Dengan
agak ragu, Emily menyentuh pundak Yamada Kei. Yamada Kei terkejut.
“ya,
ada apa, Ms. Grey?”
“sepertinya…
kita harus pergi sekarang”
“kenapa?”
“aku…
aku takut dengan beberapa orang yang ada disana itu” ucap Emily dengan agak
ketakutan dan menunjuk ke satu arah. Ia segera bersembunyi di belakang punggung
Yamada kei.
“ada
apa lagi ini? Kau benar, Ms. Grey. Kita tinggalkan saja tempat ini. Aku sedang
tak ingin berurusan dengan apapun”
Yamada
Kei mengajak Emily untuk menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari
mereka. Tapi beberapa orang tadi menghadang langkah mereka.
“bisakah
kalian minggir sebentar? Biarkan kami lewat”
Beberapa
orang itu mengepung Yamada dan Emily. Orang yang sepertinya pemimpin disitu
maju ke hadapan Kei.
“siapa
kau?”
“hhh…
kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu. Seperti orang yang tadi
menemuimu”
“ada
hubungan apa kau dengannya?”
“aku
tidak ada hubungan apapun dengannya. Aku hanya perlu kamu”
“apa
keperluanmu?”
“ini”
Dengan
cepat orang itu menyerang Yamada. Namun dengan cepat Yamada berhasil
menghindar.
“sebaiknya
kau tunggu aku di mobil, Ms. Grey. Aku akan menyelesaikan hal ini dulu”
Emily
segera berlari dan masuk ke dalam mobil dengan penuh ketakutan.
“kalian
tunggu disana. Aku saja yang akan menyelesaikan anak ini”
Para
pengikut pria itu hanya berdiri tak jauh dari Yamada dan pemimpin mereka.
Mereka hanya melihat perkelahian tuannya dengan Yamada Kei. Pertarungan yang
cukup imbang.
“siapa
pria ini? Ilmu beladirinya hebat sekali. Sepertinya akan sangat sulit bagiku
untuk melumpuhkannya dalam waktu singkat”
“kenapa
berhenti? Apakah kau sudah menyerah?”
“tak
ada kata menyerah bagiku”
Berbekal
ilmu wushu-nya, Yamada Kei melawan orang itu. Namun sangat sulit untuk
mengalahkan orang tersebut. Lalu ia mendengar sebuah suara memanggilnya.
“Yamadaaaa…!!”
Ia
menoleh ke sumber suara. Ia melihat beberapa orang itu membawa Emily entah
kemana. Ia bermaksud untuk mengejarnya namun pria yang ada di hadapannya
menghadangnya.
“mau
mengejar kekasihmu itu? Hadapi dulu aku. Kalau kau bisa mengalahkanku, aku akan
membiarkanmu lewat”
“wtf!
Siapa sebenarnya dirimu? Ini urusan kita. Tak ada hubunganya dengan gadis itu”
“tentu
saja ada. Aku tahu semua tentangmu. Jadi, aku juga tahu siapa gadis itu”
“sob!
Aku tak akan memaafkanmu kalau terjadi apa-apa dengannya!”
Yamada
Kei segera menyerang orang itu lagi. Tapi seperti Ryuu, dia pun dengan mudahnya
dikalahkan orang itu karena bertempur dengan penuh emosi.
“rupanya
hanya segini kemampuan seorang pewaris tahta Yamada. Bangunlah! Atau kau akan
menyerah sekarang?”
Pria
itu membangunkan Yamada Kei dengan kasar dan menghantam perut Yamada dengan
keras. Yamada Kei pun roboh di tanah dan tak bergerak!
Emily
masih diam tak bergerak di sebuah ruangan yang besar dan gelap. Seperti sebuah
gudang di pelabuhan. Pintu gudang itu terbuka dan masuklah beberapa orang yang
menyeret tubuh Yamada Kei yang pingsan dan meletakkannya di dekat Emily yang
juga masih pingsan.
![]() |
Red Hook Container
Terminal
|
Pagi
itu, Danny menghubungi ponsel Yamada Kei sebelum pergi ke kampus.
“hhh…
tumben sekali dia tidak segera mengangkat telponku. Apa mungkin masih tidur?
Bukankah ini sudah jam kantor?”
Danny
mengulangnya beberapa kali.
Emily
segera terbangun dari pingsannya. Samar ia mendengar suara ponsel Yamada berbunyi.
Ia melihat Yamada tergeletak agak jauh darinya. Ia berusaha mendekati Yamada,
tapi sayang kakinya sakit untuk digerakkan. Sepertinya memar. Dengan berusaha
sekuat tenaga ia mendekati Yamada. Berusaha meraih ponsel Yamada.
“Yamada.
Bangun, Yamada!”
Emily
berusaha membangunkan Yamada. Namun Yamada masih diam tak bergerak. Terlihat
memar-memar di sekujur tubuh Yamada. Emily membangunkan Yamada sekali lagi.
Tubuh Yamada bergerak perlahan. Ia melihat Emily berada di sampingnya.
“Emily?”
ucapya lirih.
“bangunlah,
Yamada. Kita harus segera keluar dari tempat ini!”
Yamada
memegangi kepalanya yang sakit dan pusing. Ia berusaha untuk bangun.
“dimana
kita?”
“aku
tidak tahu. Tapi sepertinya di sebuah pelabuhan karena beberapa kali aku
mendengar suara kapal”
“pelabuhan?
Sepertinya tidak jauh dari dermaga 6”
Yamada
bangkit berdiri dengan terhuyung-huyung. Ia segera berpegangan di tiang yang
ada di sampingnya. Ia mendengar sebuah suara yang ada di pojok ruangan. Sebuah
kotak. Ia memicingkan matanya agar bisa melihatnya dengan lebih jelas.
“oh…
shit! Kita harus segera meninggalkan tempat ini, Ms. Grey!”
Yamada
membantu Emily untuk berdiri.
“maaf,
aku tidak bisa berjalan. Sepertinya kakiku memar… aku tidak tahu kenapa”
Tanpa
menunggu persetujuan dari Emily, Yamada segera menggendong Emily. Tentu saja
Emily terkejut. Yamada berusaha untuk keluar dengan mendobrak pintu yang tidak
terlalu besar itu. Begitu baru sampai di luar beberapa meter, gudang itu
meledak! Mereka pun terjatuh bergulingan di tanah.
Beberapa
orang pekerja pelabuhan segera mengerumuni Yamada dan Emily yang terbaring di
tanah tak bergerak. Beberapa orang memberikan bantuan kepada mereka. Ada pula
yang segera menelpon ambulans maupun polisi.
Tak
lama kemudian, mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit terdekat untuk
dibawa ke UGD.
Pagi
itu Ryunosuke sedang ada di mejanya ketika seorang rekan kerjanya dengan
tergopoh-gopoh mendatanginya. Plus dengan nafas terengah-engah.
“Ryunosuke!
Ryunosuke Kamiki!”
“ya,
ada apa? Mengapa wajahmu seperti itu?”
“i-ini
tentang kekasihmu itu”
“maksudmu
Emily?”
“iya!”
“ada
apa dengannya?”
“baru
saja Mr. Malkovich menerima telpon dari rumah sakit Brooklyn kalau Emily dan
Yamada-san di rawat disana. Kalau kau ingin ikut menjenguk mereka, sebaiknya
kau bergegas. Ada mobil yang akan kesana di lodding dock”
“Emily
di Brooklyn? Untuk apa?”
“sebaiknya
kau bergegas, sobat!”
Tanpa
membereskan mejanya, Ryunosuke Kamiki segera ke lantai basement.
“apakah
mobil ini yang akan dipakai ke Brooklyn?”
“ya,
apakah kau ingin ikut juga kesana?”
“tentu
saja”
“baik.
Cepat, masuklah!”
Setelah
itu mobil perusahaan segera meluncur ke Brooklyn menuju rumah sakit yang
dimaksud. Setelah sampai, tanpa menunggu yang lainnya, Ryunosuke meloncat turun
menuju UGD. Ia segera menghadang dokter yang baru keluar dari sana.
“dokter!
Bagaimana keadaan pasien yang di dalam?”
“di
dalam ada 2 pasien. Pasien yang mana yang anda maksud? Dan siapa anda ini?”
Beberapa
orang dari perusahaan juga sudah ada di belakang Ryunosuke.
“ehm…
maksudku semuanya. Kami semua rekan kerjanya”
“mereka
tidak apa-apa. Hanya beberapa luka memar saja. Mereka akan segera dipindahkan
ke ruang perawatan. Setelah itu kalian bisa menjenguknya”
“syukurlah…
trimakasih, dokter”
Mereka
secara bergantian menjenguk Yamada dan Emily yang masih pingsan itu.
“apa?!
Kei-chan masuk rumah sakit? Bagaimana bisa? Sakit apa? Apakah karena terlalu
kelelahan?”
“kami
tidak tahu, Yamada-san. Tiba-tiba kami di telpon pihak rumah sakit yang
mengabarkan kalau mereka sedang dirawat disana. Kami belum bisa bertanya lebih lanjut
karena mereka belum sadarkan diri”
“oke…
trimakasih, Mr. Malkovich. Aku akan secepatnya kesana”
Setelah
menutup telponnya…
“kita
harus segera ke Amerika sekarang juga, Ryuu”
“Kei-kun
sakit apa?”
“entahlah.
Kita cari info lebih detilnya setiba kita disana”
Bergegas
Yamada Yasuo dan Yamada Ryuu mempersiapkan segala sesuatunya untuk pergi ke
Amerika.
Ryunosuke
menunggui Emily yang terbaring di kamarnya. Siang itu Emily sudah tersadar dari
pingsannya.
“bagaimana
keadaanmu, Emily? Apakah kau sudah merasa baikan?”
“ya,
aku tak apa-apa. Hanya saja… kakiku masih terasa sakit”
“ya,
kakimu memar dimana-mana. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi dengan kalian?”
“ah…
ya. Aku jadi ingat. Bagaimana keadaan Yamada?”
“dia
belum tersadar juga. Kepalanya mengalami benturan yang lumayan keras”
“apakah
dia akan baik-baik saja?”
“kau
tidak perlu khawatir, Emily. Yang penting kau sembuh dulu”
Lalu
masuklah seorang polisi ke kamar Emily.
“selamat
siang. Apakah benar anda yang bernama Emily Grey?”
“ya,
itu aku. Ada yang bisa kubantu?”
“kami
hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan kalian. Terus terang ledakan itu
sangat kuat. Kami harus menyellidiki tentang hal ini. Apakah kau ingat, siapa
yang membawa kalian ke pelabuhan itu?”
“ehm…
aku… aku tidak tahu. Aku belum bisa mengingatnya dengan jelas”
“Emily
baru saja sadar dari pingsannya. Bisakah lain kali saja, officer?”
“baiklah,
aku juga akan pergi ke ruangan Yamada Kei. Atau kalau kau sudah ingat sesuatu,
kau bisa menghubungi kami. Permisi”
Setelah
polisi itu pergi…
“Emily,
kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang terjadi dengan kalian di malam itu?
Selarut itu kalian ke Brooklyn?”
“aku…
hanya untuk urusan pekerjaan”
“pekerjaan?!
Kau dengar apa kata polisi tadi? Ledakan? Ini bukan urusan pekerjaan lagi!
Apakah Yamada yang membawamu kesana? Aku harus meminta penjelasan darinya
nanti!”
“sudahlah,
Ryunosuke. Aku juga masih bingung dengan semua kejadian ini. Itulah mengapa,
aku belum bisa menjawab semua pertanyaan kalian. Dan satu lagi, tolong jangan
beritahukan hal ini kepada orangtuaku. Aku tak mau mengganggu liburan mereka”
Setelah
tiba di JFK International Airport, Yamada Ryuu dan Yasuo pergi ke Brooklyn
dengan mobil jemputan. Mereka segera menuju ruang perawatan Kei. Setelah sampai
di ruang perawatan Kei, mereka melihat Kei sedang diperiksa
oleh seorang suster.
“Kei-chan,
bagaimana keadaanmu?”
“ah,
papa? Oji-san? Cepat sekali kalian tiba disini. Siapa yang memberitahu kalian?”
“aku
di telpon Mr. Malkovich. Itulah mengapa kami langsung kesini”
“kalian
tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Hanya masih merasa pusing sekali”
“apa
yang terjadi dengan kalian, Kei-kun? Kudengar dari sopir kalau kau bersama
Emily Grey?”
“ah,
itu…”
“siapa
Emily Grey?”
“dia
teman sekolah Kei-kun dulu, Yasuo. Apakah kau lupa?”
“ah,
iya. Ada hubungan apa kau dengannya?”
“dia
sekretaris baruku”
“what?!”
Yamada Ryuu dan Yasuo serentak terkejut,”how came?”
“sudahlah,
aku ingin istirahat sebentar. Kepalaku masih pusing sekali”
“baiklah,
sebaiknya kau beristirahat dulu. Ayo, Ryuu. Kita keluar sebentar”
Yasuo
melangkah menuju pintu keluar sedangkan Ryuu mendekatkan wajahnya kepada Kei.
“kau
berhutang satu cerita kepadaku, Kei-kun. Oke?”
Sambil
tersenyum, Ryuu juga pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Yamada hanya
mendesah panjang.
“aku
pun tak tahu harus bercerita apa kepadamu, Oji-san. Emily? Bagaimana keadaannya
sekarang?”
Yamada
Kei berusaha untuk memejamkan matanya. Namun, bayang-bayang Kimura Takeo selalu
hadir.
“siapa
sebenarnya Kimura Takeo? Juga orang yang telah menyerang dan berniat membunuhku
itu? Sepertinya dia juga orang Jepang. Tapi siapa?”
Sore
itu Yamada Ryuu menjenguk Kei lagi.
“bagaimana?
Sudah agak baikan?”
“ya,
sudah agak lumayan. Dimana istriku? Juga papa?”
“sebenarya
Harumi ingin sekali menjengukmu disini. Tapi ia sedang lemah dengan
kehamilannya. Ia tidak bisa kemana-mana. Sedang papamu, ia sibuk di kantormu.
Mengambil alih semua pekerjaanmu. Sekarang, kau mau menceritakan kepadaku
kenapa bisa kau dan Emily ada di pelabuhan selarut itu?”
“kau
jangan berpikiran yang tidak-tidak, Oji-san”
“aku
percaya kepadamu, Kei-kun”
“sebenarnya,
ada orang yang ingin bertemu denganku di tempat itu. Hanya saja, aku sedikit
curiga. Kenapa ia memilih tempat seperti itu kalau untuk membicarakan urusan
bisnis. Karena Emily membantuku, maka aku mengajaknya juga”
“sepertinya
aku melewatkan sesuatu”
“ya,
ia bekerja di tempat kita. Dan aku tidak tahu. Sampai kemudian Mr. Johnsson
mengajukannya kepadaku untuk membantu beberapa pekerjaanku. Itulah kenapa ia
bisa bersamaku”
“apakah
kau ingat siapa yang menyerangmu itu?”
“kalau
aku bertemu dengannya lagi, aku masih ingat betul parasnya. Dia seumuran
denganku dan sepertinya ia juga orang Jepang. Ilmu beladirinya diatasku, aku
kalah menghadapinya”
“aku
yakin kau sebenarnya bisa mengalahkannya. Biasanya kau kalah menghadapi
seseorang dengan keadaan emosi. Benarkah seperti itu?”
“emh,
ya. Sepertinya begitu. Aku masih penasaran dengannya. Ia juga tahu tentang
Emily. Tahu semua tentang aku”
“yakin
kau tidak pernah mengenalnya?”
“aku
yakin, Oji-san. Dan sebenarnya aku ingin bertanya kepadamu satu hal lagi. Tapi…
aku tak tahu harus memulai dari mana”
“apa
yang ingin kau tanyakan?”
Yamada
Kei tiba-tiba memegangi kepalanya.
“ada
apa, Kei-kun?”
“kepalaku
sakit sekali”
“baiklah,
sebaiknya kau beristirahat dulu. Kau belum sembuh benar. Kapan-kapan kita bisa
mengobrol lagi. Aku akan pulang ke Jepang setelah kau sembuh benar”
“oya,
tolong kau jenguk Emily. Pastikan ia juga baik-baik saja”
“tentu,
aku akan kesana sekarang”
“thanx,
Oji-san”
Ryuu
segera menuju ke ruang perawatan Emily yang berbeda lantai. Ia mengetuk
pintunya lalu masuk. Ia melihat Emily sedang berbincang dengan Ryunosuke.
“apa
kabar, Emily?”
“sudah
semakin membaik. Apakah kita pernah bertemu?”
“namaku
Yamada Ryuu, paman Kei-kun”
“oh,
ya. Maaf, kejadian itu sudah lama sekali. Aku sudah lupa”
“tak
apa-apa. Dan ini?”
“ini
Ryunosuke Kamiki, juga bekerja di bawah Yamada Kei”
“senang
bertemu dengan anda,” Ryunosuke mengulurkan tangannya.
“ya,
aku juga senang bertemu denganmu, Ryunosuke. Tadi aku ke ruang perawatan Kei-kun.
Dan ia menginginkanku untuk menjengukmu. Memastikan kau baik-baik saja”
“ya,
aku baik-baik saja. Hanya saja kepalaku masih agak sakit karena benturan itu.
Bagaimana keadaan Kei? Ehm… m-maksudku Yamada”
Yamada
Ryuu hanya tersenyum.
“sama
sepertimu. Dia juga masih sering sakit kepala. Tapi over all, semuanya
baik-baik saja”
“syukurlah.
Kata dokter, mungkin sekitar 3 hari lagi aku sudah boleh pulang kalau tidak
apa-apa”
“kuharap
Kei-kun juga cepat pulang. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus menemui
papa Kei-kun di kantor”
“ya,
trimakasih sudah menjengukku”
Yamada
Ryuu menuju parkiran mobil. Ia mengendarai mobilnya seorang diri kembali ke
Manhattan ketika ponselnya berbunyi. Ia meminggirkan mobilnya.
“ya,
ada apa?”
“kau
tak perlu ke kantor. Kau langsung pulang ke rumah saja. Aku sudah ada di rumah”
“baiklah,
aku akan langsung kesana”
Ryuu
segera menuju rumah mereka.
“bagaimana
keadaan Kei?”
“kau
tak perlu khawatir, Harumi. Kei-kun baik-baik saja. Semoga dia cepat
diperbolehkan pulang”
“tentu
saja aku khawatir sekali”
“iy-ya,
aku tahu. Tapi kau harus lebih memperhatikan dirimu sendiri. Kau sedang hamil
muda. Fisikmu masih lemah seperti itu”
“tapi,
ijinkan aku untuk ikut besok kalau Kei sudah pulang. Aku juga ingin
menjemputnya”
“tentu
saja. Dimana Yasuo?”
“papa
baru saja pulang dari kantor. Dan langsung masuk ke kamarnya”
“katanya
kau ingin kembali ke Jepang, ya?”
“ya,
tapi sepertinya belum memungkinkan. Keadaanku masih seperti ini. Dan juga Kei…”
“sebaiknya
memang jangan sekarang. Atau kalau perlu menunggu sampai anakmu lahir dan
besar”
“itu
terlalu lama. Aku sudah rindu dengan kampung halamanku”
“atau
sebaiknya kau tanyakan kepada doktermu. Ia yang lebih tahu tentang kesehatanmu”
“ya,
kau benar”
Buru-buru
Harumi pergi ke toilet dan muntah-muntah lagi. Ryuu mendekatinya.
“sebaiknya
kau beristirahat di kamarmu, Harumi. Kau sudah kepayahan seperti itu. Mau
kubuatkan teh hangat?”
“ya,
trimakasih”
Dengan
lemasnya, Harumi duduk di sofa ruang keluarga yang ada di lantai 2 sementara
Ryuu membuatkan teh hangat untuknya.
“ini,
minumlah”
“trimakasih”
“sudah
merasa lebih baik?”
“ya,
minuman ini enak sekali dan segar. Trimakasih”
“sekarang
beristirahatlah di kamarmu”
Dengan
langkah gontai, Harumi masuk ke kamarnya dan berbaring di ranjangnya yang
besar.
Pagi itu setelah sarapan, Emily menghabiskan
waktunya untuk membaca buku kiriman Ryunosuke ketika didengarnya pintu kamarnya
di ketuk seseorang dari luar.
“selamat
pagi, Ms. Grey”
Emily
terkejut ketika tiba-tiba Yamada sudah ada di hadapannya. Ia berusaha untuk
duduk dan merapikan rambutnya.
“eh,
kau. Maaf, aku tidak tahu”
“kalau
kau belum sehat benar, kau tak perlu memaksa untuk duduk”
“aku
tidak apa-apa. Aku sudah baikan”
Emily
duduk di tepi tempat tidurnya.
“bagaimana
kabarmu?”
“baik.
Nanti aku sudah boleh pulang oleh dokter. Bagaimana denganmu?”
“seperti
yang kau lihat. Aku juga sudah boleh pulang oleh dokter. Kalau kau tak ada yang
menjemput, kau bisa ikut bersamaku”
“tidak
perlu, trimakasih. Aku sudah di jemput Ryunosuke”
“ah…
ya, tentu saja. Kekasihmu itu, kan?”
Emily
hanya menundukkan kepalanya sedangkan Yamada duduk di kursi di depannya.
“maafkan
aku, Ms. Grey”
“maaf
untuk apa?”
“aku
yang telah membuatmu mengalami kejadian yang tidak mengenakkan ini. Aku sudah
ada feeling kalau pertemuan waktu itu bukan untuk urusan bisnis. Tapi aku tetap
saja mengajakmu. Seharusnya aku tidak memintamu untuk ikut denganku”
“tidak
apa-apa. Kalau ada kau, aku tidak takut menghadapi apapun. Karena kau pasti
akan melindungi orang yang bersamamu. Bukankah seperti itu, Yamada?”
Yamada
hanya menatap Emily yang duduk di depannya,”ya, kau benar. Oya, dimana orang
tuamu?”
“sedang
liburan. Aku sudah meminta Ryunosuke untuk tidak mengabari mereka. Aku tak mau
mengganggu suasana liburan mereka”
“rupanya
kau disini, Kei-kun?”
“Oji-san?
Darimana kau tahu aku sedang berada disini?”
“dari
perawat yang merawatmu kemarin. Kau sudah mendapat ijin pulang dari doktermu.
Kau bisa pulang sekarang. Kami menjemputmu”
“kami?”
“ya,
istrimu ngotot ingin ikut serta untuk menjemputmu”
“dimana
dia sekarang?”
“ada
di ruang perawatanmu. Hai, apa kabar, Emily?”
“baik,
trimakasih”
“aku
tadi juga menanyakan kepada dokter dan kau juga boleh pulang hari ini, Emily.
Kalau kau belum ada yang menjemput, kau bisa ikut kami saja”
“sudah
ada Ryunosuke. Mungkin sebentar lagi dia datang”
“baiklah
kalau begitu. Kami pergi dulu, Emily”
“aku
pergi dulu, Ms. Grey. Salam saja untuk Ryunosuke”
“tentu”
Yamada
Ryuu dan Kei segera meninggalkan Emily sendirian menuju ruang perawatan Kei.
Disana sudah menunggu Harumi. Begitu melihat Kei, Harumi segera memeluk dan
menciumnya.
“syukurlah
kau tidak apa-apa”
“tentu
saja aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?”
“aku
sebenarnya masih lemas untuk bangkit dari tempat tidur, tapi aku memaksa untuk
ikut. Aku juga ingin menjemputmu. Kau membuatku khawatir, Kei. Kita tidak
bertemu selama berhari-hari”
“setelah
ini kau harus istirahat lagi. Untuk acara ke Jepang, kau harus menunggu sampai
morning sickness-mu berlalu, oke?” ucap Kei sambil membelai perut Harumi yang
mulai kelihatan membuncit.
Seorang
sopir membawakan barang-barang Kei yang tidak terlalu banyak keluar.
“kutunggu
kalian di lobi saja”
“tentu,
kami sebentar lagi menyusulmu, Oji-san”
Ryuu
meninggalkan Harumi dan Kei di ruangan itu.
“aku
merindukanmu, Kei”
“aku
sudah berada disini. Dan sebentar lagi aku sudah pulang”
“setelah
ini kau harus istirahat dulu. Tidak boleh langsung kerja”
“pekerjaanku
bisa menumpuk banyak sekali, Harumi”
“kau
terlalu workaholic. Sudah ada papa yang meng-handle semua pekerjaanmu. Kau
tidak perlu khawatir. Sepertinya kita harus liburan bersama, sebelum papa
pulang ke Jepang lagi”
“kemana
kau ingin pergi?”
“entahlah,
kau yang lebih tahu tentang tempat-tempat yang menarik. Iya, kan?”
Harumi
bergelayut manja di lengan Kei.
“baiklah,
akan kupikirkan. Ayo, sekarang kita pulang”
Kei
menggandeng Harumi menuju lobi. Ternyata disana sudah ada Ryuu yang sedang
berbincang dengan Ryunosuke.
“Yamada-san?
Anda juga pulang hari ini?”
“ya,
mereka menjemputku. Kau menjemput Ms. Grey?”
“iya.
Itu dia! Hai, Emily. Kau sudah siap untuk pulang?”
“ya”
Ryunosuke
memeluk Emily dengan eratnya. Emily hanya diam sambil menatap Kei yang ternyata
juga sedang menatapnya.
“kau
tunggu disini, Emily. Aku akan mengambil mobilku”
“mobilmu?”
“ehm,
maksudku… mobil keluargaku. Aku meminjamnya sebentar untuk menjemputmu”
Bergegas
Ryunosuke pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
“kau
seharusnya bangga mempunyai seorang kekasih sepertinya, Ms. Grey”
“I
am,” sahut Emily sembari tersenyum.
Mereka
semua akhirnya kembali lagi ke Manhattan. Ryunosuke mengantar Emily pulang ke
rumahnya yang sepi.
“duduklah
dulu, Emily. Akan kubuatkan minuman hangat untukmu”
“kau
tak perlu repot-repot”
Tanpa
menunggu jawaban dari Emily lagi, Ryunosuke pergi ke dapur.
“ini,
minumlah”
“trimakasih,
Ryunosuke. Kau sangat peduli kepadaku”
“karena
aku sangat mencintaimu, Emily. Itu yang pertama”
“lalu,
apa yang kedua?”
“yang
kedua, karena suatu saat nanti kau akan menjadi istriku”
Emily
tersedak.
“kau
harus lebih berhati-hati, Emily. Oya, dalam waktu dekat Anna akan
mengunjungimu. Aku sudah memberitahukan keadaanmu kepadanya”
“aku
tak mau merepotkan semua orang, Ryunosuke”
“dia
sahabatmu. Dia juga berhak untuk tahu. Dia juga sayang kepadamu, Emily”
“apakah
dia juga akan datang dengan Danny?”
“entah,
tapi bisa jadi”
Seusai
jam kantor, Yamada Kei mengajak Ryuu jalan-jalan ke Central Park.
“sudah
lama juga aku tidak datang ke tempat ini. Masih seperti dulu”
“itu
karena kau jarang sekali kemari, Oji-san. Coba kalau kemarin aku tidak sakit,
kalian pasti tidak akan kesini. Aku benar, kan?”
“ya,
ya… kau benar. Aku sibuk sekali disana. Kalau tidak ada kejadian ini,
sepertinya aku tidak akan pernah datang lagi kesini”
Mereka
lalu duduk di tepi danau yang ada di tengah-tegah taman kota yang super luas
itu.
“sepertinya
kau sudah mulai mencintai istrimu”
“aku
menyayanginya, Oji-san”
“oke,
kau menyayanginya. Namun, apakah kau juga mecintainya?”
Kei
hanya terdiam.
“aku
tak ingin membicarakan hal itu lagi, Oji-san”
“baiklah,
apa yang ingin kau tanyakan? Katamu ada hal yang sangat mengganggu pikiranmu
setelah kejadian itu”
“ya.
Setiap kali aku memikirkannya, aku bertambah bingung. Mungkin dengan bertanya
kepadamu bisa menghilangkan kebingunganku selama ini. Begini, Oji-san… apakah
kau kenal dengan pria yang bernama Kimura Takeo?”
Dengan
cepat Yamada Ryuu menoleh kepada Kei.
“Kimura
Takeo?”
“ya,
apakah kau mengenalnya, Oji-san?”
“dari
siapa kau bisa mendapatkan nama itu?”
“dari
dia sendiri. Sebelum aku bertarung dengan pemuda yang menyerangku di pelabuhan
itu, sebenarnya aku ada janji temu dengan pria itu. Dia mengaku bernama Kimura
Takeo dan dia adalah ayahku. Apakah kau mengetahui tentang sesuatu, Oji-san?
Atau ini hanyalah lelucon dari pria itu?”
“apa
lagi yang dikatakannya?”
“dia
mengatakan kalau keluarga Yamada adalah pembantai. Terus terang itu membuatku
marah dan mengusikku setiap kali aku memikirkannya”
“sepertinya
pria itu hanya ingin membuatmu marah. Aku yakin itu hanya bualan murahan
darinya. Maaf, tapi aku juga tidak mengenal pria itu”
Yamada
Kei masih terdiam sesaat.
“sudahlah,
Kei-kun. Tidak perlu kau pikirkan dalam-dalam. Kau juga tidak tahu tentang pria
itu, kan?”
“aku
masih penasaran, Oji-san. Aku akan menemuinya lagi”
“kau
tahu dimana dia tinggal?”
“katanya
dia tinggal di Vinegar Hill, Brooklyn”
“perlu
kutemani?”
“tidak
perlu”
“kapan
kau berencana kesana?”
“saat
ini aku sedang sibuk. Lain kali saja kalau aku ada waktu”
Gantian
Yamada Ryuu yang hanya bisa terdiam. Mendesah dan menyandarkan punggungnya di
bangku taman yang panjang di tepi danau Central Park itu.
“sepertinya
aku harus pergi sekarang, Kei-kun. Aku baru ingat kalau aku ada janji dengan
seseorang”
“oh…
baiklah. Aku juga akan kembali dulu ke kantor sebentar”
“aku
akan mengantarmu”
Setelah
mengantar Kei kembali ke kantor, Ryuu segera memacu mobilnya menuju East River,
melintasi Brooklyn Bridge menuju Vinegar Hill yang ada di sebrang East River
tersebut. Bertanya kepada orang-orang yang ia temuinya tentang suatu nama. Ia
berhenti di sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan keluar dari mobilnya.
Dengan agak ragu ia mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang pria membukakan
pintunya.
“kau?”
Pria
tersebut berniat untuk menutup kembali pintunya tapi ditahan oleh Ryuu.
“aku
ingin bicara denganmu sebentar, Kimura”
Dengan
terpaksa, Kimura membuka pintu rumahnya lagi. Mereka berdua lalu duduk di kursi
ruang tamunya.
“dari
mana kau tahu kalau aku tinggal disini?”
“dari
Kei, lebih tepatnya Yamada Kei. Dia ingin menemuimu karena ia masih penasaran
denganmu. Dan sebelum hal itu terjadi, kurasa aku harus menemuimu dulu”
“untuk
apa kau ingin menemuiku?”
“aku
hanya ingin kau meninggalkan Amerika, menjauhlah dari kehidupan Kei”
“kenapa?
Kalian takut kalau Kei mengetahui yang sesungguhnya?”
“itu
salah satunya. Tapi aku lebih khawatir akan keselamatanmu kalau sampai Yasuo
tahu tentang dirimu yang mencari Kei. Apalagi sampai mengetahui kalau kau sudah
bertindak sejauh ini”
“aku
menghargaimu, Ryuu. Trimakasih atas perhatianmu kepadaku. Tapi aku tidak peduli
lagi. Aku harus bicara dengan Kei, lebih tepatnya… Kimura Kei”
“sebenarnya
apa tujuanmu setelah Kei mengetahui semuanya?”
“tidak
ada tujuan apapun. Aku sudah senang jika Kei sudah mengetahui yang sebenarnya.
Aku tak peduli apa reaksinya. Dia akan menentangku ataupun menerimaku, itu
terserah dia. Aku sudah cukup senang bisa bertemu dengannya”
“aku
tak bisa mencegahmu. Tapi aku hanya bisa mengingatkanmu. Yasuo bisa melakukan
apapun untuk menyingkirkanmu. Kei anak kesayangannya. Anak yang dipersiapkan
untuk mewarisi semua asetnya dan juga penerus keluarga Yamada”
“sebaiknya
kau juga pergi secepatnya dari sini, Ryuu. Sebelum anak buah kakakmu itu
mengetahui keberadaan kita. Dia juga tak segan-segan untuk membuat perhitungan
denganmu jika ia melihatmu bersamaku disini, tak peduli bahwa kau adalah
adiknya”
Kimura
berdiri dan membuka pintu rumahnya.
“pergilah”
Ryuu
berdiri dan melangkah ke pintu,“tinggalkan Amerika secepatnya”
Kimura
hanya diam. Ryuu melangkah menuju mobilnya dan meninggalkan tempat itu menuju
Manhattan. Di saat yang bersamaan, seorang pria juga segera masuk ke mobilnya
dan mengikuti mobil Ryuu.
“aku
ingin Kimura Takeo angkat kaki dari sini. Aku tak mau ia ada di sekitarku.
Apalagi ada di dekat Kei-chan. Aku tak mau ia merusak rencana yang dengan sudah
susah payah kubangun. Aku ingin Kei yang meneruskan tradisi keluarga besar
Yamada”
“kalau
itu keinginanmu, Yamada-san”
“aku
tak mau Kei tahu tentang hal ini”
“lalu,
apa yang harus kami lakukan terhadap Ryuu”
“huh,
biarkan saja dia! Biarkan dia berpikir kalau aku tidak tahu apa-apa tentang
pertemuannya dengan Kimura Takeo. Sekarang, pergilah!”
Pria
itu segera meninggalkan Yamada Yasuo seorang diri.
Emily
menunggu Yamada Kei yang sedang memimpin rapat di perusahaan lain. Ada
pertemuan antar perusahaan yang membahas berbagai hal. Beberapa kali Emily
melihat ke jam tangannya. Malam semakin larut. Karena sebenarnya ia sudah ada
janji dengan Ryunosuke. Ponselnya berbunyi sewaktu ada break-time.
“Emily,
kau tidak lupa dengan janjimu, kan?”
“maafkan
aku, Ryunosuke. Aku membatalkan janjiku lagi. Rapatnya belum selesai juga”
“baiklah,
tidak apa-apa”
“aku
tidak enak hati kepadamu”
“jangan
terlalu kau pikirkan. Aku mendukungmu. Ini demi karirmu juga, kan? Ini
konsekuensi yang harus diambil. Apalagi kau sudah diangkat menjadi karyawan
tetap dan secara resmi sudah menggantikan posisi Ms. Andrews. Kau harus ikut
kemana pun Yamada Kei pergi dalam urusan bisnis”
“ehm…
yah, trimakasih, Ryunosuke”
“I
love you, Emily”
Setelah
mematikan ponselnya, Emily duduk. Ia menghabiskan minumannya yang tinggal
sedikit.
“hai”
“eh…
hai”
Yamada
duduk di dekatnya.
“kau
ada janji dengan kekasihmu itu, ya?”
“sebenarnya…
iya. Tapi aku sudah menjelaskan kepadanya dan ia paham”
“ia
orang yang baik, pekerjaannya juga bagus. Mungkin malam ini sampai agak larut.
Aku nanti akan mengantarmu pulang”
“tidak
perlu”
“AKU
nanti yang akan mengantarmu pulang, Ms. Grey. Aku tak mau terjadi apa-apa
denganmu. Malam selarut itu sudah tidak ada kendaraan umum juga”
“ya.
Trimakasih, Yamada”
“sekarang
aku akan masuk dulu. Sepertinya rapat akan di mulai lagi”
Emily
mengikuti Yamada memasuki ruang rapat. Beberapa kali Emily diam-diam menguap.
Ngantuk dan lelah setelah seharian bekerja. Menjelang hampir tengah malam,
rapat itu usai. Emily membereskan beberapa kertas-kertas yang ada di hadapannya
dan memasukkannya ke map.
“bisa
kita pulang sekarang, Ms. Grey?”
“ya,
tunggu sebentar”
Setelah
memasukkan kertas-kertas itu ke map, ia mencari sesuatu di dalam tasnya.
“apa
yang kau cari, Ms. Grey?”
“aku
mencari kunci rumahku. Sepertinya sudah kumasukkan kesini”
“apa
mungkin tertinggal di kantor?”
“entahlah.
Atau… terjatuh di suatu tempat?”
“kita
kembali lagi ke kantor. Siapa tahu memang terjatuh atau tertinggal di meja
kerjamu”
“maaf,
telah merepotkanmu”
“ayolah”
Sebuah
mobil berhenti di lobi. Yamada dan Emily segera masuk ke dalamnya.
“kita
ke kantor dulu. Ada barang Ms. Grey yang tertinggal disana”
“baik,
Tuan”
Mobil
segera kembali ke Manhattan. Setelah tiba di lobi kantor, buru-buru Emily
turun.
“perlu
aku temani, Ms. Grey?”
“tidak
perlu, trimakasih”
Emily
memasuki lobi yang sudah mulai sepi itu. Hanya ada beberapa penjaga yang
berjaga. Hampir semua lampu sudah dimatikan. Ia hanya berdiri di depan lift
seorang diri. Mencoba mencari penjaga yang baru saja dilihatnya. Dengan maksud
agar ia diantar ke lantai paling atas. Tapi ia tidak menemukannya. Ia segera
menuju mobil Kei lagi.
“mengapa
cepat sekali? Apakah sudah ketemu?”
“ehm…
i-itu… aku takut untuk naik ke lantai paling atas. Aku…”
Yamada
Kei segera keluar dari mobilnya.
“ayo,
aku temani”
Mereka
berdua kembali masuk ke lobi dan masuk ke lift yang akan membawa mereka ke
lantai paling atas. Mereka hanya saling diam. Setelah pintu lift terbuka,
buru-buru Emily menuju meja kerjanya. Mengobrak-abrik mejanya. Namun, ia tidak
juga menemukan kunci rumahnya.
“hhh…
sepertinya aku harus tidur diluar”
“kau
bisa mencoba mencarinya di kantorku”
“mana
mungkin ada disana?”
“kita
tidak tahu apa yang akan terjadi, kan? Siapa tahu secara tak sengaja kau
membawanya masuk dan terjatuh disana. Apa salahnya mencoba”
Emily
segera masuk ke kantor Kei. Gelap. Ia menyalakan beberapa lampu. Yamada hanya
menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil bersandar di meja kerja Emily.
Sedangkan Emily masih mencari-cari kemana-mana. Lalu ia jongkok di bawah meja
kerja Kei. Ternyata kunci itu ada disana.
“hhh…
akhirnya ketemu juga. Tapi, bagaimana bisa kunci ini ada disini? Yah, mungkin
Yamada benar. Tak sengaja aku membawanya kesini dan terjatuh”
“bagaimana?
Apakah sudah ketemu?”
“tentu
saja, ini…”
Emily
membalikkan badannya dan tak sengaja menabrak Kei hingga ia ada di pelukan Kei.
“m-maaf…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar