Tak
terasa waktu berlalu. Kei dan Harumi pun sudah masuk di Columbia. Anna masuk di
Yale University, sedangkan Emily memilih di Rockefeller. Sebenarnya ia pun
ingin ke Columbia, tapi karena Yamada Kei masuk kesana ia pun mengurungkan
niatnya.
Emily
pun semakin akrab dengan Ryunosuke. Mereka sering menghabiskan waktu sore hari
bersama di Central Park. Seperti di sore itu, mereka sudah membuat janji untuk
bertemu di tempat biasanya. Dengan tergopoh-gopoh, Emily mendekati Ryunosuke
dengan nafas yang terengah-engah.
“maaf,
aku terlambat”
“ya,
kau terlambat emmm… sebentar. Kau terlambat 7 menit, Emily”
Emily
hanya tertawa lebar lalu duduk di samping Ryunosuke.
“katanya
ada yang ingin kau sampaikan kepadaku. Apa itu? Kuharap sesuatu yang penting
karena aku sudah buru-buru untuk datang kesini”
“ya,
tentu saja. Oya, ini untukmu”
Ryunosuke
memberi Emily sepotong hamburger.
“trimakasih.
Dimana kau membelinya?”
“di
sudut sana itu”
Ryunosuke
melahap hamburgernya sampai habis.
“aku
punya teman di kantor. Dia besok akan menikah dan dia mengundangku. Aku tidak
punya teman. Jadi… maukah kau besok menemani aku ke acara itu?”
“sepertinya
aku besok juga sedang tidak ada acara. Jadi, jam berapa kau akan menjemputku?”
“kau
bisa?”
“iya,
aku akan menemanimu”
“baiklah,
kujemput kamu jam 7 malam”
“siapa
temanmu itu?”
“dia
seorang sekretaris di kantorku. Cantik dan pandai. Tapi sepertinya setelah
menikah dia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Hhh… sayang sekali”
“ya,
kau benar. Padahal aku juga bercita-cita ingin menjadi seorang sekretaris di
sebuah perusahaan yang besar. Kalau aku melihat seorang sekretaris, aku bahagia
sekali. Sepertinya keren”
“suatu
saat, aku yakin kalau kau juga bisa mewujudkan mimpimu itu”
“benarkah
begitu?”
“ya,
pasti”
Suatu
sore, Ms. Andrews sedang berada di ruangan Yamada. Ia bermaksud untuk pamit.
“maaf,
aku lupa. Bukankah besok kau sudah mulai cuti?”
“iya,
benar. Apakah kau akan menghadiri pernikahanku, Yamada-san?”
“tentu,
akan aku usahakan. Semoga tidak ada acara di tanggal itu. Aku akan meminta Mr.
Malkovich agar mencarikan sekretaris sementara untukku. Aku tidak akan bisa
mengurusi semua pekerjaan ini sendirian”
“semua
pekerjaan untuk seminggu ke depan sudah kuurus semuanya. Jadwal-jadwal yang
harus kau hadiri sudah ada di dalam map itu. Kecuali kalau ada perubahan tentu
saja”
“trimakasih,
Ms. Andrews. Aku tahu hari-hari terakhir menjelang pernikahanmu kau pasti sibuk
sekali. Kau boleh pulang sekarang. Tidak perlu menungguku. Sekali lagi, aku
mengucapkan selamat untukmu. Aku ikut berbahagia”
“trimakasih.
Kalau begitu aku permisi dulu, Yamada-san”
Malam
itu, Ryunosuke Kamiki menjemput Emily di rumahnya. Rupanya Emily sudah siap di
ruang tengah. Ia memakai gaun hitam selutut favoritnya. Rambutnya ia sanggul
dan tak lupa memakai jepit rambut sakuranya.
“kau
cantik sekali, Emily”
“trimakasih.
Bisa kita berangkat sekarang?”
“tentu”
Mereka
menuju tempat diselenggarakannya pernikahan Ms. Andrews. Pernikahan ala garden
party.
“indah
sekali tempat ini, Emily”
“besok
kalau aku menikah, aku ingin yang seperti ini”
Ryunosuke
menatap Emily beberapa saat lamanya.
“ada
apa?”
“eh,
tidak. Sebaiknya kita langsung masuk saja. Sudah banyak yang masuk, kan?”
Mereka
mengucapkan selamat kepada Ms. Andrews yang nampak bahagia dalam balutan busana
pengantin yang berwarna putih.
“sesuai
janjiku, aku pasti datang. Selamat, Ms. Andrews. Kami ikut senang”
“trimakasih,
Ryunosuke. Aku juga senang kau sudah menyempatkan untuk datang kesini. Oya,
siapa ini?”
“oh,
ini temanku. Emily, ini Ms. Andrews. Ms. Andrews, ini Emily”
“senang
bertemu denganmu. Aku juga mengucapkan selamat berbahagia untukmu”
“trimakasih,
Emily”
Setelah
mengobrol sejenak, mereka duduk di meja yang kosong.
Mr.
Malkovich menyambut Yamada yang malam itu datang sendirian, tanpa sopir dan
tanpa teman.
“selamat
malam, Yamada-san”
“owh,
kau sudah disini, Mr. Malkovich?”
“ya,
itu karena aku datang sendirian. Kalau aku datang bersama istriku, aku belum
sampai disini”
Yamada
hanya tersenyum. Mereka lalu mendekati Ms. Andrews dan berbasa-basi sejenak.
Setelah itu mereka berbincang di sudut taman yang tidak terlalu ramai. Seorang
pelayan memberikan mereka minuman.
“trimakasih”
“emmm…
aku permisi sebentar, Yamada –san”
“ya,
silakan”
Mr.
Malkovich bermaksud menemui seorang teman yang tadi dilihatnya.
Sementara
itu di meja Ryunosuke dan Emily…
“apakah
mereka semua teman kerjamu?”
“sebagian
besar. Aku mengenal mereka karena aku sering diminta untuk memperbaiki
alat-alat pekerjaan mereka yang rusak. Tapi sepertinya mereka tidak begitu
mengenalku. Maklum, aku hanyalah pegawai rendahan”
“kau
selalu saja merendah. Aku yakin suatu saat kau pasti akan diangkat menjadi
karyawan tetap”
“kau
yakin?”
“tentu
saja. Percayalah!”
“sebentar,
kau tunggu saja disini. Akan kuambilkan minuman untukmu”
“trimakasih”
Ryunosuke
mengambil minuman yang ada di meja panjang di samping taman yang indah itu.
Ketika akan kembali ke mejanya, langkahnya terhenti karena Mr. Malkovich sudah
ada di depannya.
“oh,
rupanya anda, Mr. Malkovich”
“ya,
ternyata kau juga diundang”
“ya,
tentu saja”
“dengan
siapa kau datang?”
“emmm…
dengan teman”
“oya?
Silahkan menikmati pesta ini. Aku harus menemui seseorang disana”
“ya,
tentu. Permisi”
Ryunosuke
segera kembali ke mejanya menemui Emily.
“ini
minumanmu”
“trimakasih.
Oya, siapa tadi yang berbicara denganmu?”
“oh…
itu namanya Mr. Malkovich. Dia termasuk para petinggi di perusahaan kami. Yah,
bisa dibilang tangan kanannya keluarga Yamada”
Mr.
Malkovich kembali menemui Kei yang sedari tadi hanya melihat orang yang
lalu-lalang. Ia terlihat enggan untuk membaur, malas. Terlihat dalam wajahnya
yang penat walaupun ada beberapa orang yang duduk di sampingnya mengajaknya
ngobrol.
“kau
tahu siapa orang tadi, Mr. Malkovich?”
“maksudmu
orang yang mana?”
“yang
tadi berbincang denganmu”
“bukankah
kau juga mengenalnya? Itu tadi Mr. Smith”
“bukan,
bukan yang itu. Sebelum kau berbincang dengannya, kulihat kau berbicara dengan
anak muda yang duduk disana dengan perempuan itu”
Mr.
Malkovich melihat ke arah yang ditunjuk Kei.
“oh,
itu. Dia bekerja di perusahaan kita juga”
“oya?
Kenapa aku sampai tidak tahu?”
“maksudku
dia hanya bekerja paruh waktu sebagai maintenance. Pekerjaannya bagus. Aku
sering memanggilnya untuk memperbaiki alat-alatku yang rusak”
Kei
masih terus memperhatikan gerak-gerik Ryunosuke yang sedang mengobrol akrab
dengan Emily.
“siapa
namanya?”
“Ryunosuke
Kamiki. Dia juga dari Jepang tapi sudah warga sini”
“suruh
dia besok pagi menghadap aku. Kutunggu di ruanganku. Oya, aku akan pulang
sekarang. Ada beberapa hal yang harus segera kukerjakan”
“baiklah”
![]() |
Yamada Kei |
Yamada
Kei segera meninggalkan tempat itu entah kemana. Di sepanjang perjalanan dia
masih terus berpikir keras.
“aku
sepertinya pernah mengenalnya. Tapi dimana? Ryunosuke Kamiki? Ada hubungan apa
dia dengan Emily?”
Karena
masih terus berpikir, ia pun tak menyadari kalau lampu lalu lintas sudah
menyala hijau hingga kendaraan yang ada di belakangnya membunyikan klakson
keras-keras. Dengan cepat ia menjalankan mobilnya kembali.
“ah,
iya! Ryunosuke Kamiki! Bukankah ia yang dulu datang ke rumahku untuk acara prom
night itu? Tapi kenapa ia bisa bekerja di tempatku? Pantas saja ia mengenal Emily.
Tapi ada hubungan apa diantara mereka?”
Pagi
harinya, Ryunosuke Kamiki bertemu Mr. Malkovich di lobi.
“selamat
pagi, Mr. Malkovich”
“selamat
pagi. Oya, aku ada perlu denganmu”
“apakah
ada yang perlu kuperbaiki lagi?”
“tidak.
Hanya saja semalam Yamada-san berpesan kepadaku agar kau menemuinya di
kantornya pagi ini”
“semalam?”
“ya,
sewaktu kita menghadiri acara pernikahan Ms. Andrews dan dia melihatmu”
“kira-kira
ada apa, Mr. Malkovich? Tidak seperti biasanya Yamada-san memanggilku. Tapi
maaf, selama ini aku juga belum pernah bertemu dengannya”
“aku
juga tidak tahu. Memang, tidak seperti biasanya. Kau datang saja nanti jam 10.
Karena dia ada meeting pagi ini. Ruangannya ada di sebelah ruangan Ms. Andrews”
“baiklah.
Trimakasih, Mr. Malkovich”
Hampir
jam 10. Ryunosuke Kamiki sudah duduk di depan kantor Yamada Kei. Namun, pintu
kantor itu masih saja tertutup rapat. Ia hanya melihat-lihat sekeliling. Ada
beberapa foto para petinggi perusahaan. Ia tertarik mengamati foto Kei yang ada
di antara para petinggi perusahaan itu. Keningnya berkerut, sepertinya berpikir
keras.
Ia
terkejut ketika tiba-tiba pintu kantor Kei terbuka. Beberapa orang keluar dari
ruangan itu. Setelah yakin tidak ada orang lagi yang keluar, Ryunosuke mengetuk
pintu kantor Kei. Terdengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk. Ia
pun segera masuk. Ia melihat seseorang duduk di kursi empuk di belakang meja
membelakanginya. Rupanya sedang menelpon seseorang. Ryunosuke hanya berdiri
mematung menunggu orang itu selesai menelpon.
Setelah
selesai menelpon, orang itu membalikkan badannya dan menatap Ryunosuke.
Ryunosuke Kamiki membelalakkan matanya.
“b-bukankah
kau…”
“kenapa?
Duduklah”
Dengan
agak grogi, Ryunosuke duduk di kursi depan Kei. Jarak mereka hanya dipisahkan
oleh meja kerja Kei.
“apakah
kau mengenalku? Maksudku… kau mengingatku?”
“t-tentu
saja”
“hei,
ada apa denganmu? Sepertinya kau gemetaran,” sahut Yamada Kei dengan santainya.
“a-aku
hanya tidak menyangka saja kalau salah satu siswa di SMU itu adalah atasanku.
Maaf, aku tidak tahu”
“aku
juga tidak tahu kalau ternyata kau juga bekerja di perusahaan ini. Aku baru
tahu semalam. Mr. Malkovich yang menjelaskan kepadaku. Katanya kau bukan
pegawai tetap disini, tapi hanya part time”
“ya,
aku harus bekerja apa saja. Setidaknya untuk bisa membiayai sekolahku”
“sekolah?
Dimana?”
“Columbia”
“oya?”
“ya,
tahun depan aku sudah lulus”
“semoga
sekolahmu lancar”
“thank
you, sir”
“panggil
saja aku seperti yang lainnya. Tidak perlu formal seperti itu”
“yes,
sir. E-maksudku… Yamada”
“mulai
hari ini kau bukan pegawai part time. Aku mengangkatmu menjadi pegawai tetap
disini. Aku sudah mendengar dari Mr. Malkovich kalau pekerjaanmu bagus sekali.
Kau bisa menyerahkan kertas ini ke bagian HRD. Maaf, hanya kertas seperti ini.
Karena kau tahu sendiri kalau Ms. Andrews sedang cuti. Banyak hal yang harus
kulakukan seorang diri sendiri”
“trimakasih,
aku sangat menghargainya. Sekali lagi trimakasih”
“oya,
aku lihat semalam kau pergi ke pernikahan Ms. Andrews dengan seorang perempuan.
Apakah dia kekasihmu?”
“oh,
emmm…. Bukan. Kami hanya berteman saja”
“kau
sepertinya ragu menjawab pertanyaanku”
“sebenarnya…
aku menyukainya. Tapi aku belum berani mengatakannya”
“kau
laki-laki, Ryunosuke. Kalau kau tidak mencobanya, darimana kamu tahu kalau dia
siapa tahu juga menyukaimu?”
“baiklah,
kapan-kapan aku pasti akan mencobanya. Maafkan aku, aku terlalu banyak bicara
tentang kehidupan pribadiku”
“tidak
apa-apa. Maaf aku juga terlalu banyak bertanya tentang kehidupan pribadimu.
Oya, kau boleh ke HRD sekarang”
“ya,
trimakasih”
Ryunosuke
dengan hati yang riang menuju kantor HRD menyerahkan surat dari Yamada Kei dan
ia pun segera menelpon Emily.
“Emily,
bisakah nanti sore kita bertemu di tempat biasanya?”
“ada
apa? Sepertinya kau senang sekali hari ini? Mmm…. sepertinya aku tahu”
“apa?”
“hari
ini kau menerima gaji lalu kau nanti akan mentraktirku di tempat yang mahal.
Betul tidak?”
“boleh,
tapi bukan itu yang ingin kusampaikan kepadamu. Nanti kau akan tahu sendiri.
Jangan sampai telat, bye!”
Sore
itu, akhirnya Ryunosuke menemui Emily di Central Park selepas jam kerja.
![]() |
Central Park |
“sekarang
kau yang telat. Ada apa?”
Ryunosuke
meminum air putih yang ada di dalam botolnya sambil masih terengah-engah.
“tunggu
dulu, Emily. Biarkan aku bernafas dulu”
“oke”
“maaf,
tadi ada pekerjaan di akhir jam kerja. Jadi harus kuselesaikan dulu”
“baik,
lalu? Apa beritamu?”
“mulai
hari ini aku diangkat jadi pegawai tetap”
“what?!”
“kau
tahu siapa yang mengangkatnya? Owner sendiri!”
“maksudmu…?”
“tentu
saja Yamada Kei! Temanmu itu ternyata atasanku! Eh, tunggu sebentar… iya ya.
Aku baru menyadarinya sekarang. Berarti Yamada Kei itu teman sekolahmu. Dan aku
yakin kau pasti mengenalnya. Benar begitu, Emily?”
“eh,
a-aku…”
“kau
pasti sekarang tidak percaya, ya? Dia itu yang jadi partnermu di Rahway River
waktu itu. Dia yang telah menyelamatkanmu. Aku sungguh tidak menyangka, Emily.
Dia tiba-tiba memanggilku dan mengangkatku jadi pegawainya. Tunggu, sepertinya
kau tidak surprise? Sepertinya kau tidak terlalu tertarik mendengar beritaku
kali ini?”
“b-bukan
begitu. Aku hanya tidak menyangka saja kalau dia adalah seorang bos, apalagi
atasanmu,” Emily mencoba berbohong.
“ya,
dia masih seumuranmu. Ceritakan padaku, bagaimana dia di sekolahnya?”
“dia?”
“iy-ya,
Yamada Kei yang kumaksud”
“dia
senang menyendiri. Jadi aku tidak terlalu tahu banyak tentangnya. Sudahlah, aku
ikut senang. So, dimana kau akan mentraktir aku?”
“terserah
kamu. Kali ini kau bebas menentukan dimana kau ingin makan. Kau boleh pesan
sepuasmu”
“baiklah,
aku tahu restoran bagus juga di sekitar sini”
Emily
menyeret tangan Ryunosuke tiba-tiba hingga hampir saja ia terjatuh. Dengan
sedikit agak berlari mereka menuju restoran yang dimaksud Emily. Mereka segera
memesan beberapa makanan.
“banyak
sekali yang kau pesan, Emily. Awas kalau tidak dihabiskan”
“kalau
tidak kuhabiskan, kau mau apa?” Emily bertanya sambil tetap melahap makanannya.
Ryunosuke
hanya terus menatap Emily yang sepertinya sedang senang sekali melahap semua
yang ada di depannya.
“hei,
aku bertanya kepadamu”
“kalau
tidak kau habiskan, kau harus mencintaiku”
Emily
menatap Ryunosuke sambil mulutnya masih penuh dengan makanan. Buru-buru ia
menelannya sebelum tersedak.
“apa?”
“kau
habiskan pun, kau harus mencintaiku”
“maksudmu?
Yang benar saja. Pilihan yang tidak mengenakkan!”
“kenapa?”
“aku
menjadi kekasihmu?”
“iya,
kenapa? Aku mencintaimu, Emily. Maukah kau menjadi kekasihku?”
Emily
masih menghentikan makannya.
“apakah
kau menyukai pria lain?”
Emily
masih terdiam.
“maaf
kalau aku mengganggu makanmu. Lanjutkanlah, kalau memang kau tidak menyukaiku
lupakan saja pembicaraan kita ini, oke? Atau kalau kau belum bisa menjawabnya,
tidak apa-apa. Lain kali saja. aku menghargai apapun keputusanmu”
“kau
benar, aku belum bisa menjawabnya”
Mereka
melanjutkan acara makan mereka dengan suasana yang kaku. Emily lebih banyak
diam.
Hari
demi hari berlalu. Yamada Kei lebih sibuk mengurusi pekerjaannya disamping
sekolahnya di Columbia University dengan Tanaka Harumi. Emily juga sering
menghabiskan waktu bersama Ryunosuke di Central Park selepas kerja Ryunosuke.
Mereka pun semakin dekat. Emily nyaman di dekat Ryunosuke dan perlahan ia mulai
bisa mencintai Ryunosuke.
“aku
ingin mengatakan suatu hal kepadamu, Ryunosuke”
“tentang
apa?”
“sepertinya…,”
agak ragu Emily menghentikan kalimatnya.
“ada
apa? Kalau kau belum bisa mengatakannya kepadaku, tidak perlu kau mengatakannya
kepadaku”
“tapi
janji kau tidak akan tertawa”
“janji”
“sepertinya
aku mulai jatuh cinta kepadamu”
“what?!”
“k-kenapa?”
“thank
you, Emily. Aku tidak akan tertawa. Aku bahagia sekali. Tapi… apa yang membuatmu
jatuh cinta kepadaku?”
“kesederhanaanmu
dan kepolosanmu. Kau apa adanya tanpa perlu ditutup-tutupi”
“kau
sudah tahu semua kekuranganku. Aku bukan orang kaya. Aku hanya pegawai biasa.
Trimakasih kalau kau mau menerima aku. Bolehkah aku memelukmu?”
Emily
hanya tersenyum sambil menyambut hangat pelukan Ryunosuke Kamiki.
Sepasang
mata mengamati gerak-gerik Emily dan Ryunosuke di Central Park sore itu.
“apa
yang sedang kau perhatikan, Yamada?”
“eh,
tidak ada. Oya, kemarin aku ditelpon kalau kakekku sedang sakit”
“apakah
kau akan pulang?”
“entahlah.
Sebenarnya aku belum bisa pulang. Aku sibuk sekali. Tapi keluargaku disana
menyuruhku untuk segera pulang denganmu”
“denganku?
Apa hubungannya denganku?”
“entahlah”
“kalau
mereka menyuruhmu pulang, mungkin mereka membutuhkan kehadiranmu. Dan kalau
mereka menginginkan agar aku ikut pulang denganmu, aku juga akan pulang”
“bukankah
kau juga sedang sibuk dengan kuliahmu? Sebenarnya aku tidak ingin mengganggumu”
“tidak
apa-apa. Karena sudah lama juga aku tidak pulang”
“sungguh?”
“iya,
kapan pun kau mengajakku aku bisa”
“coba
nanti aku akan menghubungi mereka lagi. Kuharap tidak ada apa-apa disana. Terus
terang aku khawatir sekali. Tapi tiap kali aku bertanya, mereka hanya memintaku
untuk secepatnya pulang”
“kalau
begitu, secepatnya kita pulang ke Jepang”
“ya,
dan sebaiknya kita pulang sekarang. Aku merasa tidak nyaman disini”
“itu
karena kau belum terbiasa. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu di dalam gedung
sana. Apa kau tidak menginginkan udara segar sekali-kali”
“kali
ini aku tidak ingin. Ayo, kita pulang sekarang”
“kalau
itu maumu”
Merka
berjalan berdua melewati bangku yang diduduki Emily dan Ryunosuke yang
menghadap ke danau. Mereka nampak bercanda di bangku itu. Yamada Kei sekilas
melihat mereka. Tanaka yang tak tahu apa-apa hanya berjalan santai disamping
Kei.
Setelah
mendapat tiket, Kei dan Harumi segera terbang ke Jepang via JFK. Setelah sampai
mereka segera menuju rumah utama keluarga Yamada. Sudah ada Yamada Yasuo dan
Ryuu beserta Akemi, istrinya disana.
“akhirya
kalian tiba disini juga”
“iya,
pa. Aku usahakan secepatnya. Ada apa?”
“kakekmu
sakit. Dia terus menerus mengigau memanggilmu. Dia juga ingin bertemu denganmu
dan Harumi”
“aku
akan menemuinya”
Kei
langsung masuk ke kamar kakeknya bersama Harumi. Ia melihat kakeknya yang
terbaring lemah.
“aku
sudah disini, kek. Ini aku, Kei”
“Kei?
Syukurlah kau sudah disini. Aku ingin sekali bertemu denganmu”
“yang
penting kakek harus sembuh dulu. Aku akan menemanimu sampai sembuh”
“apakah
kau datang dengan Harumi?”
“ya.
Dia ada di sampingku”
Tanaka
Harumi tersenyum.
“ya,
aku juga disini”
“Kei,
aku dulu pernah bilang kepadamu. Aku ingin sekali melihatmu menikah sebelum aku
mati. Aku ingin melihatmu menikah secepatnya, Kei. Sepertinya aku sudah mau
mati”
“aku
pasti akan menikah. Tapi janji, kakek harus sembuh dulu”
“sepertinya
aku sudah tidak mungkin sembuh. Aku ingin kau secepatnya menikahi Harumi, Kei”
Tanaka
Harumi sangat terkejut. Ia memang tidak tahu kalau ia akan dijodohkan dengan
Yamada Kei.
“m-maksudnya?”
“maaf,
Tanaka. Kita nanti perlu bicara. Sebaiknya kau keluar dulu. Aku ingin bicara
berdua dengan kakekku”
“baiklah”
Setelah
Tanaka Harumi keluar…
“tidak
bisa secepat itu juga, kek”
“waktuku
sepertinya sudah tidak banyak lagi, Kei. Kau cucuku satu-satunya, juga kesayanganku”
Kei
hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bingung.
“baiklah,
kalau itu maumu. Aku nanti akan bicara dengan papa. Aku tidak bisa
memutuskannya sendirian. Ini begitu mendadak bagiku. Sebaiknya kakek istirahat
dulu sebentar”
Yamada
Kei membantu kakeknya meminum obatnya. Setelah kakeknya tertidur dengan
pulasnya, Kei keluar dari kamar itu menemui anggota keluarganya yang lain yang
juga berkumpul di ruang tengah.
“apa
yang dikatakannya kepadamu, Kei-chan?”
Yamada
Kei menghempaskan dirinya di sofa. Diam sejenak sambil menatap Tanaka Harumi.
“hhh…
aku secepatnya akan menikahi Tanaka Harumi”
“kau
sadar apa yang kau ucapkan itu, Kei-kun?”
“ya,
Oji-san. Tolong persiapkan pernikahanku sesegera mungkin. Aku mengandalkan
kalian semua. Kakek menginginkan aku menikah secepat mungkin sebelum semuanya
terlambat. Kita harus segera mengabari keluarga Tanaka,” ucap Kei datar tanpa
ekspresi.
Tanaka
Harumi hanya diam menunduk.
“dan
aku perlu bicara denganmu, Tanaka”
Yamada
Kei mengajak Tanaka menuju belakang rumah. Tanaka duduk di kursi sedangkan Kei
hanya berdiri bersandar pada tiang yang besar.
“maaf
kalau ini sangat mendadak, Tanaka”
“aku
masih belum mengerti tentang apa yang sedang terjadi disini?”
“sebenarnya
kita berdua sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kita sejak kita masih SMU”
“tapi
mengapa aku tidak diberitahu tentang ini semua?”
“pada
waktu masih SMU, aku hanya diberitahu ayahku kalau aku akan dijodohkan
denganmu, itu saja. Keluarga Yamada dan Tanaka sudah setuju semua. Tapi, yang
tentang kamu tidak diberitahu, aku tidak tahu masalah itu”
Tanaka
masih diam membisu. Kei mendekatinya.
“maukah
kau menikah denganku, Tanaka?”
Tanaka
mendongak menatap Kei yang ada di hadapannya. Tangan Kei terulur kepadanya.
“ya,
aku mau. Aku mau menikah denganmu,” sahut Tanaka sambil menyambut tangan Kei.
Ia berdiri dan tersenyum,”aku akan menelpon papaku agar mempersiapkan
pernikahan kita secepatnya”
“apakah…
kau terpaksa?”
“tidak,
aku memang mencintaimu. Semenjak pertama kali aku menginjakkan kakiku di Amerika
denganmu waktu itu. Tapi kupikir… kau menyukai gadis lain”
“untuk
apa aku memikirkan gadis lain kalau aku sudah dijodohkan denganmu?”
![]() |
Tanaka Harumi |
Suatu
sore…
“Kei-kun,
aku ingin bicara denganmu”
“tentang
apa, Oji-san?”
“pernikahanmu”
Ryuu
menyuruh Kei untuk duduk di sampingnya.
“kau
sudah yakin akan keputusanmu ini? Menikahi Tanaka”
“ya,
aku yakin sekali. Aku tak akan mundur lagi. Pernikahan ini harus dilangsungkan
secepatnya”
“maksudku…
bagaimana dengan gadis yang kau cintai di sebrang sana?”
“maksudmu
Emily?”
“ya,
aku yakin sekali kalau kau masih mencintai Emily sampai dengan detik ini”
“aku
tidak akan memikirkannya lagi. Aku punya kehidupan sendiri, begitu pun dia.
Kami punya kehidupan masing-masing”
“kau
tidak berusaha memperjuangkannya?”
“ada
apa deganmu, Oji-san? Mengapa kau selalu membahas masalah Emily?!”
“karena
aku pernah berada di posisimu, Kei-kun”
“dia
sudah punya pasangan, Oji-san. Dan parahnya, kekasihnya itu bawahanku yang
kemarin kuangkat jadi pegawai tetap. Tadinya hanya sebagai pegawai part time”
“hhh…
itu karena kau tidak bertindak sama sekali, Kei-kun!”
“aku
bukan orang yang mau mengemis-ngemis cinta, Oji-san!”
“mengapa
kau berkata seperti itu?”
“aku
sebenarnya hanya ingin menjelaskan kepadanya mengapa aku menyembunyikan
identitasku selama ini. Tapi dia tidak mau. Dan aku tidak mau mengulang
perkataan yang sama lagi. Aku tak mau merendahkan diriku di hadapannya.
Sudahlah, Oji-san! Aku harus segera pergi untuk mempersiapkan segala
sesuatunya”
Kei
beranjak dari duduknya.
“tunggu,
Kei-kun”
“ada
apa lagi, Oji-san?”
“itu
bukan dirimu. Dan aku semakin yakin kalau kau masih mencintai Emily. Tapi, aku
menghargai semua keputusanmu. Ini hidupmu”
Tanpa
menoleh lagi, Yamada Kei pergi meninggalkan Yamada Ryuu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar