Kamis, 02 Juli 2015

MY SAKURA (bagian 4)



Setelah tahu siapa sebenarnya Kei, Emily sudah tidak pernah lagi membuntutinya. Ia pun lebih menjaga jarak dan sebisa mungkin untuk tidak berkomunikasi dengannya. Ia lebih tekun belajar untuk menghadapi ujian akhir sekolah yang tinggal beberapa hari lagi.
Seperti siang itu, ia sendirian pergi ke perpustakaan. Mengambil buku yang diperlukan dan mencari meja yang masih kosong. Tapi karena banyaknya siswa tingkat akhir yang belajar di perpustakaan sekolah, ia tidak juga menemukannya. Di salah satu sudut ruangan ada bangku yang kosong. Senyumnya terkembang dan berjalan menuju bangku itu. Tapi langkahnya terhenti begitu mengetahui Yamada Kei juga duduk disitu. Yamada Kei berhenti membaca dan menatap Emily.
“mmm… kalau bangku yang ada di depanmu itu masih kosong, bolehkah aku duduk disitu?”
“ya, tentu saja,” ucap Kei singkat dan tenggelam lagi dengan bacaannya.
Emily segera duduk di hadapan Kei. Ia juga sibuk dengan bukunya.

Ujian sekolah sudah tiba. Ujian diadakan di aula sekolah yang luas. Banyak pengawas yang mengawasi para murid yang serius mengerjakan soal-soal ujian. Ujian berlangsung selama beberapa hari. Dan tibalah hari pengumuman kelulusan sekolah. Semua bersorak-sorai bergembira karena semua siswa tingkat akhir lulus semua. Dan sudah bisa diprediksi, Yamada Kei-lah yang menjadi juara umum dengan nilai yang mendekati sempurna.
Setelah melihat ke papan pengumuman, Yamada Kei segera menuju mobilnya dan meninggalkan sekolahnya. Ia tidak tertarik untuk ikut bersenang-senang dengan teman-temannya di sekolah. Ia mengarahkan mobilnya ke kantornya lagi. Hari itu ia tidak ditemani sopirnya.
Setelah memparkir mobilnya, ia buru-buru pergi ke ruangannya yang ada di lantai paling atas.
“ikut aku ke ruanganku, Ms. Andrews”
Kei mengambil barang-barang yang ia perlukan.
“bagaimana dengan tiketku, Ms. Andrews?”
“penerbangan yang terdekat hanya nanti malam. Ini sudah kusiapkan tiketnya dan beberapa dokumen yang diperlukan. Anda tinggal berangkat saja. Penerbangannya jam 8 malam nanti”
“trimakasih, Ms. Andrews. Kau boleh pergi. Oya, kalau ada apa-apa, kau bisa menghubungi Mr. Malkovich. Aku sudah mendelegasikan semua pekerjaan kepadanya”
Setelah sekretarisnya keluar, Kei kembali sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya. Ia membuka lacinya. Tangannya terhenti begitu ia melihat fotonya sewaktu kecil dengan teman-teman sekelasnya dulu. Mengamatinya, dan buru-buru memasukkan foto itu ke dalam tasnya juga.
Setelah semuanya selesai, ia segera meninggalkan ruangannya dan pulang ke rumahnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“iya, pa”
“hai, Kei-chan. Aku dengar hari ini pengumuman kelulusan di sekolahmu. Bagaimana hasilnya?”
“papa tidak perlu khawatir. Aku tidak hanya lulus. Tapi aku menjadi juara umum di sekolah dengan nilai yang mendekati sempurna”
“that’s my boy! Oya, kau sudah mendapatkan tiketnya?”
“ya, penerbanganku nanti malam jam 8”
“aku menantimu disini. Berapa lama rencanamu tinggal?”
“hanya beberapa hari saja. Aku hanya ingin bertemu Oji-san. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya”
“mengapa hanya beberapa hari?”
“di sekolah akan diadakan outbond. Semua siswa harus ikut, pa. Sebenarnya kalau boleh tidak ikut, aku lebih memilih tinggal di Jepang daripada mengikuti kegiatan itu. Pastinya membosankan!”
“baiklah, aku dan Ryuu akan menunggumu disini”
“thanx, pa”
Kei menyiapkan baju-bajunya yang akan dibawa ke Jepang dan memasukkannya ke dalam kopor beserta beberapa dokumen yang dipesan ayahnya. Ia kembali memandangi foto usang itu lalu pergi ke ruang keluarga yang besar yang juga ada di lantai 2. Memasukkannya ke pigura dan memajangnya di atas perapian.

Di sebuah kafe yang ada di salah satu mall di Tokyo…
“kau tahu, Oji-san. Aku sangat merindukanmu. Aku kesini hanya ingin bertemu denganmu. Sudah setahun kita tidak bertemu”
“kau sudah besar, Kei-kun. Tidak selamanya aku akan ada di sampingmu. Bagaimana kabarmu disana?”
“baik, bagaimana denganmu?”
“seperti yang kau lihat. Aku masih seperti yang dulu, kan?”
Kei hanya tersenyum.
“aku dengar dari Yasuo, kau jadi juara umum di sekolahmu sana plus dengan nilai yang mendekati sempurna. Aku sangat bangga kepadamu, Kei-kun”
“trimakasih, Oji-san”
“aku juga mendengar kalau kau kesana karena mencari Emily”
“apakah berita itu juga dari papa?”
“tentu saja. Mengapa kau tiba-tiba ingin mencarinya? Setelah sekian tahun kalian berpisah”
Kei hanya menunduk dan mengamati kopinya yang tinggal setengah cangkir.
“apakah… kau mencintainya? Maaf kalau pertanyaanku ‘to the point’”
Kei langsung menatap Yamada Ryuu, pamannya.
“aku belum bisa menjawabnya”
“ya, kau mencintainya. Karena kalau kau tidak suka kepadanya, kau akan dengan tegas langsung bilang: tidak. Apakah aku benar, Kei-kun?”
“sudahlah, Oji-san. Kalaupun benar aku menyukainya, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, kan? Aku harus mengikuti tradisi keluarga Yamada. Seperti halnya kau menikah dengan bibi Akemi”
“kau menyerah?”
“bukan bermaksud seperti itu. Tapi lebih kepada hormatku kepada keluarga besar Yamada. Kau pasti tahu maksudku. Karena kau juga telah mengorbankan kebahagiaanmu sendiri untuk kebahagiaan mereka”
“aku sayang padamu, Kei-kun. Aku tidak mau kau sepertiku. Kau tidak boleh menyerah. Kalau kau mencintainya, perjuangkanlah!”
“entahlah… aku belum berpikiran sejauh itu. Saat ini aku baru fokus untuk mengurus pekerjaan disana. Aku belum mencari kampus yang menurutku bagus dan aku juga harus meneruskan sekolahku. Banyak yang aku pikirkan dan kerjakan. Aku sudah bisa bertemu dengannya saja aku sudah senang”
“bagaimana reaksinya sewaktu bertemu denganmu kembali?”
“aku tidak berterus terang kepadanya kalau aku adalah temannya sewaktu kecil. Tapi sepertinya dia sudah mulai curiga”
“mengapa kau menyembunyikan identitasmu?”
“aku tidak tahu, Oji-san. Tapi suatu saat nanti aku pasti akan memberitahunya. Oya, bagaimana perusahaan yang disini?”
“sudah bisa dibilang semakin maju. Sewaktu kakek mundur dari jabatannya dan menghendaki aku yang menggantikannya, aku sebenarnya tidak tertarik. Aku tidak tertarik dengan dunia bisnis. Tapi, siapa lagi yang akan meneruskannya? Yasuo sudah memegang perusahaan yang di Manhattan, Akemi menjalankan bisnis papanya. Dan kau otomatis akan menggantikan posisi Yasuo di Manhattan. Itu artinya aku akan menjadi bawahanmu, Kei-kun”
“tapi kau yang lebih berpengalaman, Oji-san. Aku pasti akan dengan senang hati menerima masukan darimu”
Ponsel Ryuu berbunyi.
“tunggu sebentar. Iya, pa”
“apakah hari ini kau sibuk dengan pekerjaanmu?”
“tidak, aku baru makan siang dengan Kei-kun. Ada apa?”
“aku ingin makan malam dengan kalian. Sudah lama sekali kita tidak makan malam bersama semenjak Kei-kun pergi. Ajak juga istrimu kemari”
“baik, pa. Kami nanti pasti akan kesana. Bye”
 “ada apa, Oji-san?”
“nanti malam kakek ingin kita ke rumahnya untuk makan malam bersama. Sepertinya dia merindukanmu”
Kei hanya tersenyum.
“apakah kau masih sering ke rumah Sato, Oji-san?”
“pekerjaanku semakin banyak. Aku sudah tidak sempat kesana lagi. Ada apa?”
“bagaimana kalau nanti sore kita mampir kesana sebelum kita ke rumah kakek. Aku sudah lama tidak kesana. Aku juga ingin bertarung denganmu, Oji-san. Aku pasti sudah bisa mengalahkanmu sekarang”
“oya? Aku terima tantanganmu, Kei-kun. Dan sekarang, kita kembali ke kantorku dulu. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan”
“baiklah”
Setelah menyelesaikan makan siang mereka, mereka kembali ke kantor Yamada Ryuu. Kei duduk di samping Ryuu yang sedang menyetir.
Tak lama kemudian, mereka sudah berada di ruangan kantor Ryuu yang juga besar.
“bagus sekali tempat ini, Oji-san”
Kei mendekati piano besar yang ada di sudut ruangan.
“tapi mengapa ada piano disini?”
“kalau aku sedang suntuk dengan pekerjaan, aku terkadang memainkannya”
Ryuu menelpon sekretarisnya agar segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk rapat siang itu.
“aku harus rapat dulu di ruangan sebelah. Kau bisa menantiku disini. Aku tidak akan lama”
“ya, tentu saja”
Ryuu meninggalkan Kei sendirian di ruangan itu. Ia hanya melihat-lihat dalam kantor itu. Karena bosan, ia pun keluar turun ke lobi dan hanya duduk-duduk disana.
“Kei-chan!”
“papa? Papa disini juga?”
“ya, aku mau bertemu Ryuu”
“mereka sedang ada rapat, pa. Rapatnya baru saja dimulai”
“aku kemari memang untuk mengikuti rapat itu mewakili kakekmu. Itulah mengapa aku menyuruhmu membawa beberapa dokumen ini kemarin”
“kalau begitu, sebaiknya papa cepat kesana kalau tidak ingin tertinggal”
“ya, kau benar. Aku pergi dulu”
Kei kembali duduk di kursinya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“ya, Mr. Malkovich”
“maaf kalau aku harus mengganggu liburanmu, Mr. Yamada”
“ada apa?”
“ada seorang rekan bisnis yang kemarin rapat dengan kita. Sepertinya dia tertarik dengan presentasi kita dan dia ingin berinvestasi disini. Dia bersikeras ingin bertemu langsung denganmu 2 hari lagi. Aku sudah berusaha menjelaskan kepadanya tentang posisimu bahwa…”
“… aku akan kesana”
“tapi, bukankah liburanmu di Jepang…”
“… aku akan kesana, Mr. Malkovich”
“mmm…. baiklah. Akan kusampaikan kepadanya. Thank you, sir”
Setelah selesai rapat, Ryuu dan Kei menuju rumah Sato. Yasuo pun turut serta. Tak berapa lama, mereka sudah sampai di rumah Sato. Seperti biasa, arena di belakang rumah sangat ramai dengan murid-murid Sato yang sedang berlatih.
“mimpi apa aku semalam? Semua keluarga Yamada menyempatkan diri datang kesini”
“sudah lama kami tak kemari. Kebetulan juga Kei-chan liburan disini. Apa kabar, Sato?”
“baik. Bagaimana kabar kalian?”
“kami juga baik-baik saja”
“ya, tiba-tiba saja Kei-kun mengajak datang kesini. Katanya dia ingin mengalahkanku”
“apa itu benar, Kei-kun? Sepertinya setahun yang lalu kau masih saja kalah menghadapi pamanmu ini”
“kali ini aku akan bisa mengalahkannya. Kita lihat saja nanti. Walau aku jauh dari kalian selama setahun ini, aku masih tetap berlatih disana”
“oke, we’ll see,” ucap Ryuu.
Sato dan Yasuo hanya duduk-duduk di tepi arena. Sedangkan Ryuu dan Kei sudah siap di tengah arena dengan pedang mereka masing-masing. Mereka pun sudah mengganti pakaian mereka.
“kau harus berhati-hati, Oji-san. Kali ini kau pasti kalah”
“aku akan memberimu kehormatan untuk menyerangku terlebih dahulu, Kei-kun”
“kalau itu maumu”
 
Yamada Kei

 Sato, Yasuo dan murid-murid Sato hanya melihat pertarungan itu. Nampak Yasuo sangat kagum dengan Kei. Ryuu sampai kewalahan menghadapi serangan Kei yang datang bertubi-tubi. Beberapa kali ia terdesak mundur dan hanya bisa menghindari serangan Kei.
“kau seharusnya bangga dengan Kei-kun, Yasuo”
“ya, aku bangga sekali dengannya. Aku harus berterimakasih kepadamu”
“itu juga karena dia berbakat sekali. Aku tidak terlalu sulit untuk mengajarinya”
“aku ingin dia menjadi anak yang tangguh sebelum semua asetku kuberikan kepadanya”
“kau yakin akan memberikan semua kekayaanmu untuknya? Bukankah…”
“… jangan menyinggung masalah itu lagi, Sato! Kei anakku satu-satunya. Dia yang berhak menyandang nama Yamada dan mewarisi semua kekayaanku! Tidak ada seorang pun yang boleh mengubahnya”
“aku mengerti. Sangat mengerti sekali, Yasuo”
“begitu Kei menikah dengan putri Tanaka, aku akan menyerahkan setengah dari kekayaanku dulu”
“Tanaka? Maksudmu?”
“aku akan menjodohkannya dengan putri keluarga Tanaka”
“apakah kau sudah memberitahunya?”
“belum, kenapa?”
“e-tidak… tidak ada apa-apa”
Ryuu terlempar dengan keras. Buru-buru Kei melompat tinggi dengan pedang yang terayun ke arah Ryuu. Beruntung Ryuu dengan cepat menghindar hingga pedang Kei hanya menancap di lantai kayu itu. Kei mencabut pedangnya dan menyerang Ryuu lagi dengan gencarnya.
“Kei mengalami banyak kemajuan. Lihatlah, Ryuu sampai kewalahan menghadapi Kei. Tidak biasanya Ryuu terdesak seperti itu”
Sato berdiri.
“bagaimana? Apakah kau akan menyerah sekarang, Oji-san?”
“tidak secepat itu, Kei-kun”
Mereka kembali bertempur. Suara denting pedang yang beradu semakin membuat suasana semakin seru. Kei menyerang Ryuu dengan cepat, dan secepat itu pula pedang Ryuu tiba-tiba terlempar ke udara. Ryuu melompat bermaksud untuk menangkap pedangnya. Namun, Kei sudah terlebih dahulu menangkapnya dan dengan cepat mengarahkan pedangnya ke leher Ryuu hingga Ryuu terjatuh di lantai. Ryuu mengangkat kedua tangannya.
“apakah itu berarti kau menyerah kepadaku kali ini, Oji-san?”
“perkembanganmu pesat sekali, Kei-kun. Ya, aku mengakui kehebatanmu. Kau bisa mengalahkanku kali ini”
Kei hanya tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Ryuu berdiri. Mereka kemudian memberi hormat kepada Sato. Sato bertepuk tangan.
“hebat. Hebat sekali kau, Kei-kun. Disini tidak ada yang pernah bisa mengalahkan Ryuu”
“Oji-san menjadi tolak ukurku. Kalau aku sudah bisa mengalahkannya, itu berarti kemampuanku sudah meningkat. Thanx, Oji-san”
“kau semakin membuatku bangga, Kei-kun”

Kei menginap di rumah kakeknya. Saat itu ia sedang ada di meja makannya sedang menghabiskan kopinya yang sudah dingin ketika kakeknya memanggilnya.
“ada apa, kek?”
Yamada Kazuhiko duduk di depan Kei.
“tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu sebelum kau kembali lagi ke Amerika”
Kei membuatkan secangkir kopi hangat untuk kakeknya lalu duduk kembali.
“ya, terpaksa aku harus kembali lebih cepat. Mr. Malkovich menelponku karena ada rekan bisnis yang ingin bertemu langsung denganku. Dia tidak mau diwakilkan”
“kau tidak harus melakukan ini semua”
“tidak apa-apa. Ini sudah menjadi rutinitasku. Bukankah aku harus membiasakan diri dengan rutinitas seperti ini? Ini kulakukan juga demi kemajuan perusahaan disana”
“kau masih kecil, Kei”
“ya, itulah kenapa semua keputusan tetap ada di tangan papa. Aku hanya menjalankannya saja. Kapan kakek akan berkunjung kembali kesana?”
“entahlah, kalau keadaanku sudah membaik aku pasti kesana. Aku sudah tua, Kei. Tidak sekuat dulu lagi. Kalau aku ingin bertemu denganmu, aku akan menelponmu agar kau saja yang kesini”
“siap, kek!”
“oya, besok kau akan kembali ke Amerika dengan ditemani oleh Tanaka Harumi”
“siapa dia? Baru sekali ini aku mendengar namanya”
“dia cucu temanku. Dia juga akan meneruskan kuliahnya di Amerika. Dia tidak ada teman disana. Jadi kuharap kau bisa menemaninya”
“dia tidak akan tinggal denganku, kan?”
“selama dia belum menemukan tempat untuk tinggal, dia bisa tinggal denganmu. Jadi, bantulah ia untuk mencari apartemen disana”
“kakek tak perlu khawatir. Pasti aku akan membantunya”
Kei menggenggam tangan kakeknya sambil tersenyum.

Sewaktu di bandara…
“Kei-chan, kenalkan. Ini Tanaka Harumi. Tanaka Harumi, ini anakku yang akan menemanimu disana”
Mereka saling member hormat.
“dimana ayahmu?”
“papa sangat sibuk sehingga tidak bisa mengantarku ke bandara”
“kalau tahu seperti itu kami tadi menjemputmu terlebih dahulu”
“tidak apa-apa”
“masuklah sekarang. Tentu kalian tidak ingin ketinggalan pesawat, bukan?”
“ya, tentu. Kami pergi dulu, pa”
“hati-hati. Tidak lama lagi aku pasti menyusulmu”
Yamada Kei dan Tanaka Harumi segera masuk untk segera menuju Amerika. Mereka duduk berdampingan. Tapi karena Kei lebih banyak tenggelam dengan bukunya, Harumi pun tak berani mengusiknya.

Sopir Yamada Kei menjemput mereka di John F. Kennedy International Airport, New York. Mereka naik Japan Airlines yang direct. Dari Narita jam 18:15 waktu Jepang dan sampai di New York jam 18:20 waktu setempat, dengan harga 65 juta/pax!

John F. Kennedy International Airport, New York

“tolong langsung antar aku ke kantor”
“apakah anda tidak ingin beristirahat dulu?”
“aku sudah ditunggu klienku. Setelah itu antarkan Ms. Tanaka ke rumah. Apakah kamarnya sudah disiapkan?”
“semua sudah siap”
“thanx”
“maaf telah merepotkan”
“tidak apa-apa. Setelah urusanku selesai, kita cari apartemen untukmu”
“trimakasih”
Mobil segera melaju di jalanan yang padat menuju Manhattan. Mereka menuju kantor Kei yang ada di daerah Upper East Side, dekat dengan Central Park. Lampu-lampu kota sudah menyala berkerlap-kerlip.
Setelah sampai, bergegas Yamada Kei turun dari mobil dan segera masuk ke kantornya.
“ikut ke ruanganku, Ms. Andrews”
Dengan terburu-buru Ms. Andrews mengikuti langkah kaki Kei yang cepat menuju ruangannya. Tak lupa ia membawa beberapa berkas yang diperlukan. Mereka segera duduk berhadapan di meja Kei.
“apakah mereka sudah menunggu?”
“ya, mereka menunggu di The Mark”
“masih ada waktu. Apakah semuanya sudah siap?”
“tentu saja. Sopir kita sudah menunggu di lobi. Masih ada waktu 40 menit, apakah anda ingin beristirahat sebentar?”
Yamada Kei menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Nampak lelah dan kusut.
“hhh… ya. Tolong minta John untuk membuatkan kopi untukku, Ms. Andrews”
“yes, sir”
Ms. Andrews segera meninggalkan Kei dan tak lama kemudian John sudah datang mengantar kopi pesanan Kei.
“thanx, John”
Setelah menyeruput sedikit kopinya, Kei menyalakan komputernya. Memeriksa beberapa laporan yang dibuat Ms. Andrews, sekretarisnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“hallo”
“kau sudah sampai, Kei-chan?”
“iya, pa. Aku sedang bersiap-siap menuju The Mark. Mereka menantiku disana”
“apakah kau tidak kecapaian?”
“setelah ini aku akan langsung pulang, pa”
“baiklah, jaga kesehatanmu”
“iya, pa. Trimakasih”
Setelah istirahat sejenak sambil menghabiskan sisa kopinya, Yamada Kei segera membasuh wajahnya di toilet. Menyambar jasnya dan keluar.
“bisa kita berangkat sekarang, Ms. Andrews?”
“sure”
Dengan diantar sopir perusahaan, mereka menuju The Mark. Sebuah hotel berbintang lima yang juga berada di kawasan Upper East Side yang dominan berwarna hitam putih bergaris-garis.

The Mark Hotel
Di lobi The Mark Hotel, mereka sudah di tunggu. Yamada Kei menatap salah seorang pria yang ada di hadapannya.
“Mr. Grey?”
“oh… anda mengenal saya?”
“ehm… Ms. Andrews tadi yang bercerita kepadaku tentang anda”
Ms. Andrews yang tidak tahu apa-apa hanya bengong. Buru-buru Yamada Kei mengalihkan pembicaraan.
“dimana Mr. Williams?”
“beliau sudah menanti anda di dalam. Silahkan masuk”
“thanx, Mr. Grey”
Mereka menyewa sebuah ruangan di hotel itu. Terlihat Mr. Williams dan beberapa orang sudah menanti.
“akhirnya kau bisa datang juga, Mr. Yamada”
“tentu saja aku pasti datang”
“maaf kalau aku mengganggu jadwal liburanmu ke Jepang”
“tidak apa-apa”
“jam berapa pesawat anda tadi landing?”
“baru beberapa saat yang lalu dan aku langsung kesini”
“oh, maafkan aku sekali lagi. Itu karena aku tidak mau diwakilkan oleh siapa pun. Aku ingin bertemu langsung denganmu. Aku terkesan dengan presentasimu beberapa waktu yang lalu. Aku tertarik sekali”
“thank you, Mr. Williams”
“kau hebat, Mr. Yamada. Dan aku yakin, suatu saat kau akan bisa melampaui kesuksesan ayahmu yang sekarang ini”
“disini aku hanya mewakili ayahku. Untuk segala keputusan, tetap ayahku yang bertanggung jawab”
“tapi itu tidak membuatku terpengaruh. Aku tetap terkesan denganmu”

Tanaka Harumi beristirahat di kamarnya yang juga ada di lantai 2. Setelah membersihkan badannya, ia segera membaringkan tubuhnya di ranjangnya yang besar. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata seorang pelayan membawakan minuman hangat untuknya.
“trimakasih. Eh… tunggu sebentar. Aku mau bertanya kepadamu”
“ya”
“apakah rumah sebesar ini hanya Yamada Kei saja yang tinggal?”
“ya, benar. Terkadang Tuan Yamada juga menginap disini kalau kebetulan sedang kemari”
“oh-ya, trimakasih. Kau boleh pergi”

Emily dan ibunya sedang duduk berdua melihat acara TV.
“ma, kenapa papa pulangnya lama sekali?”
“kenapa?”
“tidak ada apa-apa. Hanya saja, bukankah seharusnya sudah sejak tadi papa pulang?”
“tadi sebelum berangkat kerja, papamu sudah bilang kalau nanti pulang larut malam karena ada meeting dengan atasanya”
Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.
“itu mungkin papa, ma”
Ayah Emily nampak memasuki rumah, sedangkan mamanya membuatkan minuman hangat untuk suaminya.
“baru saja kami membicarakan papa”
“membicarakan apa?”
“kenapa papa pulang sampai selarut ini?”
“oh, itu… tadi boss papa ada meeting di Mark Hotel. Ada pertemuan penting dengan pemilik perusahaan Yamada”
“Yamada?!”
Emily tersedak karena waktu itu ia sedang memakan kue buatan ibunya.
“berhati-hatilah kalau kau sedang makan, Emily! Atau ada yang kamu pikirkan?”
“tidak, ma”
Dengan masih terbatuk-batuk, Emily mengambil minuman di dapur dan segera duduk di samping papanya lagi.
“perusahaan Yamada itu perusahaan yang besar, apakah betul seperti itu?”
“ya, tentu saja. Karena boss papa tertarik dengan presentasi mereka, maka boss papa berinvestasi dalam jumlah yang besar disana. Aku begitu kagum dengan pimpinan mereka. Masih sangat muda, kira-kira baru seusiamu”
“benarkah itu, pa?”
“dan anehnya, aku belum pernah bertatap muka dengannya tapi sewaktu pertama kali kami bertemu dia langsung memanggil namaku”
“siapa nama pimpinan mereka yang bertemu papa?”
“Yamada Kei”
“what?!”
“sejak tadi kau selalu terkejut saja. Seperti baru mendengar pertama kalinya saja papa bercerita tentang pekerjaan papa”
“oh… ti-tidak, pa”
“aku hanya heran. Apa dia tidak lelah? Padahal pesawatnya baru saja landing. Tanpa istirahat dia langsung bertemu kami. Aku yakin dia pasti akan jadi orang sukses di masa depannya”
“memangnya dia dari mana?”
“dia baru saja tiba dari Jepang”
“ooo… makanya beberapa hari ini dia tidak masuk sekolah”
“siapa yang tidak masuk sekolah?”
“oh-ehm… m-maksudku Anna. Ma, pa, aku permisi dulu. Aku akan tidur sekarang. Good night!”
Dengan berlari Emily segera naik ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya.
“Yamada, Yamada Kei? Pantas saja beberapa hari ini dia tidak masuk sekolah. Ternyata kau pulang ke Jepang. Hhh… untung ayah tidak tahu kalau aku ternyata satu kelas dengan Yamada Kei”

Paginya di kelas…
“kau serius, Emily?”
“tentu saja. Semalam boss papaku dan papaku ada meeting dengan Yamada. Mereka berinvestasi dengan jumlah yang lumayan besar di perusahaan Yamada karena mereka tertarik dengan presentasi Yamada. Ckckck…”
“kalau dia sudah bisa bekerja, mengapa harus sekolah lagi? Dengar-dengar dia akan meneruskan ke Columbia University”
“oya? Dengar dari siapa kamu?”
“aku tidak tahu siapa yang menyebarkannya. Tapi banyak yang bilang seperti itu. Kamu mau meneruskan sekolah dimana, Emily?”
“entahlah, aku belum punya pandangan apapun. Kalau kamu?”
“impianku bisa masuk Yale. Hhh… tapi sepertinya berat sekali”
“bukankah nilaimu juga bagus? Hanya terpaut sedikit dengan Yamada”
“we’ll see”
Anna dan Emily segera terdiam begitu mereka tahu Yamada Kei masuk kelas dan duduk di bangku paling belakang. Setelah itu, barulah Mrs. Andersson masuk kelas dan berdiri di depan kelas menyapa murid-muridnya.
“selamat pagi…”
Murid-murid yang tadinya ramai mulai menghentikan aktifitasnya.
“selamat pagi, Mrs. Andersson”
“seperti yang sudah kita ketahui. Sudah beberapa hari ini kita sudah tidak ada pelajaran karena kalian sudah ujian dan juga sudah mengetahui nilai ujian kalian masing-masing. Hari ini aku hanya ingin menyampaikan sebuah pengumuman tentang outbond yang akan kita lakukan sekaligus sebagai perpisahan kalian”
Seisi kelas pun gaduh. Mereka sudah tidak sabar untuk melakukan outbond, kecuali Kei tentunya.
“kegiatan ini akan kita lakukan besok pagi selama 2 hari. Harap kalian membawa keperluan pribadi kalian masing-masing. Dan jangan lupa, kita berkumpul di sekolah besok pagi jam 8. Kita akan berangkat bersama-sama kesana”
“dimana kita akan melakukan outbond, Mrs. Andersson?”
“di South Mountain Reservation. Kita bisa berkemah di Rahway River. Ada apa, Yamada?”
“apa tidak terlalu jauh? Bukankah itu sudah masuk wilayah New Jersey?”
“itu hanya 1-2 jam dari sini, Yamada. Itulah kenapa kita kesana selama 2 hari. Ada pertanyaan yang lainnya?”
“apakah bisa dijelaskan secara rinci acara kita disana nantinya?”
“itu menjadi kejutan untuk kalian disana. Paham, Ms. Carter? Ada lagi?”
“apakah hanya itu saja acara perpisahannya?”
“tidak hanya itu saja. Ada acara yang lainnya. Tapi itu akan diumumkan setibanya kita disana. Sekarang kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi, kalian boleh berkemas untuk menyiapkan keperluan untuk kita berangkat besok pagi”
Murid-murid pun berhamburan keluar dari kelas. Yamada mendekati Mrs. Andersson.
“ada apa lagi, Yamada?”
“apakah acara ini wajib? Mmm… maksudku, kalau tidak wajib aku ingin mengundurkan diri dari acara ini”
“sayangnya ini acara wajib. Kau HARUS datang ke acara ini. Setiap tahun acara ini diadakan untuk perpisahan. Apakah kau sudah paham?”
“paham sekali, Mrs. Andersson. Thank you”
Yamada segera mengendarai mobilnya seorang diri menuju rumahnya. Ia mendapati Tanaka ada di ruang tengah.
“kau sudah pulang, Yamada? Mengapa cepat sekali?”
“hanya pengumuman biasa. Bagaimana kalau kita sekarang mencari apartemen untukmu? Aku sedang tidak ada acara apa-apa hari ini. Aku sepertinya tahu apartemen yang bagus dan aman. Maksudku… kalau kau tidak capek tentu saja”
“boleh, sekalian aku bisa melihat-lihat kota ini. Ini pertama kalinya aku ke Amerika. Baiklah, aku akan bersiap-siap dulu”
Sebentar saja mereka sudah ada di jalanan kota yang ramai.
“kau sendiri tidak capek?”
“aku sudah terbiasa seperti ini”
“maaf telah merepotkanmu”
“tidak apa-apa. Aku punya beberapa opsi apartemen untukmu. Nanti kau bisa memilih mana yang menurutmu nyaman, oke?”
“baiklah”
Yamada Kei memperlihatkan beberapa apartemen untuk Tanaka Harumi, setelah itu mereka makan siang bersama.
“Yamada, sekali lagi trimakasih. Kau sudah banyak membantuku disini”
“keluargaku dan orangtuamu mempercayakan kau kepadaku selama kau disini. Aku tak mau mengecewakan mereka. Bagaimana? Apartemen mana yang akan kau pilih?”
“aku belum bisa memutuskan. Aku bingung. Semua bagus-bagus”
“kalau sudah ada keputusan, kau bisa memberitahuku”
“tentu. Oya, apakah besok kau akan ke kantor?”
“sebenarnya aku memang harus ke kantor. Ada beberapa hal yang ingin kubahas dengan Mr. Malkovich. Tapi sepertinya tidak bisa. Aku harus pergi karena ada acara di sekolah sekitar 2 hari. Kalau kau ingin jalan-jalan, kau bisa menyuruh sopir untuk menemanimu”
“sebenarnya… disini hanya kamu yang kukenal. Jadi, mending aku menunggu sampai acara sekolahmu selesai. Bukankah kita juga akan bersama-sama mencari kampus yang bagus?”
“iya, aku sudah punya pandangan kemana aku ingin melanjutkan sekolahku. Aku ingin meneruskan ke Columbia University. Apakah kau juga mau mencoba kesana?”
“tak masalah. Oya, bukankah kau harus menyiapkan segala sesuatunya untuk besok?”
“apa yang perlu kusiapkan? Tidak ada yang special. Beda dengan para wanita. Iya, kan?”
Tanaka hanya tersenyum.
“ternyata apa yang dikatakan orang tentangmu berbeda dengan kenyataannya”
“apa? Siapa yang bilang?”
“tentang kau”
“aku? Ada apa denganku?”
“ada orang yang bilang kalau kau orangnya kaku, tidak bisa bergaul dan tidak pernah punya teman”
“siapa yang bilang?”
“banyak teman-teman di sekolahku”
“tunggu dulu. Bukankah kita baru saja bertemu? Maksudku… aku belum pernah mengenalmu, apalagi teman-temanmu”
“mereka hanya pernah melihatmu saja. Mereka tidak mengenalmu. Itulah mengapa mereka berkata seperti itu. Setelah aku mengenalmu, mereka salah semua. Kau ramah sekali dan enak untuk diajak ngobrol”
“apakah aku dulu seterkenal itu?” Yamada Kei bertanya dengan agak ragu-ragu.
Tanaka Harumi hanya tertawa tertahan.
“ada apa? Apakah ada yang lucu?”
“maaf, tidak ada apa-apa. Tapi, bisa dibilang seperti itu. Nyatanya, kita yang tidak satu sekolah saja, teman-temanku banyak yang tahu tentang dirimu” Tanaka masih menahan tawanya.
“owh… oke. Itu sudah masa lalu. Sekarang aku disini, dimana tidak seorang pun yang mengenalku”
“ya. Kau bisa bebas disini. Apakah hidup disini menyenangkan?”
“tergantung orangnya. Aku suka disini, walau sebenarnya aku lebih suka di Jepang”
“apakah karena perusahaan papamu ada disini?”
“ya, kau benar”
“aku yakin, suatu saat kau akan melebihi kesuksesan papamu. Kau seorang pekerja keras. Tapi walau begitu, kau tetap harus memikirkan sekolahmu dan kesehatanmu”
“kau tahu, Tanaka? Aku tidak pernah bisa terbuka dengan orang lain. Tapi entah kenapa aku bisa bicara banyak denganmu”
“sehebat apapun dirimu, kau tetap memerlukan seorang teman, Yamada”
“ya, trimakasih”
“sebaiknya kita pulang sekarang. Kau belum menyiapkan apa-apa untuk besok”
“baiklah, ayo!”
Sesampainya di rumah…
“apakah perlu kubantu?”
“no, thanx”
Yamada segera ke kamarnya. Memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam tas ranselnya, juga beberapa barang yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar