Nick dan Natale sudah ada di depan lobi. Tapi mereka masih
saling diam di dalam mobil itu.
“kita sudah sampai, Natale”
Natale hanya mendesah pelan dan keluar dari mobil.
“trimakasih sudah mengantarkan aku pulang”
“Nicco yang memintaku”
“kau lihat sendiri kan? Pasti dia menyusul wanita tadi!”
“bukan begitu, tapi…”
“…sudahlah!”
Natale masuk ke ruang tengah, Nick menyusulnya. Di dengarnya
Natale menangis. Natale melemparkan tasnya ke sofa yang ada di ruang tengah itu
lalu bermaksud naik ke kamarnya. Nick menahan tangan Natale.
“Natale, kau sudah mendengar perkataanku disana tadi kan?”
“aku dengar, tapi aku yakin kalau mereka merahasiakan
sesuatu. Dan kau, tak perlu menghiburku!”
“Natale, dengar dulu. Nicco menyuruhku untuk mengantarmu
karena dia tahu kau sedang marah dengannya”
“aku hanya tidak menyangka saja. Teganya dia berbuat seperti
ini kepadaku. Salahku apa? Tidak pernah terbersit sedikitpun di pikiranku untuk
berpaling darinya. Kenapa? Aku begitu mencintainya, sungguh!”
“iya, aku percaya”
“mengapa? Katakan kepadaku!”
Nick menarik tangan Natale dan memeluknya. Natale pun
menangis si pelukan Nick.
“aku mencintainya, Nick. Sangat mencintainya”
“iya, aku percaya, sayang”
Dengan ngebut mengendarai mobilnya, ia menyibak jalanan
ibukota menuju tempat tinggal Claudia. Tanpa perlu permisi, ia membuka pintu
depan dengan kuncinya. Ya, ia memang mempunyai kunci duplikatnya. Setelah
menyalakan lampu, ia menghempaskan dirinya di sofa. Rupanya Claudia belum juga
pulang. Ia hanya mondar-mandir dengan gelisah.
Ia pun segera ke dapur mengambil minuman dingin di kulkas
dan meminumnya. Ternyata Claudia sudah ada di belakangnya.
“aku mengagetkanmu, ya?”
Nicco meletakkan
gelasnya dia atas meja.
“sudah pulang kau rupanya. Aku sudah menunggumu dari tadi”
“kuharap kali ini kamu kesini karena kau merindukanku”
“sepertinya aku harus mengatakan hal ini kepadamu”
“tentang apa?”
“sebelumnya, apa maksud ucapanmu kepada istriku di restoran
tadi?”
“aku cemburu melihat kalian!”
“aku sudah bilang kepadamu berkali-kali! Aku mencintai
istriku”
“aku tahu, dan kau pun mencintai aku juga kan? Kau tidak
bisa mengelaknya, Nicco”
“setelah kejadian tadi, maaf, kita tidak bisa bertemu lagi.
Hubungan kita putus sampai disini”
“tidak! Kau tidak bisa berbuat seenakmu sendiri, Nicco!”
Nicco menampar Claudia dengan keras.
“siapa bilang? Aku bebas berbuat sesukaku!”
“Nicco, kau…”
“kenapa? Kau sudah tahu tentang aku kan? Mengapa kaget?”
Nicco mengeluarkan senjatanya dan menodongkannya ke kepala
Claudia.
“aku tidak segan-segan untuk membunuhmu, sayang”
“Nicco, please…”
“kalau sampai terjadi apa-apa dengan istriku, atau hubungan
kami rusak gara-gara kamu, tunggu akibatnya. Tak perlu aku mengirim orangku
untuk membunuhmu. Tapi, aku sendiri yang akan mencari dan membunuhmu! Dari dulu
sudah kuperingatkan, kita bisa berhubungan, tapi jangan berharap lebih jauh tentang hubungan
kita ini”
“maafkan aku, Nicco”
“sudah terlanjur. Aku yakin istriku sudah mengetahui
semuanya. Mulai sekarang, kita berpisah!”
“Nicco!”
Nicco pergi meninggalkan rumah Claudia dan pulang. Sampai di
lobi, ia melempar kunci mobilnya kepada Luigi. Sampai di ruang tengah, ia
melihat Nick dan Natale ada disana. Mereka kaget karena Nicco masuk mendadak
dan mereka segera berdiri.
“Nicco?”
Nick mendekati Nicco.
“emmm… istrimu…”
“tinggalkan kami” perintah Nicco.
“ok, Natale, aku pergi dulu”
Di ruang tengah itu tinggallah Nicco dan Natale. Tapi, Natale
bergegas ke atas ke kamarnya. Nicco mengejarnya.
“Natale!”
Sewaktu di kamar…
“dengar dulu penjelasanku”
“sepertinya tidak perlu. Sudah jelas sekali semuanya”
“ok, kuakui. Dia dulu kekasihku”
“dulu? Kalau sekarang?”
“Natale, aku tidak mau membicarakan masa laluku lagi”
“tentu saja tidak kalau saja masa lalumu itu kau kubur
dalam-dalam. Tapi kau sendiri kan yang membawanya ke masa sekarang?”
“terus apa maumu sekarang?”
“apa posisiku akan tergantikan olehnya?”
“kami masih sering bertemu. Tapi itu tidak berarti dia akan
menggantikan posisimu”
“bertemu? Sering? Jadi kalau selama ini kita ada masalah dan
berhari-hari kau tidak pulang, kau menginap di tempatnya?”
“ya!”
Nicco menghempaskan tubuhnya ke sofa. Sedang Natale hanya
berdiri membelakangi Nicco.
“tak pernah terbersit sedikitpun di pikiranku untuk
berpaling darimu. Oke, aku tahu kehidupanmu, tapi tidak dengan yang ini. Kenapa
kau tega melakukan hal ini kepadaku? Apa salahku? Kalau kau mencintainya,
mengapa dulu kau malah sibuk berpura-pura menjadi Nick dan menikahi aku? Padahal
kau tahu kalau aku mencintai Nick dan begitu membencimu, setelah apa yang kau
perbuat kepadaku! Atau memang dendammu ke keluargaku belum juga berakhir?”
“bukan begitu, Natale”
“lalu apa?”
Natale mendekati Nicco.
“sekarang, terserah kepadamu. Pilih aku atau wanita itu.
Kalau kau memilih wanita itu, aku akan pulang ke Indonesia dengan Valent secepatnya”
“tidak, kau tidak boleh kemana-mana. Kau dan Valent, tempat
kalian disini!”
Nicco tiba-tiba beranjak dari duduknya. Ia mengeluarkan
pistolnya dan menimang-nimangnya.
“dan tadi aku sudah bertemu dengan Claudia. Kalau sampai
hubungan kita terganggu, ataupun sampai hubungan kita berakhir, maka Claudia
yang akan mati! Aku sudah bilang hal itu kepadanya. Bukan Pablo dan anak
buahnya yang akan menghabisi nyawa Claudia, tapi aku sendiri yang akan
membunuhnya!”
“kejam kau, Nicco”
“seperti yang kulakukan pada Val dulu. Tentu kau masih ingat
kan? Atau… kau memang ingin hal itu terjadi lagi?”
Natale terduduk di kursinya.
“begitu kau meninggalkan aku, Claudia yang akan mati”
“tapi, bisakah kau berhenti dari semua ini?”
“tidak, ini hidupku. Sudah lama kujalani semua ini. Aku
tidak bisa berubah, atau berpura-pura berubah demi orang lain. Bersikap manis
seperti Nick. Tidak. Kau istriku, sampai kapanpun, akan tetap seperti itu,
selamanya”
Nick hanya terdiam di depan pintu kamar yang sedikit terbuka
itu. Perlahan, dia kembali ke kamarnya yang ada di bawah.
Telpon genggam Nicco berdering. Ia mengangkatnya.
“hallo, ya. Ok, segera. Aku tak mau kali ini gagal lagi”
Nicco mengambil pistol yang satunya lagi yang disimpan
dibalik lukisan di dalam kamarnya, lalu mendekati Natale yang masih berdiri
terpaku di tempatnya.
“aku pergi dulu, sayang. Mungkin untuk beberapa hari. Aku
mencintaimu, Natale”
Setelah mencium Natale, Nicco segera ke bawah yang memang
sudah ditunggu Pablo dan beberapa anak buah Pablo. Dengan menggunakan beberapa
mobil, mereka segera meninggalkan rumah besar itu. Natale dapat melihat itu
semua dari balkon kamarnya.
Esok paginya, Natale dan Nick makan pagi berdua di ruang
makan. Masih saling berdiam diri. Akhirnya, Nick yang berinisiatif membuka
pembicaraan.
“semalam suamimu pergi ya?”
“kamu tahu?”
“tentu saja. Aku belum tidur. Dia pergi dengan para
bodyguardnya. Aku tak tahu kemana mereka pergi. Aku hanya mendengar kalau
mereka menuju Riserva Naturale Valle dell'Aniene”
“untuk apa mereka menuju tempat sepi itu?”
“entahlah. Aku hanya mendengar saja. Kau tahu, aku tidak
kenal dengan para bodyguard Nicco”
“Nicco juga membawa beberapa senjatanya. Tak bisa
kubayangkan apa yang akan terjadi disana”
“bagaimana hubunganmu dengannya?”
“entah. Aku malah takut. Dia bilang, kalau hubungan kami
terganggu apalagi putus, maka dia akan membunuh wanita itu. Sekarang kau sudah
tahu tentang kakakmu kan? Itulah Nicco. Dia akan melakukan apa saja demi
kesenangan dirinya”
“mungkin aku akan melakukan hal yang sama”
“maksudmu?”
“untuk mempertahankan seseorang yang kucintai. Itu berarti
dia mencintaimu, Natale. Kalian itu saling mencintai. Hanya saja, dia
mencintaimu dengan cara dia. Dia sudah hidup seperti itu sejak kecil. Susah
untuk berubah. Misalnya saja aku. Sejak kecil aku hidup seperti ini, tidak bisa
kalau aku harus hidup seperti Nicco. Iya kan?”
Natale hanya terdiam sambil menatap Nicco.
“ya, kau benar. Aku harus menerima dia apa adanya ya?”
“tentu saja. Oya, besok aku harus pulang ke Belanda. Kuharap
hari ini Nicco sudah pulang”
“tidak bisa diundur lagi ya?”
“sudah berkali-kali mama menyuruhku untuk pulang. Aku tidak
enak hati bila harus kuundur lagi. Ada apa?”
“tidak ada apa-apa. Hanya saja… kuharap tahun depan kamu
bisa berkunjung kesini lagi untuk menjenguk keponakanmu yang kedua”
“maksudmu? Kamu hamil sekarang ini”
“iya”
“wah, maaf. Aku tidak tahu. Aku ikut senang, Natale. Selamat
ya. Valent akan ada adik lagi. Nicco sudah tahu tentang ini?”
“belum, sebenarnya waktu kita bertiga makan malam itu, aku
ingin memberinya kabar ini. Tapi…”
“kau bisa menelponnya agar dia bisa pulang secepatnya. Dia
pasti akan senang sekali mendapat berita ini. Iya, kan?”
“tidak perlu. Kuberitahu dia kalau dia pulang nanti saja”
“ya, itu terserah kamu. Aku tak akan ikut campur. Oya, kapan
Valent kembali ke Roma. Lama sekali dia di Milan”
“papa lebih menyukai Valent disana. Untuk menemaninya
disana. Jadi, aku tak tahu kapan dia bisa ke Roma lagi. Mungkin saja, aku yang
harus ke Milan”
“itu karena papa kesepian dan Valent merupakan cucu
pertamanya”
“kau benar. Oya, aku harus segera ke rumah sakit untuk
pemeriksaan rutin”
“aku bisa mengantarmu, kalau kau tidak keberatan”
“dengan senang hati”
Nick lalu mengantarkan Natal e ke rumah sakit dengan mobil
yang sudah disiapkan oleh Luigi. Setelah pemeriksaan itu, mereka lalu menemui
dokter Salvatore.
“Nicco? Terus terang aku tadi kaget. Tumben kau rapi sekali”
“maaf, dokter. Ini bukan Nicco suamiku. Dia Nick,
kembarannya Nicco”
“oh, rupanya Nicco punya saudara kembar. Aku baru tahu”
“iya, karena Nick lebih banyak bermukim di Belanda”
“kalian sangat mirip sekali. Aku tidak bisa membedakan
kalian. Mungkin hanya tata cara berpakaian yang bisa membedakan kalian”
Nick dan Natale hanya tersenyum.
“bagaimana keadaan kandunganku, dokter? Baik-baik sajakah?”
“sejauh ini masih baik-baik saja. Tapi, seperti perkiraan
awalku. Kehamilanmu ini rentan sekali. Lemah. Kalau kau tidak berhati-hati, kau
bisa saja dengan mudah keguguran. Jadi saranku, selama hamil ini, sebisa
mungkin, kau harus lebih banyak bedrest. Tidak perlu melakukan perjalanan jauh
kalau tidak perlu sekali. Suamimu harus lebih memperhatikanmu. Ingat itu. Aku
tahu betul suamimu”
“baiklah, akan kuingat itu”
“kau bisa kesini sebulan lagi atau kalau ada gangguan,
telpon saja aku. Seperti biasa, aku hanya akan memberikanmu beberapa resep
vitamin.
“tentu saja. Baiklah, kami permisi dulu”
“tentu, salam untuk Nicco. Oya Nick, senang bertemu
denganmu”
“tentu, senang bertemu denganmu juga”
Setelah menebus resep vitamin, mereka segara masuk kembali
ke mobil.
“Natale, aku akan mengundurkan jadwal kepulanganku lagi”
“kenapa?”
“kau sudah dengar sendiri apa kata dokter kan? Nicco belum
juga pulang, yang entah pulangnya kapan. Siapa nanti yang akan menemanimu?”
“ada banyak orang di rumah itu. Kau tidak perlu khawatir, Nick”
“ok, memang banyak orang. Tapi bukan keluargamu sendiri. Kau
mengerti maksudku kan?”
“iya, iya. Aku tahu”
“dan satu lagi. Bukankah kata dokter kandunganmu lemah? Aku
tidak mau terjadi apa-apa denganmu, Natale”
“kenapa?”
Nick hanya diam dan mulai menjalankan mobilnya pulang.
Natale pun tak berani mengganggu Nick yang masih diam seribu bahasa.
“ini caraku mencintaimu, Natale”
Natale menatap Nick yang masih terus menatap ke depan.
Karena tak ada reaksi apapun dari Nick, Natale pun juga hanya bisa terdiam.
Sesampainya di rumah…
“masuklah ke kamarmu. Kau harus banyak istirahat. Aku akan
mengurus tiketku. Juga memberitahu mama kalau aku tidak bisa pulang besok”
“kau tidak harus melakukan hal ini. Aku bukan
tanggungjawabmu, Nick”
“tidak apa-apa. Aku pergi dulu”
Nick meninggalkan Natale yang masih diam di lobi rumah.
Luigi pun mendekatinya.
“nyonya, tadi tuan Nicco telpon mencari nyonya”
“ada pesan darinya?”
“iya, tuan mengabarkan mungkin pulangnya seminggu lagi kalau
tidak ada apa-apa”
“ya, thanx”
Dengan langkah gontai, Natale keatas menuju kamarnya. Ia
hanya duduk melamun di balkon kamarnya.
Setelah mengurus tiketnya di bandara, Nick menuju ke kedai
kopi Giolitti yang ada di pusat kota Roma, beberapa blok dari Trevi Fountain.
Ia menuju salah satu meja dan bertemu seseorang disitu.
“hai, sudah lama, Mike?”
“baru saja. Lama juga kita tidak bertemu”
“ya. Setelah lulus kuliah aku memang jarang kesini. Kamu
sendiri malah menetap disini”
“pekerjanku disini. Bagaimana lagi?”
“bagaimana kabar Lara?”
“dia baik-baik saja. Dia belum bisa diajak kesini. Dia masih
di Belanda sana. Aku menjenguknya beberapa bulan sekali. Bagaimana kabarmu?
Sebenarnya sudah lama aku ingin bertemu denganmu sewaktu kau mengabarkan
kepadaku kalau kau memang mempunyai saudara, kembar lagi”
“ya”
![]() |
Giolitti |
“dan sedihnya lagi, Natale menjadi istrinya ya?”
Nick hanya tersenyum getir,”dunia ini kecil sekali kan?”
“kau masih mencintainya ya? Lebih tepatnya, mencintai istri
dari kakakmu sendiri”
Lagi-lagi Nick hanya tersenyum getir.
“hei, dari tadi kau hanya senyum-senyum sendiri. Kau tidak
menjawab pertanyaanku, sobat”
“buat apa?”
“tanpa mengatakannya pun, aku tahu kau masih mencintai Natale.
Kisah yang rumit ya?”
“mungkin kalau dia istrinya orang lain, akan lebih mudah bagiku
untuk melupakannya. Tapi, dia sekarang jadi istri Nicco, kakakku sendiri? What
the hell? Setiap saat aku masih bisa bertemu dengannya. Sekarang pun aku
tinggal serumah dengannya. Parahnya lagi, suaminya sering bepergian”
“kau tidak mencoba merebutnya kembali?”
“kamu gila! Tapi… pernah juga aku mencobanya. Ternyata, Natale
sekarang lebih mencintai suaminya. Dan kau tahu akibatnya? Nicco menembaki aku
dengn membabi buta. Plus menghajarku”
“wtf! Are you seriously?”
“apa aku pernah berbohong kepadamu?”
“Nicco benar-benar gila!”
“begitulah. Tapi, aku sudah berhasil meyakinkannya kalau
diantara aku dan Natale sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Walau sebenarnya
aku msih saja sulit untuk melupakannya”
“carilah teman wanita. Pilih salah satu dan jadikan kekasihmu”
“tak semudah itu, Mike”
“kapan kamu pulang?”
“seharusnya besok, tapi terpaksa harus kuundur lagi. Kau
jadi mengingatkanku untuk menelpon mama”
“kenapa diundur lagi?”
“hhh… saat ini Natale sedang hamil. Kata dokter,
kandungannya lemah. Rentan keguguran”
“oya? Tapi, apa hubungannya denganmu? Itu bukan
tanggungjawabmu, kan?”
“memang, tapi Nicco sedang pergi. Dia sendirian. Kasihan
dia”
“Natale seharusnya menjadi istrimu. Sayang sekali kalau dia
mendapatkan suami seperti Nicco itu”
“sudah takdir kami harus seperti ini”
Sebuah mobil lewat di depan mereka. Nick dan Michael hanya
melihatnya sampai mobil itu menghilang di tikungan jalan.
“apakah dia…”
“ya, benar. Dia Nicco”
“gila! Ini benar-benar gila! Kalian sangat mirip sekali. Aku
tidak bisa membedakan kalian, Nick”
“ya, begitulah”
Nick hanya menundukkan kepalanya dan meminum kopinya.
“tapi, apa yang sedang diperbuatnya? Kulihat dia membawa
pistol”
“jangan tanyakan hal itu kepadaku. Aku belum lama
mengenalnya kan? Itu hidupnya”
“kehidupan apa sebenarnya yang dia jalani? Lalu, orang-orang
yang ada di sampingnya tadi siapa?”
“mungkin anak
buahnya, bodyguardnya”
“menurutku, lebih baik kau segera pulang ke Belanda. Jangan
pernah kesini lagi. Itu satu-satunya jalan agar kau bisa melupakan Natale.
Ingat, dia sudah jadi milik orang lain”
“ya, segera setelah Nicco pulang, aku akan pulang ke Belanda”
“aku dengar, papamu ternyata seorang mafia ya?”
“entah, aku tidak tahu. Dan tidak ingin tahu. Sudahlah,
tidak usah membicarakan keluargaku lagi. Aku tidak tahu apa-apa tentang papa
ataupun Nicco”
“ok, ok”
“kapan kamu pulang? Kita bisa sama-sama kalau waktumu tepat”
“aku baru ada waktu bulan depan. Bulan ini pekerjaanku masih
banyak, tidak bisa kutinggalkan. Salam saja untuk Wilma. Aku rindu sekali
padanya”
“tentu akan kusampaikan. Sebenarnya dia memaksa ingin ikut.
Tapi bagaimana lagi? Di sekolahnya baru ada ujian”
“kapan-kapan kalau kau kesini, ajaklah Wilma. Tapi
ingat,menginap saja di rumahku. Jangan di istana itu”
Nick hanya tersenyum. Michael melihat ke arah jam tangannya.
“Nick, maaf. Aku harus segera kembali ke kantorku. Aku ada
jadwal bertemu dengan klien. Kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi. Kalau ada
apa-apa, jangan segan-segan untuk menelponku”
“tentu, thanx”
Michael meninggalkan Nick sendirian di kedai kopi itu. Nick
segera menelpon mamanya, Maria. Memberitahu kalau dia mengundur jadwal
kepulangannya. Setelah itu, dia menelpon Natale.
“Natale, bagaimana keadaanmu?”
“aku baik-baik saja, kenapa?”
“aku hanya khawatir saja dengan keadaanmu, setelah mendengar
perkataan dokter tadi”
“kau tak perlu berlebihan seperti itu, Nick. Kalau ada
apa-apa,`aku pasti menelponmu”
“suamimu sudah pulang?”
“belum, tadi ada pesan dari Luigi kalau mungkin seminggu
lagi dia baru pulang”
“aku sudah mengundurkan jadwal kepulangan kepulanganku. Aku
hanya mengkhawatirkan kesehatanmu. Aku sudah bilang ke mama juga”
“Nick, trimakasih ya. Sudah memberiku perhatian melebihi
suamiku sendiri”
“ya, kita keluarga. Jadi kau tanggungjawabku juga kalau Nicco
tidak ada. Oya, aku nanti mau mapir ke supermarket. Kau mau nitip apa?”
“buah saja, aku sedang ingin makan buah yang segar”
“aku masih ingat dengan buah kesukaanmu. Akan kubelikan apel
merah nanti”
“thanx, Nick”
Setelah membayar kopinya, Nick meninggalkan tempat itu
menuju sebuah supermarket. Ia memilih barang-barang yang ia butuhkan dan
membeli beberapa buah apel. Sewaktu sedang memilih beberapa buah apel, seorang
perempuan tak sengaja menabraknya.
“Nicco?”
“maaf, aku bukan Nicco”
“oh, kau pasti yang dibilang kembarannya itu ya?”
“maaf, apakah aku mengenalmu?”
“kamu sudah lupa? Kita bertemu di restoran malam itu. Kau, Nicco
dan istrinya itu”
“oh, kau yang bernama Claudia itu ya?”
“ya, apa kabar?”
“baik, kau?”
“aku baik-baik saja. Sendirian?”
“ya, seperti yang kau lihat. Maaf, tapi sepertinya wajahmu
familiar sekali”
“tentu saja, kita kan pernah bertemu”
“bukan, maksudku sepertinya aku mengenal sesosok perempuan
yang wajahnya mirip sekali denganmu. Kamu punya keluarga atau saudara perempuan
yang mirip dirimu?”
“ya, aku punya kakak perempuan. Orang bilang kami seperti
kembar padahal bukan”
“masalahnya, aku dulu punya teman di kampus. Wajahnya mirip
denganmu”
“kampus? Apakah kau dulu pernah sekolah di Universitas Roma?”
“iya”
“mmm… aku tahu sekarang. Kakakku dulu sekolah disana juga.
Apakah namanya Angela?”
“Angela Anthony Gerrardo?” Nick bertanya.
“tentu saja, itu kakakku. Dunia ini kecil ya?”
“bolehkah aku tahu nomor telponnya? Atau dimana dia tinggal
sekarang?”
“tentu saja”
Claudia memberikan secarik kertas berisi nomor telpon dan
alamat Angela Anthony Gerrardo.
“Claudia, trimakasih banyak ya”
“sama-sama. Aku harus segera pergi. Salam saja untuk Nicco
dan istrinya. Maaf tentang perkataanku di restoran malam itu. sampaikan maafku
untuk mereka. Kuharap hubungan mereka baik-baik saja”
“tentu, mereka baik-baik saja kok”
“thanx. Bye, Nick”
“bye”
Setelah membayar barang-barang yang dibelinya, Nick segera
pulang. Luigi yang memarkirkan kendaraannya. Nick langsung menuju ke lantai
atas dan mengetuk pintu kamar Natale.
“masuklah,” sahut Natale dari dalam kamar.
“hai, ini pesananmu”
“trimakasih ya. Kau perhatian sekali. Beli apa kau tadi”
“eh, emmm… aku membeli beberapa boneka. Eits, jangan salah
sangka dulu. Itu untuk Wilma. Kalau tidak, dia bisa mendiamkan aku lama sekali”
“beruntung sekali Wilma. Punya kakak sepertimu”
“tidak juga. Aku yang bangga punya adik seperti Wilma.
Selalu membuat hari-hariku terasa indah. Oya, mau kubuatkan minuman?”
“kau bisa?”
“tentu, banyak teman-temanku yang suka. Dan kaupun pasti
ketagihan”
“boleh”
Nick menuju pantry yang ada di kamar Natale.
“banyak sekali minuman beralkohol disini”
“punya Nicco”
Nick segera membuatkan minuman hangat untuk Natale.
“ini, minumlah. Kuharap kau suka”
“kau sendiri?”
“aku tadi sudah minum dengan temanku”
Nick duduk di samping Natale di balkon kamar Natale yang
besar itu dan memandangi Natale.
“ada apa? Ada yang salah dengan diriku?”
“ah, tidak. Lupakan”
“ada apa? Beritahu aku”
“kau masih cantik seperti dulu. Tidak berubah”
“kau berusaha untuk merayuku lagi? Kau tidak kapok dengan
perlakuan Nicco kepadamu dulu?”
Nick hanya tersenyum.
“oya, aku tadi bertemu Claudia di supermarket”
“Claudia siapa?”
“wanita yang dulu menemui kita di restoran malam itu”
“oh, wanita simpanannya Nicco itu?”
“kau yang mengatakannya, bukan aku”
“iya, iya. Trus, apa dia bilang?”
“hei, kok kamu sewot begitu?”
“siapa yang tidak sewot, Nick?!”
“oke, oke. Lupakan saja pembicaraan kita ini”
“tidak, lanjutkan saja”
“aku tidak mau kamu sewot lagi”
“tidak, aku janji”
“kamu ingat dengan ceritaku yang aku menyukai kakak kelasku
di kampusku dulu?”
“yang kau bawa ke restoran itu? Iya, aku ingat. Ada apa?”
“namanya Angela Anthony Gerrardo. Ternyata dia adalah kakak
Claudia”
“what?! Kecil sekali dunia ini. Lalu?”
“dia memberiku nomor telpon dan alamat Angela”
“sudah kau telpon?”
“belum. Tidak semudah itu juga, Natale. Aku butuh waktu”
“untuk apa? Dan sampai kapan?”
“untuk melupakanmu, dan entah sampai kapan”
Keduanya terdiam sejenak.
“istirahatlah. Aku akan ke kamarku”
Nick beranjak dari duduknya dan menuju pintu.
“Nick, trimakasih, ya. Untuk semuanya”
Nick hanya tersenyum dan keluar dari kamar Natale.