Sabtu, 15 Maret 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 6)

Hari demi hari berlalu. Nicco selalu menyayangi Natale. Ia pun lupa dengan masa lalunya yang kelam. 
Suatu hari…
Waktu itu Nicco baru pulang entah darimana. Pagi itu Natale yang membukakan pintu.
“Nick, untunglah kamu segera kembali. Aku sangat mengkhawatirkan kamu. Sudah dua hari kamu tidak pulang. Kemana saja kamu, Nick?”
Nicco langsung duduk dan diam. Natale mendekatinya.
“Nick, ada apa denganmu? Kau tahu aku sangat khawatir, Nick?”
Nicco langsung mendorong Natale ke tembok dengan kasar. Natale sangat terkejut. Ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Natale meringis kesakitan.
“kau menyakitiku, Nick”
“kau tahu kan kalau aku tidak suka kau panggil dengan Nick. Dan kau tidak perlu tahu kemana aku pergi selama ini. Kamu paham? Itu bukan urusan kamu!”
Nicco keatas ke kamarnya. Natale duduk bersandar di dinding. Ia menangis.
“ya Tuhan, apa yang sudah terjadi pada Nick? Mengapa dia berubah seperti itu? Dia dulu lembut dan selalu menyayangiku. Tapi kini? Tuhan, kau tahu kalau aku sangat mencintai Nick. Tapi mengapa kau lakukan hal ini kepadaku?”
Natale menyusul Nicco ke atas. Ia melihat Nicco berdiri di dekat jendela sambil memandang keluar. Angin semilir menyibakkan rambut Nicco yang sebahu. Natale mendekati Nicco.
“Nick, aku tidak mau sikap kamu berubah. Aku menginginkan kamu seperti yang dulu aku kenal”
“diam kamu!!”
Nicco menampar Natale dengan keras dan pasang muka yang amat sangat marah.
“Nick, teganya kau berbuat seperti itu kepadaku?”
“kenapa tidak? Bitch!”
Nicco mendekati Natale dan menatapnya dengan tajam. Natale sangat ketakutan dan mundur.
“tatapan itu lagi? Dimana aku pernah menjumpainya? Tuhan, tolong aku”
“Tuhan tidak akan menolong kamu kali ini. Kau disini milikku selamanya, seutuhnya”
“Nick, please…”
“Natale, aku kasihan kepadamu”
“apa maksudmu?”
“kamu seorang gadis del Pierro. Sedangkan aku, seorang Auletta Rossa. Sekarang katakan kepadaku, apa yang kau tahu tentang aku, semuanya!”
“Nick…”
“…cepat!”
“namamu Nicholas Auletta Rossa. Ayahmu James dan ibumu Maria. Adikmu bernama Wilma dan tinggal di Belanda. Kamu pernah sekolah di Universitas Roma, selalu menjadi mahasiswa teladan tiap tahun”
“jadi, Nick selalu menjadi murid teladan? Apalagi yang kau tahu?”
“Julia, kekasihmu, dan ibunya tewas terbunuh di Belanda. Lalu aku bertemu denganmu dan akhirnya kita menikah”
Natale bercerita dengan sangat ketakutan.
“kau sangat mencintai Nick?”
“tentu saja, karena kau sudah menjadi suamiku”
“Natale, sekarang aku harus berterusterang kepadamu. Aku, orang yang sudah menjadi suamimu ini, bukanlah Nick yang kamu cintai”
“aku tidak mau kamu bercanda, Nick”
“sudah kubilang aku bukanlah Nick. Aku adalah Nicco Auletta Rossa. Orang yang telah menculikmu dulu. Aku tidak kenal dengan orang yang bernama Nick itu. Dan kamu, telah menikah denganku”
“oh, tidaaakk!! Itu tidak mungkin!”
“ itu mungkin. Kebetulan saja nama keluarga Nick dan aku sama. Wajah kami sama. Makanya aku memanfaatkan kesempatan itu. Ayahku adalah Nicola, orang yang telah menabrak ibumu hingga meninggal. Dan aku bukan orang Belanda seperti Nick, tapi aku adalah Nicco, orang Italia”
“fuck you!!”
Natale histeris. Ia segera menyerang Nicco dengan tangan kosong (perbuatan konyol). Tapi dengan cepat Nicco segera mengeluarkan pistol dari balik bajunya.
“aku pasti akan membunuhmu”
“kau tidak bisa berbuat seperti itu kepadaku. Aku adalah istrimu yang sah!”
“ tapi aku adalah seorang Auletta Rossa. Aku tidak bisa membiarkan keluarga del Pierro begitu saja. Bersiaplah, sayang”
Peluru itu bersarang di bahu kiri Natale. Darah pun mengucur dengan deras. Nicco segera meninggalkan tempat itu dengan mobilnya. Natale roboh di lantai.
“ternyata dia bukan Nick. Aku telah menyerahkan segalanya kepada penjahat itu. Maafkan aku”
Natale berusaha untuk meraih gagang telepon. Tapi karena dia banyak kehilangan darah, ia pun pingsan. Hingga gagang telepon yang berwarna putih itupun terkena darah Natale.
Kebetulan sekali waktu itu ada seseorang datang. Ia mengetuk pintu rumah besar itu. Namun tidak ada jawaban. Ia lalu masuk dan menemukan Natale pingsan. Dan ia pun menelpon ambulan.

Seorang detektif sedang berada di suatu ruangan.
“kau sudah menyelidiki tentang Nicco Auletta Rossa?”
“ya, aku tadi ke rumahnya. Tak ada siapa pun. Aku hanya menemukan seorang gadis yang tubuhnya penuh dengan darah. Dia masih hidup, jadi segera kukirim ke rumah sakit”
“apa gadis itu pacarnya lagi?”
“entahlah”
“aku ingin kamu mendapatkan bukti-bukti yang cukup untuk memasukkan Nicco ke penjara. Thomas, sekarang temui gadis itu. Mungkin dengan dia, kamu bisa mendapatkan lebih banyak informasi”
Thomas Ian Griffith, sang detektif, segera menuju rumahsakit tempat Natale dirawat.
“hai, bagaimana keadaanmu?”
“baik, siapa kamu?”
“aku Thomas Ian Griffith. Panggil saja Thomas. Aku tadi kerumah itu dan menemukanmu pingsan”
“kau yang membawaku ke rumah sakit? Trimakasih ya. Untuk apa kau ke rumahku?”
“aku hanya mau bertanya, apa benar itu rumah Nicco Auletta Rossa?”
“iya”
“ada hubungan apa kau dengan Nicco?”
“dia suamiku”
“jadi, rupanya dia sudah menikah? Siapa yang telah melukaimu?”
“Thomas, kau ini sebenarnya siapa? Aku tidak kenal denganmu”
“maaf, aku sebenarnya seorang detektif dari America. Aku harus menyelidiki tentang Nicco. Kami perlu banyak bukti untuk memenjarakan dia. Dia pengedar obat-obatan terlarang di negaraku. Dia pemasok terbesar. Kau mau membantu kami?”
“dia suamiku”
“aku tahu. Tapi, siapa yang telah melukaimu?”
“Nicco”
“nona… e-maksudku Nyonya Auletta Rossa”
“panggil saja Natale”
“baiklah, Natale, kau sebagai istrinya tentu orang yang paling dekat dengannya. Kami butuh bantuanmu. Dan mulai sekarang kau ada dibawah pengawasan kami. Kami tidak mau kamu celaka”
“aku tidak perlu dijaga. Aku tidak perlu takut dengan suamiku sendiri kan?”
“bukan itu maksudku. Dengar, kau bisa saja dilukai Nicco kapan saja. Nicco sangat kejam”
“entah, aku mau istirahat dulu. Aku pusing”
“baiklah, aku pergi dulu”

Tiga hari kemudian, Natale sudah boleh pulang. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Ia duduk sendirian dibalkon, tak tahu apa yang harus dilakukannya.
“aku tidak tahu kemana Nicco sekarang. Sampai sekarang aku masih belum percaya kenapa aku sampai menikah dengan dia. Aku tidak dapat membedakan antara Nicco dan Nick. Mereka sangat mirip. Apakah mereka saudarakembar? Tapi, itu tidak mungkin. Nick orang Belanda dan Nicco orang Italia. Tapi, bagaimana dengan nama keluarga mereka yang sama, Auletta Rossa? Entahlah, aku bingung”
 Bel pintu depan berbunyi. Natale turun dan membukanya.
“hai, aku datang lagi”
“ada apa lagi?”
“boleh masuk?”
“masuklah, ada apa?”
“mulai sekarang aku akan menjadi pengawal pribadimu alias bodyguardmu”
“maksudmu?”
“kau tahu bodyguard kan? Aku akan menjagamu siang malam dan mengikuti kamu kemana pun kamu pergi. Aku harus melindungi kamu. Ini atas perintah atasanku dan juga negaramu. Kau tidak bisa menolaknya”
“jadi, kau juga akan tidur di rumahku?”
“kemanapun kau pergi, aku pasti ada disitu”
“aku sudah punya suami”
“tunggu, aku disini hanya untuk melindungi kamu saja, tidak lebih”
“terserah kamu sajalah. Lalu bagaimana jika Nicco pulang? Aku tidak mau dia salah paham. Walau dia menyakitiku, aku tetap sebagai istrinya”
“jangan khawatir, dia sekarang sedang berada di Milan”
“lalu, mengapa kamu tidak mengejar dia?”
“ aku ditugaskan untuk menjagamu. Ini surat tugasku. Dan, sudah ada yang ditugaskan ke Milan”
Thomas mengikuti Natale ke dapur.
“semoga Tuhan melindungi Nicco”
“mengapa kau masih tetap membela dia? Kamu kan pernah disakiti dia?”
“karena dia suamiku. Itu saja”
Natale akan menuangkan air panas ke cangkir. Tapi, tempat air panas itu terjatuh mengenai kaki Natale.
“Natale, kau harus berhati-hati. Sini kubantu”
Thomas menggendong Natale menuju kursi lalu mengobati kaki Natale dengan obat-obatan yang ada di kotak obat.
“kau pandai sekali”
Thomas hanya tersenyum.
“dulu cita-citaku ingin menjadi dokter. Nah, sudah selesai. Aku disini berguna juga kan? Kau punya seorang pembantu?”
“tidak”
“lalu bagaimana kamu bekerja jika kakimu sakit?”
“kukerjakan sebisaku”
“aku juga bisa memasak. Masakanku enak. Rekan-rekan kerjaku menyukainya. Mau coba?”
Thomas lalu ke dapur. Dengan tertatih, Natale mangikutinya. Natale hanya duduk di kursi tinggi sambil melihat Thomas memasak.
“dimana perlengkapannya?”
“lemari atas itu. Darimana kamu belajar memasak?”
“kalau istriku kerja, aku yang menyiapkan makanan untuk 3 orang anakku”
“aku tidak percaya kalau kau sudah punya tiga orang anak. Kau masih muda”
“ini buktinya”
Thomas mengeluarkan selembar foto dari dalam dompetnya. Foto istri dan ketiga anaknya.
“aku selalu membawanya kemanapun aku pergi. Aku tak bisa melupakan mereka. Aku selalu mengenang mereka”
“maksudmu?”
“mereka semua sudah meninggal”
“maaf”
“tidak apa-apa”
“kenapa mereka sampai meninggal? Kalau kau tidak berkeberatan bercerita”
“kau pasti tidak akan percaya. Mereka semua dibunuh oleh Auletta Rossa. Karena aku berhasil menggagalkan transaksi terbesar mereka”
“aku sekarang sudah menjadi anggota keluarga Auletta Rossa. Mengapa kau tidak membunuhku? Kau bisa lampiaskan kepadaku”
“tidak, kepala kita harus dingin. Tidak boleh bertindak semaunya. Kau tidak bersalah dalam hal ini. Jadi, untuk apa aku membunuh kamu. Tugasku malah sebaliknya, melindungimu dari Nicco”
“maaf jika aku sudah mengingatkanmu tentang masa lalumu”
“tidak apa-apa, sifatmu mirip dengan istriku. Sudahlah, lupakan saja pembicaraan kita ini”
“ya, lagipula nanti masakan kamu bisa hangus”
“sudah matang. Kau nanti pasti ketagihan. Sekarang, ayo kita coba. Hei, tunggu dulu! Kau tidak bolehberjalan terlalu banyak. Kakimu masih sakit”
Thomas menggendong Natale ke meja makan.
“kau tak perlu menggendongku seperti ini. Aku bisa jalansendiri”
“kalau kaki kamu sakit lagi, itu malah akan semakinmerepotkanku. Sekarang, cobalah!”
Mereka memakan masakan Thomas dengan lahapnya.
“enak juga. Oya, nanti malam aku ada janji dengan dokter Ramirez. Aku harus periksa ulang. Kamu juga ikut?”
“ tentu saja. Aku yang akan mengantarmu dengan mobilku. Aku juga ingin mengajakmu makan malam, kamu mau?”
“Thomas, tugasmu hanya menjagaku, tidak lebih!”
“mau tidak?”
“baiklah, jika aku sudah sembuh. Malu jika aku masih dalam keadaan begini”
“ok, jam berapa nanti malam?”
“jam 7 malam”

Suatu malam, Natale duduk di belakang rumah menghadap ke danau. Ia melamun, lalu datanglah Thomas yang ikut duduk disampingnya. Ia membawakan baju hangat untuk Natale.
“melamun ya? Ada apa?”
“trimakasih, Thomas. Saat ini aku sedang memikirkan Nicco. Dimana dia sekarang? Sudah 1 bulan dia tidak datang”
“kau tidak bisa melupakan dia?”
“ya”
“Natale, sudah satu bulan aku menjagamu. Dan selama itu pula aku merahasiakan sesuatu darimu”
“apa?”
“entahlah, aku merasa bodoh bila aku mempunyai perasaan ini kepadamu. Kau punya suami. Aku tak mau merusak hubunganmu dengan Nicco, walau dia buronan kami”
“apa? Katakanlah!”
“sejak semua keluargaku tewas, aku tidak mau jatuh untuk yang kedua kalinya. Aku tidak mau jatuh cinta lagi. Aku takut hal yang sama akan terjadi lagi, selama Nicco masih bebas. Tapi, begitu aku menjumpaimu dirumah sakit dulu, aku mulai bersemangat untuk menjalani hidup ini. Dan aku beruntung, akulah yang ditugaskan untuk menjagamu. Karena kurasa, aku jatuh cinta kepadamu. Aku mencintaimu, Natale. Aku cemburu pada Nicco. Tiap kali kau menyebut nama dia, aku sangat cemburu, Natale”
“sudahlah, Thomas. Aku sangat menghargai perasaanmu terhadapku. Tapi kau tahu, aku sudah memberikan segalanya untuk Nicco”
“ya, aku tahu”
“aku tidak bisa melupakan Nicco walau sebenarnya bukan dia yang kucintai”
“mau cerita?”
“namanya Valentino d’Alema. Kau pasti tahu”
“kau selalu berhubungan dengan orang-orang seperti itu”
“entah. Tapi sebenarnya bukan dia juga. Namanya Nick Auletta Rossa”
“mau cerita? Kalau tidak keberatan”
“ini cerita yang rumit. Sampai sekarang pun aku masih bingung”
“aku dulu pernah diculik Nicco. Lalu ada seorang pria dikampus yang mencintaiku. Dialah Nick, yang amat sangat mirip seperti saudara kembar dengan Nicco. Tapi, dia berhasil meyakinkanku kalau dia bukan Nicco. Dia orang Belanda. Selesai sekolah, dia pulang ke Belanda dan berjanji kepadaku suatu saat akan menikahiku. Tapi, dua minggu kemudian, datanglah Nicco yangmengaku sebagai Nick. Dan, beginilah aku sekarang. Berstatus sebagai istri Nicco Auletta Rossa”
“apa kau tidak berpikir kalau mereka saudara kembar? Nama keluarga mereka sama, juga wajahnya”
“sempat aku berpikir seperti itu. Nick orang Belanda dan Nicco orang Italia. Tak mungkin kan kalau mereka saudara kembar?”
“yah, siapa tahu”
“Nick anak tunggal, juga Nicco”
“aku juga bingung, aneh”
“lupakanlah, mulai sekarang aku harus belajar mencintai Nicco. Jadi, maafkan aku, Thomas”
“aku mengerti”
“oya, aku menyukai logatmu”
“kakekku orang Italia. Jadi, aku masih ada darah Italia kan? Kamu kedinginan. Lebih baik kita ke dalam saja. Atau kalau kau mau tidur, tidurlah. Aku akan menjagamu”
Thomas mengantar Natale sampai depan kamar.
“aku ada di depan kamarmu bila kau membutuhkanku”
“thanx”

Dua bulan berlalu sudah berlalu sejak Thomas menjaga Natale. Malam itu mereka makan malam diluar. Natale memakai gaun malam warna hitam selutut favoritnya.
“kau sangat cantik, Natale”
“trimakasih”
Mereka menuju sebuah restoran yang agak temaram. Setelah makan malam mereka berdansa. Thomas menatap Natale dengan tajam. Natale gugup dan hanya bisa menundukkan kepalanya. Tiba-tiba Thomas menyentuh dagunya dan mencium bibir Natale. Anehnya Natale hanya diam saja. Sewaktu tersadar, dia langsung kembali ke mejanya.
“maaf…”
“Natale, tunggu! Maafkan aku. Aku tak tahu mengapa aku berbuat hal seperti itu kepadamu”
“bukan kau yang salah. Seharusnya aku tidak memberimu harapan”
“lupakan saja peristiwa ini. Sekali lagi, maafkan aku. Tak seharusnya aku begitu. Kau mempunyai suami”
“sudahlah, antar aku pulang sekarang”
Mereka lalu keluar dari restoran menuju parkiran. Belum sampai di mobil, tiba-tiba Natale merasa pusing dan pingsan.
“Natale!”
Dengan panik, Thomas membawa Natale ke klinik terdekat. Dia terus mendampingi Natale yang masih tergolek lemah. Lalu masuklah dokter jaga.
“dokter, apa dia tidak apa-apa?”
“tidak, istri anda ini hanya kecapaian. Harus istirahat total di rumah. Jangan terlalu capek apalagi terlalu banyak pikiran. Anda harus selalu menjaganya. Dan… selamat ya, anda sebentar lagi akan menjadi seorang ayah”
“saya hamil, dokter?”
“ya, anda hamil tiga bulan. Ini resep obatnya”
“trimakasih”
Sewaktu di dalam mobil…
“hei, ada apa denganmu? Kau akan punya anak dari Nicco. Lucu juga tadi, dokter itu menyangka kalau aku adalah suamimu”
“Thomas, aku tidak menginginkan bayi ini”
“Natale, kenapa kamu ini?”
“entah, hanya saja aku tidak menginginkannya!”
“baiklah, sekarang kita pulang saja dulu. Kau harus jaga kesehatanmu”
Sesampainya di rumah, tanpa ganti baju, Natale berbaring diranjangnya yang besar. Thomas melepaskan sepatu Natale yang wajahnya masih nampak pucat itu dan menyelimutinya.
“Natale, rawatlah anakmu. Dia butuh hidup juga seperti kita.Dia darah dagingmu sendiri. Kau akan jauh lebih kejam dari Nicco jika kau mengugurkannya, mengerti?”
“iya”
“aku sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu sendirian. Aku tidak mau kau melakukan hal-hal yang tidak kuinginkan”
“percayalah, aku tidak apa-apa”
“sungguh?”
“iya”
Thomas keluar. Seperti biasa, dia berbaring di sofa panjang depan kamar Natale.
“mengapa aku harus mengandung anak Nicco? Aku tidak mengharapkan bayi ini lahir!”
Dengan kalap, Natale memukuli perutnya sambil menangis.Thomas terkejut mendengar tangisan Natale.
“ya Tuhan, Natale, apa yang kau lakukan? Hentikan!”
“biarkan aku membunuh anak ini! Aku tidak menginginkannya!”
“kenapa?”
“aku tidak mau melahirkan cucu dari seseorang yang sudah membunuh mamaku! Aku tidak mau!”
“dengar, Natale!”
Thomas sudah tidak sabar menghadapi Natale karena kewalahan. Ia pun menampar Natale dengan keras. Natale pun menangis.
“rupanya kau tidak mendengar penjelasanku tadi! Kalau kau tidak menginginkan bayi itu, mengapa dulu kau melakukannya dengan Nicco? Bayi itu tidak berdosa. Beban kakeknya tidak bisa diberikan begitu saja kepada bayi itu. Apa kau tidak menyadari kalau janin itu nantinya akan menjadi manusia seperti kita? Kau malah ingin membunuh anakmu sendiri!”
Natale hanya terdiam menatap Thomas. 
“kemarilah, Natale”
Thomas pun memeluk Natale.
“sudahlah, aku hanya tidak ingin kau berbuat seperti itu. Karena aku pernah kehilangan anak-anakku. Itu akan sangat menyakitkan”
“maafkan aku, Thomas. Aku pasti sudah kehilangan anakku bila kau tak disini. Kau selalu ada disaat aku membutuhkanmu. Trimakasih”
“asal kau mau janji kalau kau tak akan melakukan hal itulagi”
“iya. Tapi, tolong, jangan tinggalkan aku. Aku takut”
“baiklah, aku akan tidur di kursi panjang itu”
Thomas akhirnya tidur di kursi panjang yang ada di kamar Natale. Ia meletakkan pistolnya diatas meja samping kursi panjang itu. Tapi, tiba-tiba Thomas terbangun begitu mendengar suara gaduh. Ia akan mengambil pistolnya namun sudah tidak ada.
“ini pistolmu, detektif”
Thomas menoleh. Tapi ujung pistolnya sudah ada di kepalanya.


“Valentino d’Alema?”
“ya, akulah Valentino d’Alema. Apa kabar, detektif? Aku bisa saja membunuhmu sekarang ini. Tapi, aku sedang tidak ingin. Yang kuinginkan saat ini hanya Natale. Dia pasti mau melayaniku. Dulu dia begitu mencintaiku”
“Natale!”
Dengan cepat Val memukul tengkuk Thomas. Thomas pun pingsan.Anak buah Val membawa Natale yang pingsan karena dibius ke mobil. Dengan senyum kemenangan, Val mengikuti mereka.

Nicco dan Nicola sedang berbincang-bincang di sebuah apartemen mewah yang ada di Milan.
“saat ini aku sedang dikejar-kejar polisi, sialan!”
“Natale?”
“aku meninggalkannya. Entah bagaimana keadaan dia sekarang”
“sampai kapanpun, aku tak akan menganggap dia sebagai menantuku. Tapi, bagaimana kalau saat ini dia sedang hamil?”
“entah, tapi itu tidak mungkin”
Telpon yang ada di ruangan itu berdering. Nicco yangmengangkatnya.
“ya, hallo”
“Nicco? Aku ingin bicara dengannya. Ini penting”
“Jack? Ada apa?”
“untunglah kau tidak sedang pergi. Aku ada info penting. Ini tentang Natale”
“tunggu, kau di Napoli. Bagaimana mungkin kau tahu tentang Natale?”
“aku di Napoli sebentar. Maaf, tapi aku diam-diam mengawasi Natale”
“apa infomu?”
“barusan Natale diculik. Kau pasti tak menyangka siapa yang telah menculik Natale. Dia d’Alema”
“Val? Mau apalagi dia? Apa dia tidak tahu kalau Natale milikku?”
“justru dia tahu Natale istrimu, dia lalu membawa kabur Natale. Nicco, aku menyesalkan kau telah meninggalkan Natale. Dulu kau bilang kau sangat ingin memilikinya. Ada apa denganmu? Dia sangat menderita. Kau harus menolongnya. Bagaimanapun juga kalian sudah terikat dengan tali perkawinan”
“Jack, berhentilah mengawasi Natale!”
“kau pasti akan langsung kesini jika kau sudah mendengar informasi yang satu ini”
“apa?”
“saat ini, Natale, istri kamu sendiri, sedang hamil. Dia sedang mengandung anak kamu tiga bulan. Kau harus menyelamatkannya kalau kau ingin anakmu selamat. Aku tahu pasti apa yang akan dilakukan Val bila dia tahu kalau Natale sedang mengandung anakmu”
“sialan! baik, aku akan kesana. Aku tak akan memaafkan Val bila dia sampai menyentuh Natale. Aku tahu kemana dia membawa Natale!”
Nicco menutup telponnya.
“mau kemana?”
“kau betul, pa. saat ini Natale sedang hamil. Kau harus menyadari bahwa Natale mengandung anakku, cucumu sendiri. Dan saat ini dia sedang membutuhkanku. Aku akan ke Roma sekarang juga”
Nicco segera pulang ke rumahnya.
Waktu dia ke dapur, ia menemukan tanda pengenal.
“Thomas Ian Griffith? Detektif? Mengapa ada di dapur rumahku?”
Nicco segera ke selatan. Lalu sampailah ia di daerah yang jauh dari pemukiman.

Natale baru saja sadar dari pingsannya. Ia melihat seorang pria membelakanginya sedang berdiri di balkon.
“oh, rupanya kamu sudah sadar”
“Val? Kaukah itu?”
“ya, rupanya kamu masih mengingatku dengan baik. Apa kabar,sayang?”
“kaukah yang sudah menculikku?”
“ya, kenapa? Kamu menyukainya?”
“mengapa?”
“sebenarnya… sudah lama aku ingin bertemu denganmu. Tapi, hhh…. Kau sudah menjadi istri Nicco. Jadi, kuputuskan untuk membawamu kabur”
“apa hubunganmu dengan Nicco?”
“Nicco belum bercerita ya? Kami berdua musuh! Maka dari itu, apapun yang menjadi miliknya harus aku rusak, termasuk dirimu!”
“apa yang akan kau lakukan terhadapku?”
“aku tidak akan menyakitimu, tidak. Aku tidak akan tega. Aku hanya akan memberimu sedikit kesenangan”
“maksudmu?”
Val melangkah mendekati Natale.
“maksudmu apa?”
“aku hanya ingin memelukmu seperti ini”
“lepaskan, Val!”
Karena Natale terus memberontak, Val pun menampar Natale dengan keras. Natale sampai terhuyung-huyung membentur tembok dan terduduk dilantai.
“Val, kumohon. Lepaskan aku. Aku sudah bukan milikmu lagi”
“memang, tapi sekarang kau milikku! Bukan milik Nicco!”
Val memaksa Natale berdiri dengan kasar.
“kau menyakitiku, Val. Tolong…”
“aku mau sekarang kau membersihkan dirimu. Aku pergi sebentar, tapi jangan khawatir. Aku segera kembali”
“Val!!”
Val keluar dari ruangan itu dan seseorang segera mengunci kembali pintu kamar itu.

Natale duduk meringkuk di sudut ruangan. Gaun pestanya pun menjadi kusut dan berantakan.
“Nicco, maafkan aku. Aku tidak dapat menjaga diriku. Semua ini karena val”
“Natale, kasihan kamu. Berdirilah. Apa kamu tidak merindukanaku? Sudah lama kita tidak bertemu. Sayang sekali, sekali bertemu, kau sudahmenjadi milik Nicco sialan itu! Dan kau pun sedang hamil. Tapi aku sudah puas, kau tahu?!”
“Val, kau tak pantas melakukan hal ini kepadaku”
“memang, tapi aku puas karena kemarin kau sudah menjadi milikku seutuhnya, seutuhnya, Natale. Sudah lama sekali aku menunggu hal ini. Kenapa wajahmu pucat begitu?”
“tolong keluarkan aku dari sini”
“aku tidak akan membiarkan anak Nicco sialan itu hidup!”
“apa maksudmu?”
“aku akan mengambil paksa janin itu!”
“itu tidak mungkin!”
“apa saja menjadi mungkin ditanganku. Tunggu saja nanti”
“Val!”
Namun Val sudah keluar dari kamar Natale.
Nicco berusaha mendekati rumah Val yang tingkat itu. Ia melihat Natale ada di dekat jendela ruang atas. Natale pun melihat Nicco.
“apakah dia Nicco? Apakah dia datang untuk menyelamatkanku?”
Tanpa diketahui para penjaga, Nicco memanjat dan segera memeluk Natale.
“Natale, maafkan aku, sayang. Aku telah membuatmu menderita. Aku mencintaimu”
“Nicco, bawa aku pergi secepatnya dari tempat ini. Aku tahu Val orangnya keras dan nekat. Aku takut”
“pasti, kau pasti akan selamat, sayang”
Dengan memanfaatkan dahan pohon yang terjulur, mereka segera melarikan diri, membawa Natale segera pergi dari tempat itu. Ia menggandeng Natale sambil berlari dengan kencang. Tapi, para penjaga segera tahu dan mulai mengejar dengan senjata di tangan mereka.
“Nicco, aku sudah tidak kuat lagi. Aku lelah. Aku tidak bisa berlari lagi. Ini tidak baik buatku,” kata Natale dengan nafas yang tersengal-sengal. Natale bersandar pada pohon besar.
“mereka pasti akan segera menangkap kita. Natale, kita harus lari lagi. Mobilku sudah dekat, sayang”
“tapi…”
Belum sempat Natale bicara, mereka sudah dikepung oleh orang-orang Val dengan semua senjata mengarah ke mereka. Lalu Val datang dengan mobil pick up merah kesayangannya. Ia turun dan mendekati Natale.
“Natale, kesini kamu!” dengan paksa ia menarik Natale.
“Val, jika kamu macam-macam dengan dia, aku bersumpah akan mandi darahmu!”
“hmmm… gertakan yang hebat. Tapi siapa peduli? Aku merasa bahagia sekali karena kemarin Natale bisa aku miliki sepenuhnya. Perlu kauketahui, saat ini yang kuinginkan hanya satu. Aku tidak mau anak kamu hidup dan kau ajarkan untuk balas dendam ke aku. John, tembak Nicco, tapi jangan sampai dia mati. Karena aku ingin dia menyaksikan bagaimana dia akan kehilangan calon anaknya. Cepat!”
“tidak, tunggu! Kalian tidak bisa melukai Nicco!” jerit Natale.
John mengarahkan pistolnya ke dada Nicco. Nicco berusaha menggapai pistolnya yang ada di pinggang belakang dengan perlahan. Tapi, John keburu memuntahkan dua pelurunya untuk bersarang di dada nicco. Nicco pun ambruk.
“kau pasti akan menerima akibatnya, Val” gertak Nicco.
Natale lalu melihat seseorang naik mobil.
“Thomas! Help me!”
Thomas mendekat.
“bila kau maju selangkah saja, maka Natale hanya akan tinggal nama”
“aku pasti akan mengirimmu ke penjara, Val!”
“itu tidak akan terjadi, detektif”
“Nicco, aku mencintaimu, Nicco”
Natale semakin menangis dengan keras.
“sekarang lihatlah peristiwa yang sangat bersejarah ini untukmu, sobat. Kau pasti akan kehilangan anakmu, Nicco”
“nicco, tolong aku! Aku tidak mau kehilangan anakku. Aku tidak mau!”
Nicco tidak bisa berbuat apa-apa ketika sebuah pisau menancap di perut Natale. Natale pun segera roboh juga ke tanah.
“Natale, maafkan aku, sayang. Aku tidak bisa menolongmu”
“sekarang anakmu tidak bisa kau ajarkan dendam kepadaku, kan?”
Dengan tertawa-tawa, Val pergi meninggalkan tempat itu beserta anak buahnya.
Dengan tertatih-tatih dan berusaha sekuat tenaga, Nicco berusaha menggendong Natale ke mobil Thomas. Thomas segera membantu Nicco dan segera ngebut meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit dikota. Nicco pun pingsan juga di tengah perjalanan karena banyak kehilangan darah.

Ketika sudah sadar, Nicco sudah berada di sebuah kamar rumah sakit. Disitu sudah berdiri Nicola.
“Natale, dimana dia?”
“kau harus istirahat, Nicco”
“bagaimana dengan anakku?”
“hhhhh…. Biar nanti dokter yang menjelaskan tentang itu”
“aku perlu tahu keadaan dia. Ada apa? Apakah dia….”
“… tidak,” sahut Nicola cepat,”sebentar kupanggilkan dokter”
Nicola meninggalkan kamar itu. Tak lama kemudian, dia sudahkembali lagi dengan seorang dokter.
“bagaimana keadaan istriku, dok?”
“istri anda baik-baik saja. Hanya sekarang ini dia masih belum sadarkan diri”
“kandungannya?”
“kalau itu… maafkan saya. Tapi…. Anda harus kehilangan calon anak anda”
Nicco tertunduk lesu. Dia hanya diam membisu sambil memandang keluar jendela kamarnya.

Esok harinya…
“antarkan aku ke ruangan istriku,” pintanya pada seorangperawat.
“tapi kondisi anda masih lemah. Dan lagi, istri anda juga belum sadar dari kemarin”
“antar aku menemui istriku,” kata Nicco pelan, dalam dan tegas.
“b-baik, tuan”
Dengan memakai kursi roda, Nicco diantar perawat itu kekamar Natale yang tidak begitu jauh dari kamar Nicco. Begitu pintu kamar dibuka, Nicco bisa melihat Natale tergeletak tak berdaya. Tubuhnya penuh dengan alat-alat rumah sakit. Natale pun bernafas menggunakan alat bantu tabung oksigen. Nafasnya dan detak jantungnya tidak begitu teratur.
“ada apa ini?” Nicco bertanya tidak mengerti.
“istri anda tidak apa-apa, tuan. Hanya belum sadar saja”
“kalian jangan membohongiku!”
Perawat itu mendorong kursi roda Nicco agar lebih mendekat lagi. Dengan perlahan, Nicco menggenggam tangan Natale. Sambil berdiam diri. Lama.
“maaf, tuan. Anda harus kembali ke kamar anda lagi”
“aku disini saja. Tinggalkan aku”
Tanpa membantah dua kali, perawat itu segera pergi keluar dari ruangan itu.
“aku pasti akan membalasmu, Val”
“disini kamu rupanya”
Sebuah suara mengagetkannya. Nicola sudah berada di ambang pintu. Dia segera masuk dan duduk di kursi yang ada di dekat Nicco.
“kau mencintainya?”
“iya, sangat. Begitu tahu dia sedang hamil anakku” kata Nicco lirih tanpa melepaskan pandangannya dari Natale.
“sampai sekarang Petra belum tahu tentangmu”
“ya, dan akan tetap seperti itu selamanya”
“aku tak tahu apa reaksi Petra jika dia tahu tentang yang sebenarnya. Tentang kita”
“entahlah, dan aku tidak peduli. Yang penting aku sekarang sangat mencintai Natale. Aku merasa bersalah terhadapnya. Aku yang membuat dia seperti ini”
Nicco masih terus menggenggam tangan Natale yang hanya bisa diam tak bergerak.
“Natale?!”
Nicco merasakan ada gerakan yang masih sangat lemah ditangan itu.
“Natale, aku disini, sayang”
Nicco membelai tangan Natale dengan penuh kasih sayang dan menciumnya.
“Nicco…. ,”bisik Natale lirih.
Nicola segera memanggil dokter.
“sebaiknya kalian keluar dulu. Kami akan memeriksa pasien ini,” kata dokter jaga.
Nicola mendorong kursi roda Nicco keluar dari kamar Natale. Beberapa saat lamanya mereka hanya bisa saling berdiam diri di lorong itu. Tak lama kemudian, dokter jaga itu pun keluar.
“kalian boleh masuk”
Dengan didorong Nicola, Nicco juga masuk ke kamar Natale. Ia melihat Natale sudah siuman.
“Nicco…. ," bisik Natale lirih.
“iya, aku disini, sayang. Bagaimana keadaanmu? Maafkan aku, Natale. Aku yang telah membuatmu seperti ini. Maafkan aku”
Natale tidak bisa berkata-kata karena tubuhnya masih lemah. Hanya airmata yang meleleh dari sudut matanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar