya bertanya. Sedari tadi kau kupanggil tapi kau tidak meresponku.
Ada apa?”
“oh…
m-maafkan aku. Aku hanya bingung. Sepertinya aku belum membuat janji dengan
seorang klien untuk besok malam. Tapi ini tadi ada telpon kalau dia ngotot
sekali sudah membuat janji denganmu. Dan aku merasa tidak kenal dengan orang
ini”
“siapa?”
“dia
mengaku namanya Kimura”
“Kimura?”
“ya,
apakah kau mengenalnya?”
“tidak,
baru sekali ini aku mendengar nama itu. Dimana dia ingin bertemu?”
“itu
dia, aku merasa aneh dan janggal. Dia ingin bertemu denganmu di Brooklyn Bridge
Park-Pier 6”
Yamada
hanya diam termenung.
“apakah
besok malam aku ada jadwal?”
“tidak,
apakah kau ingin menemuinya?”
“ya,
aku akan menemuinya”
“tapi
kau belum mengenal siapa orang ini”
“kalau
aku tidak datang, aku tidak akan mengenalnya. Kalau aku sudah bertemu
dengannya, aku akan tahu siapa dia dan apa maunya. Kau besok ikut bersamaku”
“aku?”
“iya,
kenapa? Bukankah kemanapun aku pergi kau harus selalu ada di sampingku?”
Emily
hanya menatap Yamada yang ada di depannya tanpa berkedip.
“ada
apa, Ms. Grey?”
“eh…
t-tidak apa-apa. Tentu saja aku ikut denganmu kemana pun kau pergi, Yamada”
Gentian
Yamada yang menatap Emily beberapa saat lamanya.
“eh…
aku akan keluar sebentar. Apakah kau mau ikut denganku, Ms. Grey?”
“kemana?”
“makan
siang. Maukah kau makan siang denganku? Kita sudah suntuk dengan pekerjaan.
Kalau harus makan siang di gedung ini lagi, aku bisa tambah pusing. Bagaimana?”
“ehm…
b-baiklah. Aku akan bersiap-siap dulu”
“kutunggu
kau di lobi”
Yamada
segera meninggalkan Emily menuju lobi. Emily seakan tidak percaya kalau ia akan
pergi dengan Yamada.
“aduuuhh…
kenapa juga mulutku ini mengiyakan? Aku tahu kalau dalam pekerjaan ini aku
harus mendampinginya. Selama ini aku belum pernah keluar dengannya. Ini yang
pertama kalinya. Apa yang harus kubicarakan dengannya nanti?”
Setelah
membereskan mejanya, buru-buru Emily juga turun menuju lobi.
“aku
sudah siap”
“baiklah,
ayo!”
“Emily!
Aku sedang mencarimu ke…”
Ryunosuke
menghentikan kalimatnya begitu mengetahui Emily sedang bersama Yamada Kei.
“oh,
maaf. Aku tak tahu kalau ada kau, Yamada”
“ada
apa, Ryunosuke?”
“ah,
tidak ada apa-apa”
“maaf,
Ryunosuke. Aku…”
“tidak
apa-apa”
Yamada
segera mengajak Emily keluar dari lobi dan mengendarai mobilnya menuju pusat
kota Manhattan.
“dimana
kau ingin makan siang, Ms. Grey?”
“a-aku?
Ehm… itu terserah kau saja”
“mengapa?”
“aku
tidak pernah pergi ke restoran-restoran mahal. M-maksudku… bukankah kau…”
“kau
pikir aku selalu pergi ke restoran mahal?”
“yaaa…
sepertinya sih begitu”
“oke,
aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Tidak begitu jauh, kau jangan khawatir.
Ada di sudut Central Park yang disana itu”
“apakah
kau juga pernah mengajak Ms. Andrews untuk makan siang bersamamu?”
“tidak”
“tidak?!”
“ya,
kenapa?”
“t-tapi…
mengapa kau mengajakku? M-maksudku…”
“…
aku tahu maksudmu. Kau berpikir aku pernah mengajak Ms. Andrews untuk pergi
bersamaku yang bukan urusan pekerjaan, maka kau pun juga tak berani menolak
sewaktu aku mengajakmu. Benar begitu, Ms. Grey?”
Emily
hanya mengangguk.
“dan
ternyata aku memang tidak pernah mengajaknya. Dan kau bertanya kepadaku kenapa?
Yah… hanya sekedar ingin makan siang bersamamu saja. Kalau kau berkeberatan,
aku akan mengantarmu ke kantor lagi”
“tidak,
tidak perlu, Kei!” sahut Emily cepat.
Yamada
menatap Emily.
“eh…
m-maafkan aku. Maksudku… Yamada”
“tidak
apa-apa. Kita sudah sampai, Ms. Grey”
Mereka
berhenti di Restoran Per Se yang ada di salah satu sudut Central Park. Dari
sana bisa melihat rimbun dan asrinya Central Park.
“indah
sekali tenpat ini”
“tentu
saja. Silahkan masuk”
Mereka
segera duduk di salah satu meja yang dekat dengan jendela.
“lihatlah,
kita bisa melihat Central Park dari sini. Ah, maaf. Aku terlalu kampungan, ya?”
“tidak
apa-apa. Aku senang kalau kau menyukainya”
Seorang
pelayan mendekati mereka dan mencatat pesanan mereka. Setelah pelayan itu
pergi, mereka hanya saling diam. Tak tahu apa yang mesti mereka bicarakan.
![]() | |
Per Se |
“ehm…
sebenarnya aku mengajakmu kesini karena aku ingin meminta maaf kepadamu. Aku
ingin memulai suatu hubungan pekerjaan denganmu dengan tidak ada rasa benci
ataupun kecewa di masa lalu”
“maksudmu?”
“kau
pasti ingat terakhir kali kita bertemu. Hubungan kita sedang dalam kondisi yang
tidak bagus. Dan aku ingin memperbaiki itu semua. Aku juga belum sempat untuk
menjelaskan kepadamu banyak hal”
“tidak
apa-apa. Kau juga tidak perlu menjelaskan apapun kepadaku. Semoga hubungan kita
berjalan dengan baik”
“ya,
kau benar. Sesuai permintaanmu, aku tidak perlu menjelaskan apapun kepadamu”
“maaf,
kalau terlambat. Tapi aku mengucapkan selamat untuk pernikahanmu”
“ya,
trimakasih. Hhh… sudah lama dan sepertinya tidak pernah kita mengobrol seperti
ini”
“itu
karena kau selalu menyendiri, seperti kebiasaanmu dulu”
“ya,
kau benar. Apakah kau menyukai pekerjaan barumu?”
“aku
menyukainya. Trimakasih kau sudah memberiku pekerjaan ini. It means to me”
Yamada
Kei hanya tersenyum.
“oya,
Ms. Andrews pernah bilang kepadaku. Kalau ada waktu kosong sekitar seminggu,
kau akan pergi ke Jepang. Apakah itu benar?”
“ya,
istriku ingin sekali pergi kesana. Aku tak akan membiarkannya pergi sendirian”
“ah,
ya. Begitu, ya?”
“ada
apa, Ms. Grey?”
“tidak
ada apa-apa. Hanya saja… aku tidak pernah kesana lagi semenjak aku meninggalkan
negara itu beberapa tahun yang lalu”
“mengapa
tidak pergi kesana?”
“kata
ibuku, kami tidak ada keluarga lagi disana. Itulah mengapa waktu itu kami
pindah kemari”
Ponsel
Yamada Kei berbunyi.
“permisi
sebentar, Ms. Grey”
Yamada
menjawab ponselnya dengan berdiri agak jauh dari Emily. Emily hanya menatap Kei
tanpa berkedip, melamun.
“Kei…
andai saja…”
Seorang
pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Setelah selesai menerima telpon,
Yamada kembali duduk di depan Emily.
“mengapa
belum makan?”
“aku
menunggumu”
Yamada
hanya tersenyum dan mereka mulai makan.
Malam
itu, Yamada dan Emily bersiap untuk pergi ke Brooklyn.
“apakah
kau yakin tentang hal ini?”
“maksudmu?”
“terus
terang saja aku takut. Kalau terjadi apa-apa dengan kita, bagaimana?”
“kau
tak perlu khawatir, Ms. Grey. Ada aku. Ayolah, kita pergi sekarang”
Mereka
segera turun ke lobi. Sudah banyak karyawan yang pulang. Yamada segera
mengambil mobilnya.
“kau
tak memakai sopirmu?”
“tidak
perlu. Aku akan menyetir sendiri. Masuklah”
Yamada
mengendari mobilnya melewati FDR Drive, jalan yang cukup panjang di sisi East
River. Lalu menyeberang ke Brooklyn melalui Brooklyn Bridge. Setelah melewati
Brooklyn Bridge Park, Pier 2, Pier 3 Greenway Terrace, Brooklyn Bridge Park 5,
sampailah mereka di Brooklyn Bridge Park Pier 6. Suasana tidak begitu ramai
malam itu. Kalau di siang hari, tempat itu ramai sebagai taman bermain penduduk
sekitarnya. Yamada menghentikan laju mobilnya.
“kita
sudah sampai, Ms. Grey”
![]() |
Brooklyn Bridge Park Pier 6 |
Yamada
memparkir mobilnya dan berjalan menuju tepian East River yang ada di ujung
taman. Malam itu terasa begitu sunyi.
“sepertinya
dia tidak datang. Aku yakin orang itu pasti bermaksud buruk kepadamu. Kalau
untuk urusan bisnis, mengapa harus bertemu di tempat seperti ini?”
“itulah
mengapa aku ingin sekali tahu apa maksud dan tujuan Kimura”
“sampai
kapan kita harus menunggu?”
“sampai
dia muncul”
Dengan
cepat Emily menoleh kepada Yamada. Tapi Yamada hanya terus menatap
gedung-gedung bertingkat di Manhattan yang ada di sebrang East River. Emily bersandar
di pagar agak jauh dari Yamada. Udara malam itu dingin menusuk tulang. Angin
malam menyibakkan rambut mereka.
“kau
kedinginan, Ms. Grey?”
“ah…
iya. Aku lupa dengan blazerku, tertinggal di kantor”
“pakailah
ini” Yamada melepaskan jasnya.
“ah,
tidak usah, Yamada”
Yamada
memakaikan jasnya ke Emily.
“thanx”
Setelah
agak lama menunggu, terlihat seseorang mendekati mereka. Seorang pria yang
belum terlalu tua dan berpakaian rapi.
![]() |
Kimura Takeo |
“apakah
kau yang bernama Yamada Kei?”
Yamada
dan Emily menoleh ke sumber suara secara bersamaan.
“ya,
akulah orangnya. Siapa kau? Apakah aku mengenalmu?”
“tidak,
kau tidak mengenalku. Tapi aku mengenal kamu cukup baik”
“apakah
kau yang menelpon sekretarisku kemarin?”
“ya”
“untuk
apa? Sepertinya bukan urusan bisnis yang ingin kau bicarakan. Karena… lihatlah
tempat ini”
“kau
benar. Aku hanya ingin bertemu denganmu”
“untuk
apa?”
“aku
tidak perlu mengemukakan alasannya. Untuk sekedar melihatmu saja, aku sudah
cukup puas”
Yamada
dan Emily semakin tidak mengerti. Di kepala mereka dipenuhi dengan berbagai
macam tanya yang tidak terjawab. Yamada mencengkeram kerah baju pria itu.
“sebaiknya
kau bicara sekarang. Kau tahu? Aku sudah meluangkan waktuku dengan sia-sia
kesini dan hanya untuk menjumpai orang seperti kamu, ha?!”
“tunggu,
tunggu, tunggu! Aku tidak bermaksud jahat kepadamu”
“katakan
sekarang kepadaku, maka setelah itu aku akan segera meninggalkan tempat ini!”
“oke,
oke”
Yamada
melepaskan cengkramannya. Pria itu merapikan bajunya kembali.
“jelaskan
kepadaku apa maksud dan tujuanmu. Jangan sampai membuat aku marah lagi!”
Pria
itu hanya bersandar di tepi pagar East River sambil menatap Yamada Kei.
“namaku
Kimura Takeo. Aku tahu kau karena… kau adalah anakku”
“bualan
murahan apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?!”
“kau
tak perlu berteriak seperti itu. Aku tahu semuanya tentang kau. Aku mencarimu
selama ini. Dan pencarianku membawaku ke Amerika ini”
“kau
jangan berpikir aku akan mempercayai semua omonganmu itu. Aku tidak kenal
dengan keluarga Kimura. Keluargaku Yamada, dan bukan yang lainnya!”
“ya,
aku tahu. Aku tidak terkejut kalau kau berkata seperti itu. Karena sejak kecil
kau ikut keluarga Yamada, si pembantai itu”
Yamada
yang memang sudah naik pitam sedari tadi segera menghadiahi Kimura dengan bogem
mentahnya tepat di wajah Kimura. Kimura yang tidak siap terjatuh terjerembab di
tanah. Hidungnya mengeluarkan darah segar.
“sudah…
sudah, Kei! Bisakah kau bersabar?” Emily mencoba melerai.
“aku
bersabar? Kau tidak dengar kalau ia menyebut keluarga Yamada sebagai pembantai?
Apa kau terima jika keluargamu disebut seperti itu, ha?! Sebaiknya kau tidak
perlu ikut campur, Ms. Grey! Ini bukan urusan pekerjaan. Ini urusan pribadiku
dengan pria yang mengaku-aku sebagai ayahku ini!”
Emily
hanya bisa terdiam mendapat bentakan dari Yamada.
“berdirilah
kau! Biar aku bisa menghajar mulut besarmu itu sekali lagi”
Dengan
agak terhuyung-huyung, Kimura mencoba bangkit kembali dan berdiri di depan
Yamada.
“suatu
saat, kau akan percaya kepadaku. Percayalah! Kau boleh bertanya kepada Yamada Yasuo,
orang yang selama ini mengaku sebagai ayah kandungmu itu. Aku tak akan
menghalangimu. Dan aku yakin, Yamada Yasuo tidak akan bisa menjawab semua
pertanyaanmu. Atau… bisa jadi dia akan berbohong kepadamu lagi. Kalau kau belum
puas juga, kau bisa mencariku di Vinegar Hill. Aku tinggal disana dan semua
orang sudah tahu tentang aku. Aku tidak akan melarikan diri darimu, Kimura Kei”
Sebelum
Yamada Kei sempat bertanya lebih jauh lagi, Kimura Takeo sudah berjalan
meninggalkan Kei dan Emily. Yamada Kei hanya bisa menatap punggung pria itu di
keremangan malam.
“Kimura
Takeo? Siapa sebenarnya dirimu?” gumam Kei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar