Minggu, 04 Oktober 2015

MY SAKURA (bagian 14)



Dengan agak ragu, Emily menyentuh pundak Yamada Kei. Yamada Kei terkejut.
“ya, ada apa, Ms. Grey?”
“sepertinya… kita harus pergi sekarang”
“kenapa?”
“aku… aku takut dengan beberapa orang yang ada disana itu” ucap Emily dengan agak ketakutan dan menunjuk ke satu arah. Ia segera bersembunyi di belakang punggung Yamada kei.
“ada apa lagi ini? Kau benar, Ms. Grey. Kita tinggalkan saja tempat ini. Aku sedang tak ingin berurusan dengan apapun”
Yamada Kei mengajak Emily untuk menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari mereka. Tapi beberapa orang tadi menghadang langkah mereka.
“bisakah kalian minggir sebentar? Biarkan kami lewat”
Beberapa orang itu mengepung Yamada dan Emily. Orang yang sepertinya pemimpin disitu maju ke hadapan Kei.
“siapa kau?”
“hhh… kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu. Seperti orang yang tadi menemuimu”
“ada hubungan apa kau dengannya?”
“aku tidak ada hubungan apapun dengannya. Aku hanya perlu kamu”
“apa keperluanmu?”
“ini”
Dengan cepat orang itu menyerang Yamada. Namun dengan cepat Yamada berhasil menghindar.
“sebaiknya kau tunggu aku di mobil, Ms. Grey. Aku akan menyelesaikan hal ini dulu”
Emily segera berlari dan masuk ke dalam mobil dengan penuh ketakutan.
“kalian tunggu disana. Aku saja yang akan menyelesaikan anak ini”
Para pengikut pria itu hanya berdiri tak jauh dari Yamada dan pemimpin mereka. Mereka hanya melihat perkelahian tuannya dengan Yamada Kei. Pertarungan yang cukup imbang.
“siapa pria ini? Ilmu beladirinya hebat sekali. Sepertinya akan sangat sulit bagiku untuk melumpuhkannya dalam waktu singkat”
“kenapa berhenti? Apakah kau sudah menyerah?”
“tak ada kata menyerah bagiku”
Berbekal ilmu wushu-nya, Yamada Kei melawan orang itu. Namun sangat sulit untuk mengalahkan orang tersebut. Lalu ia mendengar sebuah suara memanggilnya.
“Yamadaaaa…!!”
Ia menoleh ke sumber suara. Ia melihat beberapa orang itu membawa Emily entah kemana. Ia bermaksud untuk mengejarnya namun pria yang ada di hadapannya menghadangnya.
“mau mengejar kekasihmu itu? Hadapi dulu aku. Kalau kau bisa mengalahkanku, aku akan membiarkanmu lewat”
“wtf! Siapa sebenarnya dirimu? Ini urusan kita. Tak ada hubunganya dengan gadis itu”
“tentu saja ada. Aku tahu semua tentangmu. Jadi, aku juga tahu siapa gadis itu”
“sob! Aku tak akan memaafkanmu kalau terjadi apa-apa dengannya!”
Yamada Kei segera menyerang orang itu lagi. Tapi seperti Ryuu, dia pun dengan mudahnya dikalahkan orang itu karena bertempur dengan penuh emosi.
“rupanya hanya segini kemampuan seorang pewaris tahta Yamada. Bangunlah! Atau kau akan menyerah sekarang?”
Pria itu membangunkan Yamada Kei dengan kasar dan menghantam perut Yamada dengan keras. Yamada Kei pun roboh di tanah dan tak bergerak!

Emily masih diam tak bergerak di sebuah ruangan yang besar dan gelap. Seperti sebuah gudang di pelabuhan. Pintu gudang itu terbuka dan masuklah beberapa orang yang menyeret tubuh Yamada Kei yang pingsan dan meletakkannya di dekat Emily yang juga masih pingsan.

 
                                   Red Hook Container Terminal

Pagi itu, Danny menghubungi ponsel Yamada Kei sebelum pergi ke kampus.
“hhh… tumben sekali dia tidak segera mengangkat telponku. Apa mungkin masih tidur? Bukankah ini sudah jam kantor?”
Danny mengulangnya beberapa kali.
Emily segera terbangun dari pingsannya. Samar ia mendengar suara ponsel Yamada berbunyi. Ia melihat Yamada tergeletak agak jauh darinya. Ia berusaha mendekati Yamada, tapi sayang kakinya sakit untuk digerakkan. Sepertinya memar. Dengan berusaha sekuat tenaga ia mendekati Yamada. Berusaha meraih ponsel Yamada.
“Yamada. Bangun, Yamada!”
Emily berusaha membangunkan Yamada. Namun Yamada masih diam tak bergerak. Terlihat memar-memar di sekujur tubuh Yamada. Emily membangunkan Yamada sekali lagi. Tubuh Yamada bergerak perlahan. Ia melihat Emily berada di sampingnya.
“Emily?” ucapya lirih.
“bangunlah, Yamada. Kita harus segera keluar dari tempat ini!”
Yamada memegangi kepalanya yang sakit dan pusing. Ia berusaha untuk bangun.
“dimana kita?”
“aku tidak tahu. Tapi sepertinya di sebuah pelabuhan karena beberapa kali aku mendengar suara kapal”
“pelabuhan? Sepertinya tidak jauh dari dermaga 6”
Yamada bangkit berdiri dengan terhuyung-huyung. Ia segera berpegangan di tiang yang ada di sampingnya. Ia mendengar sebuah suara yang ada di pojok ruangan. Sebuah kotak. Ia memicingkan matanya agar bisa melihatnya dengan lebih jelas.
“oh… shit! Kita harus segera meninggalkan tempat ini, Ms. Grey!”
Yamada membantu Emily untuk berdiri.
“maaf, aku tidak bisa berjalan. Sepertinya kakiku memar… aku tidak tahu kenapa”
Tanpa menunggu persetujuan dari Emily, Yamada segera menggendong Emily. Tentu saja Emily terkejut. Yamada berusaha untuk keluar dengan mendobrak pintu yang tidak terlalu besar itu. Begitu baru sampai di luar beberapa meter, gudang itu meledak! Mereka pun terjatuh bergulingan di tanah.
Beberapa orang pekerja pelabuhan segera mengerumuni Yamada dan Emily yang terbaring di tanah tak bergerak. Beberapa orang memberikan bantuan kepada mereka. Ada pula yang segera menelpon ambulans maupun polisi.
Tak lama kemudian, mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit terdekat untuk dibawa ke UGD.
Pagi itu Ryunosuke sedang ada di mejanya ketika seorang rekan kerjanya dengan tergopoh-gopoh mendatanginya. Plus dengan nafas terengah-engah.
“Ryunosuke! Ryunosuke Kamiki!”
“ya, ada apa? Mengapa wajahmu seperti itu?”
“i-ini tentang kekasihmu itu”
“maksudmu Emily?”
“iya!”
“ada apa dengannya?”
“baru saja Mr. Malkovich menerima telpon dari rumah sakit Brooklyn kalau Emily dan Yamada-san di rawat disana. Kalau kau ingin ikut menjenguk mereka, sebaiknya kau bergegas. Ada mobil yang akan kesana di lodding dock”
“Emily di Brooklyn? Untuk apa?”
“sebaiknya kau bergegas, sobat!”
Tanpa membereskan mejanya, Ryunosuke Kamiki segera ke lantai basement.
“apakah mobil ini yang akan dipakai ke Brooklyn?”
“ya, apakah kau ingin ikut juga kesana?”
“tentu saja”
“baik. Cepat, masuklah!”
Setelah itu mobil perusahaan segera meluncur ke Brooklyn menuju rumah sakit yang dimaksud. Setelah sampai, tanpa menunggu yang lainnya, Ryunosuke meloncat turun menuju UGD. Ia segera menghadang dokter yang baru keluar dari sana.
“dokter! Bagaimana keadaan pasien yang di dalam?”
“di dalam ada 2 pasien. Pasien yang mana yang anda maksud? Dan siapa anda ini?”
Beberapa orang dari perusahaan juga sudah ada di belakang Ryunosuke.
“ehm… maksudku semuanya. Kami semua rekan kerjanya”
“mereka tidak apa-apa. Hanya beberapa luka memar saja. Mereka akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. Setelah itu kalian bisa menjenguknya”
“syukurlah… trimakasih, dokter”
Mereka secara bergantian menjenguk Yamada dan Emily yang masih pingsan itu.

“apa?! Kei-chan masuk rumah sakit? Bagaimana bisa? Sakit apa? Apakah karena terlalu kelelahan?”
“kami tidak tahu, Yamada-san. Tiba-tiba kami di telpon pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau mereka sedang dirawat disana. Kami belum bisa bertanya lebih lanjut karena mereka belum sadarkan diri”
“oke… trimakasih, Mr. Malkovich. Aku akan secepatnya kesana”
Setelah menutup telponnya…
“kita harus segera ke Amerika sekarang juga, Ryuu”
“Kei-kun sakit apa?”
“entahlah. Kita cari info lebih detilnya setiba kita disana”
Bergegas Yamada Yasuo dan Yamada Ryuu mempersiapkan segala sesuatunya untuk pergi ke Amerika.

Ryunosuke menunggui Emily yang terbaring di kamarnya. Siang itu Emily sudah tersadar dari pingsannya.
“bagaimana keadaanmu, Emily? Apakah kau sudah merasa baikan?”
“ya, aku tak apa-apa. Hanya saja… kakiku masih terasa sakit”
“ya, kakimu memar dimana-mana. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi dengan kalian?”
“ah… ya. Aku jadi ingat. Bagaimana keadaan Yamada?”
“dia belum tersadar juga. Kepalanya mengalami benturan yang lumayan keras”
“apakah dia akan baik-baik saja?”
“kau tidak perlu khawatir, Emily. Yang penting kau sembuh dulu”
Lalu masuklah seorang polisi ke kamar Emily.
“selamat siang. Apakah benar anda yang bernama Emily Grey?”
“ya, itu aku. Ada yang bisa kubantu?”
“kami hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan kalian. Terus terang ledakan itu sangat kuat. Kami harus menyellidiki tentang hal ini. Apakah kau ingat, siapa yang membawa kalian ke pelabuhan itu?”
“ehm… aku… aku tidak tahu. Aku belum bisa mengingatnya dengan jelas”
“Emily baru saja sadar dari pingsannya. Bisakah lain kali saja, officer?”
“baiklah, aku juga akan pergi ke ruangan Yamada Kei. Atau kalau kau sudah ingat sesuatu, kau bisa menghubungi kami. Permisi”
Setelah polisi itu pergi…
“Emily, kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang terjadi dengan kalian di malam itu? Selarut itu kalian ke Brooklyn?”
“aku… hanya untuk urusan pekerjaan”
“pekerjaan?! Kau dengar apa kata polisi tadi? Ledakan? Ini bukan urusan pekerjaan lagi! Apakah Yamada yang membawamu kesana? Aku harus meminta penjelasan darinya nanti!”
“sudahlah, Ryunosuke. Aku juga masih bingung dengan semua kejadian ini. Itulah mengapa, aku belum bisa menjawab semua pertanyaan kalian. Dan satu lagi, tolong jangan beritahukan hal ini kepada orangtuaku. Aku tak mau mengganggu liburan mereka”

Setelah tiba di JFK International Airport, Yamada Ryuu dan Yasuo pergi ke Brooklyn dengan mobil jemputan. Mereka segera menuju ruang perawatan Kei. Setelah sampai di ruang perawatan Kei, mereka melihat Kei sedang diperiksa oleh seorang suster.
“Kei-chan, bagaimana keadaanmu?”
“ah, papa? Oji-san? Cepat sekali kalian tiba disini. Siapa yang memberitahu kalian?”
“aku di telpon Mr. Malkovich. Itulah mengapa kami langsung kesini”
“kalian tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Hanya masih merasa pusing sekali”
“apa yang terjadi dengan kalian, Kei-kun? Kudengar dari sopir kalau kau bersama Emily Grey?”
“ah, itu…”
“siapa Emily Grey?”
“dia teman sekolah Kei-kun dulu, Yasuo. Apakah kau lupa?”
“ah, iya. Ada hubungan apa kau dengannya?”
“dia sekretaris baruku”
“what?!” Yamada Ryuu dan Yasuo serentak terkejut,”how came?”
“sudahlah, aku ingin istirahat sebentar. Kepalaku masih pusing sekali”
“baiklah, sebaiknya kau beristirahat dulu. Ayo, Ryuu. Kita keluar sebentar”
Yasuo melangkah menuju pintu keluar sedangkan Ryuu mendekatkan wajahnya kepada Kei.
“kau berhutang satu cerita kepadaku, Kei-kun. Oke?”
Sambil tersenyum, Ryuu juga pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Yamada hanya mendesah panjang.
“aku pun tak tahu harus bercerita apa kepadamu, Oji-san. Emily? Bagaimana keadaannya sekarang?”
Yamada Kei berusaha untuk memejamkan matanya. Namun, bayang-bayang Kimura Takeo selalu hadir.
“siapa sebenarnya Kimura Takeo? Juga orang yang telah menyerang dan berniat membunuhku itu? Sepertinya dia juga orang Jepang. Tapi siapa?”

Sore itu Yamada Ryuu menjenguk Kei lagi.
“bagaimana? Sudah agak baikan?”
“ya, sudah agak lumayan. Dimana istriku? Juga papa?”
“sebenarya Harumi ingin sekali menjengukmu disini. Tapi ia sedang lemah dengan kehamilannya. Ia tidak bisa kemana-mana. Sedang papamu, ia sibuk di kantormu. Mengambil alih semua pekerjaanmu. Sekarang, kau mau menceritakan kepadaku kenapa bisa kau dan Emily ada di pelabuhan selarut itu?”
“kau jangan berpikiran yang tidak-tidak, Oji-san”
“aku percaya kepadamu, Kei-kun”
“sebenarnya, ada orang yang ingin bertemu denganku di tempat itu. Hanya saja, aku sedikit curiga. Kenapa ia memilih tempat seperti itu kalau untuk membicarakan urusan bisnis. Karena Emily membantuku, maka aku mengajaknya juga”
“sepertinya aku melewatkan sesuatu”
“ya, ia bekerja di tempat kita. Dan aku tidak tahu. Sampai kemudian Mr. Johnsson mengajukannya kepadaku untuk membantu beberapa pekerjaanku. Itulah kenapa ia bisa bersamaku”
“apakah kau ingat siapa yang menyerangmu itu?”
“kalau aku bertemu dengannya lagi, aku masih ingat betul parasnya. Dia seumuran denganku dan sepertinya ia juga orang Jepang. Ilmu beladirinya diatasku, aku kalah menghadapinya”
“aku yakin kau sebenarnya bisa mengalahkannya. Biasanya kau kalah menghadapi seseorang dengan keadaan emosi. Benarkah seperti itu?”
“emh, ya. Sepertinya begitu. Aku masih penasaran dengannya. Ia juga tahu tentang Emily. Tahu semua tentang aku”
“yakin kau tidak pernah mengenalnya?”
“aku yakin, Oji-san. Dan sebenarnya aku ingin bertanya kepadamu satu hal lagi. Tapi… aku tak tahu harus memulai dari mana”
“apa yang ingin kau tanyakan?”
Yamada Kei tiba-tiba memegangi kepalanya.
“ada apa, Kei-kun?”
“kepalaku sakit sekali”
“baiklah, sebaiknya kau beristirahat dulu. Kau belum sembuh benar. Kapan-kapan kita bisa mengobrol lagi. Aku akan pulang ke Jepang setelah kau sembuh benar”
“oya, tolong kau jenguk Emily. Pastikan ia juga baik-baik saja”
“tentu, aku akan kesana sekarang”
“thanx, Oji-san”
Ryuu segera menuju ke ruang perawatan Emily yang berbeda lantai. Ia mengetuk pintunya lalu masuk. Ia melihat Emily sedang berbincang dengan Ryunosuke.
“apa kabar, Emily?”
“sudah semakin membaik. Apakah kita pernah bertemu?”
“namaku Yamada Ryuu, paman Kei-kun”
“oh, ya. Maaf, kejadian itu sudah lama sekali. Aku sudah lupa”
“tak apa-apa. Dan ini?”
“ini Ryunosuke Kamiki, juga bekerja di bawah Yamada Kei”
“senang bertemu dengan anda,” Ryunosuke mengulurkan tangannya.
“ya, aku juga senang bertemu denganmu, Ryunosuke. Tadi aku ke ruang perawatan Kei-kun. Dan ia menginginkanku untuk menjengukmu. Memastikan kau baik-baik saja”
“ya, aku baik-baik saja. Hanya saja kepalaku masih agak sakit karena benturan itu. Bagaimana keadaan Kei? Ehm… m-maksudku Yamada”
Yamada Ryuu hanya tersenyum.
“sama sepertimu. Dia juga masih sering sakit kepala. Tapi over all, semuanya baik-baik saja”
“syukurlah. Kata dokter, mungkin sekitar 3 hari lagi aku sudah boleh pulang kalau tidak apa-apa”
“kuharap Kei-kun juga cepat pulang. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus menemui papa Kei-kun di kantor”
“ya, trimakasih sudah menjengukku”
Yamada Ryuu menuju parkiran mobil. Ia mengendarai mobilnya seorang diri kembali ke Manhattan ketika ponselnya berbunyi. Ia meminggirkan mobilnya.
“ya, ada apa?”
“kau tak perlu ke kantor. Kau langsung pulang ke rumah saja. Aku sudah ada di rumah”
“baiklah, aku akan langsung kesana”
Ryuu segera menuju rumah mereka.
“bagaimana keadaan Kei?”
“kau tak perlu khawatir, Harumi. Kei-kun baik-baik saja. Semoga dia cepat diperbolehkan pulang”
“tentu saja aku khawatir sekali”
“iy-ya, aku tahu. Tapi kau harus lebih memperhatikan dirimu sendiri. Kau sedang hamil muda. Fisikmu masih lemah seperti itu”
“tapi, ijinkan aku untuk ikut besok kalau Kei sudah pulang. Aku juga ingin menjemputnya”
“tentu saja. Dimana Yasuo?”
“papa baru saja pulang dari kantor. Dan langsung masuk ke kamarnya”
“katanya kau ingin kembali ke Jepang, ya?”
“ya, tapi sepertinya belum memungkinkan. Keadaanku masih seperti ini. Dan juga Kei…”
“sebaiknya memang jangan sekarang. Atau kalau perlu menunggu sampai anakmu lahir dan besar”
“itu terlalu lama. Aku sudah rindu dengan kampung halamanku”
“atau sebaiknya kau tanyakan kepada doktermu. Ia yang lebih tahu tentang kesehatanmu”
“ya, kau benar”
Buru-buru Harumi pergi ke toilet dan muntah-muntah lagi. Ryuu mendekatinya.
“sebaiknya kau beristirahat di kamarmu, Harumi. Kau sudah kepayahan seperti itu. Mau kubuatkan teh hangat?”
“ya, trimakasih”
Dengan lemasnya, Harumi duduk di sofa ruang keluarga yang ada di lantai 2 sementara Ryuu membuatkan teh hangat untuknya.
“ini, minumlah”
“trimakasih”
“sudah merasa lebih baik?”
“ya, minuman ini enak sekali dan segar. Trimakasih”
“sekarang beristirahatlah di kamarmu”
Dengan langkah gontai, Harumi masuk ke kamarnya dan berbaring di ranjangnya yang besar.

Pagi itu setelah sarapan, Emily menghabiskan waktunya untuk membaca buku kiriman Ryunosuke ketika didengarnya pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar.
“selamat pagi, Ms. Grey”
Emily terkejut ketika tiba-tiba Yamada sudah ada di hadapannya. Ia berusaha untuk duduk dan merapikan rambutnya.
“eh, kau. Maaf, aku tidak tahu”
“kalau kau belum sehat benar, kau tak perlu memaksa untuk duduk”
“aku tidak apa-apa. Aku sudah baikan”
Emily duduk di tepi tempat tidurnya.
“bagaimana kabarmu?”
“baik. Nanti aku sudah boleh pulang oleh dokter. Bagaimana denganmu?”
“seperti yang kau lihat. Aku juga sudah boleh pulang oleh dokter. Kalau kau tak ada yang menjemput, kau bisa ikut bersamaku”
“tidak perlu, trimakasih. Aku sudah di jemput Ryunosuke”
“ah… ya, tentu saja. Kekasihmu itu, kan?”
Emily hanya menundukkan kepalanya sedangkan Yamada duduk di kursi di depannya.
“maafkan aku, Ms. Grey”
“maaf untuk apa?”
“aku yang telah membuatmu mengalami kejadian yang tidak mengenakkan ini. Aku sudah ada feeling kalau pertemuan waktu itu bukan untuk urusan bisnis. Tapi aku tetap saja mengajakmu. Seharusnya aku tidak memintamu untuk ikut denganku”
“tidak apa-apa. Kalau ada kau, aku tidak takut menghadapi apapun. Karena kau pasti akan melindungi orang yang bersamamu. Bukankah seperti itu, Yamada?”
Yamada hanya menatap Emily yang duduk di depannya,”ya, kau benar. Oya, dimana orang tuamu?”
“sedang liburan. Aku sudah meminta Ryunosuke untuk tidak mengabari mereka. Aku tak mau mengganggu suasana liburan mereka”
“rupanya kau disini, Kei-kun?”
“Oji-san? Darimana kau tahu aku sedang berada disini?”
“dari perawat yang merawatmu kemarin. Kau sudah mendapat ijin pulang dari doktermu. Kau bisa pulang sekarang. Kami menjemputmu”
“kami?”
“ya, istrimu ngotot ingin ikut serta untuk menjemputmu”
“dimana dia sekarang?”
“ada di ruang perawatanmu. Hai, apa kabar, Emily?”
“baik, trimakasih”
“aku tadi juga menanyakan kepada dokter dan kau juga boleh pulang hari ini, Emily. Kalau kau belum ada yang menjemput, kau bisa ikut kami saja”
“sudah ada Ryunosuke. Mungkin sebentar lagi dia datang”
“baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu, Emily”
“aku pergi dulu, Ms. Grey. Salam saja untuk Ryunosuke”
“tentu”
Yamada Ryuu dan Kei segera meninggalkan Emily sendirian menuju ruang perawatan Kei. Disana sudah menunggu Harumi. Begitu melihat Kei, Harumi segera memeluk dan menciumnya.
“syukurlah kau tidak apa-apa”
“tentu saja aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?”
“aku sebenarnya masih lemas untuk bangkit dari tempat tidur, tapi aku memaksa untuk ikut. Aku juga ingin menjemputmu. Kau membuatku khawatir, Kei. Kita tidak bertemu selama berhari-hari”
“setelah ini kau harus istirahat lagi. Untuk acara ke Jepang, kau harus menunggu sampai morning sickness-mu berlalu, oke?” ucap Kei sambil membelai perut Harumi yang mulai kelihatan membuncit.
Seorang sopir membawakan barang-barang Kei yang tidak terlalu banyak keluar.
“kutunggu kalian di lobi saja”
“tentu, kami sebentar lagi menyusulmu, Oji-san”
Ryuu meninggalkan Harumi dan Kei di ruangan itu.
“aku merindukanmu, Kei”
“aku sudah berada disini. Dan sebentar lagi aku sudah pulang”
“setelah ini kau harus istirahat dulu. Tidak boleh langsung kerja”
“pekerjaanku bisa menumpuk banyak sekali, Harumi”
“kau terlalu workaholic. Sudah ada papa yang meng-handle semua pekerjaanmu. Kau tidak perlu khawatir. Sepertinya kita harus liburan bersama, sebelum papa pulang ke Jepang lagi”
“kemana kau ingin pergi?”
“entahlah, kau yang lebih tahu tentang tempat-tempat yang menarik. Iya, kan?”
Harumi bergelayut manja di lengan Kei.
“baiklah, akan kupikirkan. Ayo, sekarang kita pulang”
Kei menggandeng Harumi menuju lobi. Ternyata disana sudah ada Ryuu yang sedang berbincang dengan Ryunosuke.
“Yamada-san? Anda juga pulang hari ini?”
“ya, mereka menjemputku. Kau menjemput Ms. Grey?”
“iya. Itu dia! Hai, Emily. Kau sudah siap untuk pulang?”
“ya”
Ryunosuke memeluk Emily dengan eratnya. Emily hanya diam sambil menatap Kei yang ternyata juga sedang menatapnya.
“kau tunggu disini, Emily. Aku akan mengambil mobilku”
“mobilmu?”
“ehm, maksudku… mobil keluargaku. Aku meminjamnya sebentar untuk menjemputmu”
Bergegas Ryunosuke pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
“kau seharusnya bangga mempunyai seorang kekasih sepertinya, Ms. Grey”
“I am,” sahut Emily sembari tersenyum.
Mereka semua akhirnya kembali lagi ke Manhattan. Ryunosuke mengantar Emily pulang ke rumahnya yang sepi.
“duduklah dulu, Emily. Akan kubuatkan minuman hangat untukmu”
“kau tak perlu repot-repot”
Tanpa menunggu jawaban dari Emily lagi, Ryunosuke pergi ke dapur.
“ini, minumlah”
“trimakasih, Ryunosuke. Kau sangat peduli kepadaku”
“karena aku sangat mencintaimu, Emily. Itu yang pertama”
“lalu, apa yang kedua?”
“yang kedua, karena suatu saat nanti kau akan menjadi istriku”
Emily tersedak.
“kau harus lebih berhati-hati, Emily. Oya, dalam waktu dekat Anna akan mengunjungimu. Aku sudah memberitahukan keadaanmu kepadanya”
“aku tak mau merepotkan semua orang, Ryunosuke”
“dia sahabatmu. Dia juga berhak untuk tahu. Dia juga sayang kepadamu, Emily”
“apakah dia juga akan datang dengan Danny?”
“entah, tapi bisa jadi”
 
Central Park

Seusai jam kantor, Yamada Kei mengajak Ryuu jalan-jalan ke Central Park.
“sudah lama juga aku tidak datang ke tempat ini. Masih seperti dulu”
“itu karena kau jarang sekali kemari, Oji-san. Coba kalau kemarin aku tidak sakit, kalian pasti tidak akan kesini. Aku benar, kan?”
“ya, ya… kau benar. Aku sibuk sekali disana. Kalau tidak ada kejadian ini, sepertinya aku tidak akan pernah datang lagi kesini”
Mereka lalu duduk di tepi danau yang ada di tengah-tegah taman kota yang super luas itu.
“sepertinya kau sudah mulai mencintai istrimu”
“aku menyayanginya, Oji-san”
“oke, kau menyayanginya. Namun, apakah kau juga mecintainya?”
Kei hanya terdiam.
“aku tak ingin membicarakan hal itu lagi, Oji-san”
“baiklah, apa yang ingin kau tanyakan? Katamu ada hal yang sangat mengganggu pikiranmu setelah kejadian itu”
“ya. Setiap kali aku memikirkannya, aku bertambah bingung. Mungkin dengan bertanya kepadamu bisa menghilangkan kebingunganku selama ini. Begini, Oji-san… apakah kau kenal dengan pria yang bernama Kimura Takeo?”
Dengan cepat Yamada Ryuu menoleh kepada Kei.
“Kimura Takeo?”
“ya, apakah kau mengenalnya, Oji-san?”
“dari siapa kau bisa mendapatkan nama itu?”
“dari dia sendiri. Sebelum aku bertarung dengan pemuda yang menyerangku di pelabuhan itu, sebenarnya aku ada janji temu dengan pria itu. Dia mengaku bernama Kimura Takeo dan dia adalah ayahku. Apakah kau mengetahui tentang sesuatu, Oji-san? Atau ini hanyalah lelucon dari pria itu?”
“apa lagi yang dikatakannya?”
“dia mengatakan kalau keluarga Yamada adalah pembantai. Terus terang itu membuatku marah dan mengusikku setiap kali aku memikirkannya”
“sepertinya pria itu hanya ingin membuatmu marah. Aku yakin itu hanya bualan murahan darinya. Maaf, tapi aku juga tidak mengenal pria itu”
Yamada Kei masih terdiam sesaat.
“sudahlah, Kei-kun. Tidak perlu kau pikirkan dalam-dalam. Kau juga tidak tahu tentang pria itu, kan?”
“aku masih penasaran, Oji-san. Aku akan menemuinya lagi”
“kau tahu dimana dia tinggal?”
“katanya dia tinggal di Vinegar Hill, Brooklyn”
“perlu kutemani?”
“tidak perlu”
“kapan kau berencana kesana?”
“saat ini aku sedang sibuk. Lain kali saja kalau aku ada waktu”
Gantian Yamada Ryuu yang hanya bisa terdiam. Mendesah dan menyandarkan punggungnya di bangku taman yang panjang di tepi danau Central Park itu.
“sepertinya aku harus pergi sekarang, Kei-kun. Aku baru ingat kalau aku ada janji dengan seseorang”
“oh… baiklah. Aku juga akan kembali dulu ke kantor sebentar”
“aku akan mengantarmu”
Setelah mengantar Kei kembali ke kantor, Ryuu segera memacu mobilnya menuju East River, melintasi Brooklyn Bridge menuju Vinegar Hill yang ada di sebrang East River tersebut. Bertanya kepada orang-orang yang ia temuinya tentang suatu nama. Ia berhenti di sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan keluar dari mobilnya. Dengan agak ragu ia mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang pria membukakan pintunya.
“kau?”
Pria tersebut berniat untuk menutup kembali pintunya tapi ditahan oleh Ryuu.
“aku ingin bicara denganmu sebentar, Kimura”
Dengan terpaksa, Kimura membuka pintu rumahnya lagi. Mereka berdua lalu duduk di kursi ruang tamunya.
“dari mana kau tahu kalau aku tinggal disini?”
“dari Kei, lebih tepatnya Yamada Kei. Dia ingin menemuimu karena ia masih penasaran denganmu. Dan sebelum hal itu terjadi, kurasa aku harus menemuimu dulu”
“untuk apa kau ingin menemuiku?”
“aku hanya ingin kau meninggalkan Amerika, menjauhlah dari kehidupan Kei”
“kenapa? Kalian takut kalau Kei mengetahui yang sesungguhnya?”
“itu salah satunya. Tapi aku lebih khawatir akan keselamatanmu kalau sampai Yasuo tahu tentang dirimu yang mencari Kei. Apalagi sampai mengetahui kalau kau sudah bertindak sejauh ini”
“aku menghargaimu, Ryuu. Trimakasih atas perhatianmu kepadaku. Tapi aku tidak peduli lagi. Aku harus bicara dengan Kei, lebih tepatnya… Kimura Kei”
“sebenarnya apa tujuanmu setelah Kei mengetahui semuanya?”
“tidak ada tujuan apapun. Aku sudah senang jika Kei sudah mengetahui yang sebenarnya. Aku tak peduli apa reaksinya. Dia akan menentangku ataupun menerimaku, itu terserah dia. Aku sudah cukup senang bisa bertemu dengannya”
“aku tak bisa mencegahmu. Tapi aku hanya bisa mengingatkanmu. Yasuo bisa melakukan apapun untuk menyingkirkanmu. Kei anak kesayangannya. Anak yang dipersiapkan untuk mewarisi semua asetnya dan juga penerus keluarga Yamada”
“sebaiknya kau juga pergi secepatnya dari sini, Ryuu. Sebelum anak buah kakakmu itu mengetahui keberadaan kita. Dia juga tak segan-segan untuk membuat perhitungan denganmu jika ia melihatmu bersamaku disini, tak peduli bahwa kau adalah adiknya”
Kimura berdiri dan membuka pintu rumahnya.
“pergilah”
Ryuu berdiri dan melangkah ke pintu,“tinggalkan Amerika secepatnya”
Kimura hanya diam. Ryuu melangkah menuju mobilnya dan meninggalkan tempat itu menuju Manhattan. Di saat yang bersamaan, seorang pria juga segera masuk ke mobilnya dan mengikuti mobil Ryuu.

“aku ingin Kimura Takeo angkat kaki dari sini. Aku tak mau ia ada di sekitarku. Apalagi ada di dekat Kei-chan. Aku tak mau ia merusak rencana yang dengan sudah susah payah kubangun. Aku ingin Kei yang meneruskan tradisi keluarga besar Yamada”
“kalau itu keinginanmu, Yamada-san”
“aku tak mau Kei tahu tentang hal ini”
“lalu, apa yang harus kami lakukan terhadap Ryuu”
“huh, biarkan saja dia! Biarkan dia berpikir kalau aku tidak tahu apa-apa tentang pertemuannya dengan Kimura Takeo. Sekarang, pergilah!”
Pria itu segera meninggalkan Yamada Yasuo seorang diri.

Emily menunggu Yamada Kei yang sedang memimpin rapat di perusahaan lain. Ada pertemuan antar perusahaan yang membahas berbagai hal. Beberapa kali Emily melihat ke jam tangannya. Malam semakin larut. Karena sebenarnya ia sudah ada janji dengan Ryunosuke. Ponselnya berbunyi sewaktu ada break-time.
“Emily, kau tidak lupa dengan janjimu, kan?”
“maafkan aku, Ryunosuke. Aku membatalkan janjiku lagi. Rapatnya belum selesai juga”
“baiklah, tidak apa-apa”
“aku tidak enak hati kepadamu”
“jangan terlalu kau pikirkan. Aku mendukungmu. Ini demi karirmu juga, kan? Ini konsekuensi yang harus diambil. Apalagi kau sudah diangkat menjadi karyawan tetap dan secara resmi sudah menggantikan posisi Ms. Andrews. Kau harus ikut kemana pun Yamada Kei pergi dalam urusan bisnis”
“ehm… yah, trimakasih, Ryunosuke”
“I love you, Emily”
Setelah mematikan ponselnya, Emily duduk. Ia menghabiskan minumannya yang tinggal sedikit.
“hai”
“eh… hai”
Yamada duduk di dekatnya.
“kau ada janji dengan kekasihmu itu, ya?”
“sebenarnya… iya. Tapi aku sudah menjelaskan kepadanya dan ia paham”
“ia orang yang baik, pekerjaannya juga bagus. Mungkin malam ini sampai agak larut. Aku nanti akan mengantarmu pulang”
“tidak perlu”
“AKU nanti yang akan mengantarmu pulang, Ms. Grey. Aku tak mau terjadi apa-apa denganmu. Malam selarut itu sudah tidak ada kendaraan umum juga”
“ya. Trimakasih, Yamada”
“sekarang aku akan masuk dulu. Sepertinya rapat akan di mulai lagi”
Emily mengikuti Yamada memasuki ruang rapat. Beberapa kali Emily diam-diam menguap. Ngantuk dan lelah setelah seharian bekerja. Menjelang hampir tengah malam, rapat itu usai. Emily membereskan beberapa kertas-kertas yang ada di hadapannya dan memasukkannya ke map.
“bisa kita pulang sekarang, Ms. Grey?”
“ya, tunggu sebentar”
Setelah memasukkan kertas-kertas itu ke map, ia mencari sesuatu di dalam tasnya.
“apa yang kau cari, Ms. Grey?”
“aku mencari kunci rumahku. Sepertinya sudah kumasukkan kesini”
“apa mungkin tertinggal di kantor?”
“entahlah. Atau… terjatuh di suatu tempat?”
“kita kembali lagi ke kantor. Siapa tahu memang terjatuh atau tertinggal di meja kerjamu”
“maaf, telah merepotkanmu”
“ayolah”
Sebuah mobil berhenti di lobi. Yamada dan Emily segera masuk ke dalamnya.
“kita ke kantor dulu. Ada barang Ms. Grey yang tertinggal disana”
“baik, Tuan”
Mobil segera kembali ke Manhattan. Setelah tiba di lobi kantor, buru-buru Emily turun.
“perlu aku temani, Ms. Grey?”
“tidak perlu, trimakasih”
Emily memasuki lobi yang sudah mulai sepi itu. Hanya ada beberapa penjaga yang berjaga. Hampir semua lampu sudah dimatikan. Ia hanya berdiri di depan lift seorang diri. Mencoba mencari penjaga yang baru saja dilihatnya. Dengan maksud agar ia diantar ke lantai paling atas. Tapi ia tidak menemukannya. Ia segera menuju mobil Kei lagi.
“mengapa cepat sekali? Apakah sudah ketemu?”
“ehm… i-itu… aku takut untuk naik ke lantai paling atas. Aku…”
Yamada Kei segera keluar dari mobilnya.
“ayo, aku temani”
Mereka berdua kembali masuk ke lobi dan masuk ke lift yang akan membawa mereka ke lantai paling atas. Mereka hanya saling diam. Setelah pintu lift terbuka, buru-buru Emily menuju meja kerjanya. Mengobrak-abrik mejanya. Namun, ia tidak juga menemukan kunci rumahnya.
“hhh… sepertinya aku harus tidur diluar”
“kau bisa mencoba mencarinya di kantorku”
“mana mungkin ada disana?”
“kita tidak tahu apa yang akan terjadi, kan? Siapa tahu secara tak sengaja kau membawanya masuk dan terjatuh disana. Apa salahnya mencoba”
Emily segera masuk ke kantor Kei. Gelap. Ia menyalakan beberapa lampu. Yamada hanya menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil bersandar di meja kerja Emily. Sedangkan Emily masih mencari-cari kemana-mana. Lalu ia jongkok di bawah meja kerja Kei. Ternyata kunci itu ada disana.
“hhh… akhirnya ketemu juga. Tapi, bagaimana bisa kunci ini ada disini? Yah, mungkin Yamada benar. Tak sengaja aku membawanya kesini dan terjatuh”
“bagaimana? Apakah sudah ketemu?”
“tentu saja, ini…”
Emily membalikkan badannya dan tak sengaja menabrak Kei hingga ia ada di pelukan Kei.
“m-maaf…”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar