Pesawat terbang mendarat
di Bandara International San Fransisco, semua penumpangnya turun.
“panas sekali udara disini,” kata seorang bocah kecil kepada papanya.
“tentu saja,”
“kita jadi ke Disneyland kan pa?”
“tentu saja, kita 1 bulan disini,”
Dengan naik taksi mereka segera ke hotel yang sudah dipesan. Di dalam kamar…..
“kapan kita ke Disneyland pa?”
“kamu harus istirahat dulu sekarang. Tentu Natale lelah. Besok kita kesana”
“baiklah, Natale mau mandi dulu”
Petra memesan makanan. Dan mereka berdua pun segera makan bersama. Setelah makan malam , Natale segera ke ranjangnya dan segera tertidur karena kelelahan. Petra mencium kening Natale lalu ia berdiri di balkon kamar menghadap ke arah kota yang masih sangat ramai. Angin malam menyibakkan rambutnya yang lurus sebahu.
“Natale benar, andai Rika ada disini sekarang ini. Tentu semua akan bahagia. Tapi sayang, dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Semoga kau bahagia disana. Nicola yang menabrakmu, tapi dia bebas bersyarat”
Petra terus merenung. Baru pada tengah malam, ia masuk ke kamarnya.
Matahari mulai menyingsing. Setelah sarapan, segera mereka ke Disneyland. Seharian mereka bersenang-senang. Mereka pun membawa kamera video. Baru menjelang malam mereka pulang ke hotel.
“lelah ya pa?”
“apa Natale enggak lelah?”
“tidak, Natale senang sekali. Kapan-kapan kita kesana lagi ya?”
“boleh saja”
Setelah mandi mereka duduk-duduk di ranjang sambil nonton tv.
“papa membawa rekaman video mama kan?”
“ya, kenapa?”
“Natale mau lihat. Juga papa belum cerita kenapa mama meninggal”
Petra menatap Natale, “baiklah, ayo sini. Sekarang akan papa ceritakan semuanya. Karena papa rasa Natale sudah cukup besar untuk tahu” Petra memutar kaset videonya, “itu waktu papa dan mama ke Candi Borobudur Indonesia”
“indah sekali candi itu, Natale jadi ingin kesana”
“kapan-kapan kita kesana. Waktu itu mama sedang mengandung Natale 4 bulan”
“mama cantik ya”
“Natale juga cantik seperti mama. Dan ini waktu Natale masih bayi, paman Jorge yang pegang kamera. Umur Natale baru 1 minggu”
“lalu kenapa mama sampai meninggal?”
“panas sekali udara disini,” kata seorang bocah kecil kepada papanya.
“tentu saja,”
“kita jadi ke Disneyland kan pa?”
“tentu saja, kita 1 bulan disini,”
Dengan naik taksi mereka segera ke hotel yang sudah dipesan. Di dalam kamar…..
“kapan kita ke Disneyland pa?”
“kamu harus istirahat dulu sekarang. Tentu Natale lelah. Besok kita kesana”
“baiklah, Natale mau mandi dulu”
Petra memesan makanan. Dan mereka berdua pun segera makan bersama. Setelah makan malam , Natale segera ke ranjangnya dan segera tertidur karena kelelahan. Petra mencium kening Natale lalu ia berdiri di balkon kamar menghadap ke arah kota yang masih sangat ramai. Angin malam menyibakkan rambutnya yang lurus sebahu.
“Natale benar, andai Rika ada disini sekarang ini. Tentu semua akan bahagia. Tapi sayang, dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Semoga kau bahagia disana. Nicola yang menabrakmu, tapi dia bebas bersyarat”
Petra terus merenung. Baru pada tengah malam, ia masuk ke kamarnya.
Matahari mulai menyingsing. Setelah sarapan, segera mereka ke Disneyland. Seharian mereka bersenang-senang. Mereka pun membawa kamera video. Baru menjelang malam mereka pulang ke hotel.
“lelah ya pa?”
“apa Natale enggak lelah?”
“tidak, Natale senang sekali. Kapan-kapan kita kesana lagi ya?”
“boleh saja”
Setelah mandi mereka duduk-duduk di ranjang sambil nonton tv.
“papa membawa rekaman video mama kan?”
“ya, kenapa?”
“Natale mau lihat. Juga papa belum cerita kenapa mama meninggal”
Petra menatap Natale, “baiklah, ayo sini. Sekarang akan papa ceritakan semuanya. Karena papa rasa Natale sudah cukup besar untuk tahu” Petra memutar kaset videonya, “itu waktu papa dan mama ke Candi Borobudur Indonesia”
“indah sekali candi itu, Natale jadi ingin kesana”
“kapan-kapan kita kesana. Waktu itu mama sedang mengandung Natale 4 bulan”
“mama cantik ya”
“Natale juga cantik seperti mama. Dan ini waktu Natale masih bayi, paman Jorge yang pegang kamera. Umur Natale baru 1 minggu”
“lalu kenapa mama sampai meninggal?”
“waktu itu Natale baru
berusia 3 tahun. Natale juga ada di tempat kejadian. Tapi papa suruh Diana,
teman papa, untuk membawa Natale pulang. Waktu itu papa memang dekat dengan
Diana. Papa dan mama memang sedang ada masalah. Waktu mama akan
mendekati Natale, mama tertabrak mobil. Hingga mama dan adik Natale yang baru
berusia 5 bulan dikandungan mama, meninggal setelah 5 hari koma di rumah sakit”
“papa tahu siapa yang menabrak mama?”
“tentu saja. Namanya Nicola. Dia seorang mafia”
“apakah dia dipenjara?”
“tidak, dia orang yang berkuasa”
“masih hidup?”
“masih”
“papa tidak balas dendam?”
“buat apa? Sejak Natale lahir, papa coba untuk hidup seperti masyarakat pada umumnya. Papa tidak mau berurusan dengan dunia kejahatan lagi. Mama meninggal itu karena sudah takdir. Natale mengerti?”
“ya, jadi Natale sebenarnya punya adik?”
“juga kakak, tapi juga meninggal karena mama keguguran”
“berarti Natale sudah tidak bisa punya saudara lagi ya?”
“bisa saja, kalau Natale mau punya ibu tiri”
“Natale nggak mau ada orang lain yang merebut posisi mama”
“papa juga tak akan melakukan hal itu. Papa sudah senang kalau ada Natale di samping papa”
“bagaimana kalau kita disini 1 minggu saja pa?”
“trus pulang ke Roma?”
“tidak, Natale pingin ke Indonesia. Natale belum pernah ketemu kakek dan nenek di Indonesia”
“baiklah, sekarang Natale tidur dulu. Sudah malam”
Petra dan Natale telah sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, Indonesia. Dengan naik taksi mereka sampai di daerah yang dituju.
“rumah nenek masih jauh?”
“tidak”
Tak lama kemudian sampailah mereka ditujuan.
“disini rumah nenek?”
“iya, dulu Natale kesini waktu masih kecil”
Pintu pun terbuka. Seorang wanita tua muncul.
“mencari siapa ya?” kebetulan yang membukakan Bu Pras sendiri.
“apa mama sudah tak ingat kepada kami lagi?”
“apakah kamu … Jean?”
“bukan, saya Petra, menantu mama. Dan ini cucu mama, Natale”
“Natale? Aduh, cucu nenek sudah besar. Ayo masuk dulu. Sudah lama kalian tak kemari. Jadi, mama sudah lupa”
“tak apa, ma. Ayo, sayang. Mana papa, ma”
“masih di kantor. Natale kok cuma diam?”
“dia tidak mengerti apa yang kita bicarakan, ma”
“kamu tidak mengajari dia bahasa Indonesia?”
“Jorge yang mengajari. Tapi dia tetap tidak mengerti juga”
“tak apa. O ya, Petra, kenapa mama dan papa kamu tidak diajak sekalian?”
“sebenarnya saya dan Natale tidak merencanakan untuk kesini. Natale ingin liburan ke Amerika. Cuma karena Natale jarang kemari, maka sekalian saya ajak Natale kemari”
“Natale sudah sekolah?”
“sudah”
“di Roma sana?”
“tentu saja, ma”
“kenapa tak sekolah di sini saja?"
“sudah terlanjur, ma”
“sudah lama kami tak ke makam Rika. Itu karena Rika dimakamkan disana. Apa kau selalu kesana?”
“iya, tiap minggu kami selalu kesana”
Tak lama kemudian, sebuah mobil memasuki garasi.
“siapa itu, ma?”
“itu papa. Kalian disini dulu. Ini akan menjadi kejutan buat dia”
Bu Pras keluar, ”sudah pulang, pa?”
“nyatanya aku sudah disini”
“ayo kita ke dalam. Pasti kau takkan percaya siapa yang baru saja datang”
“siapa, ma?” pak Pras masuk,” Petra?”
“iya, pa”
“ini Natale ya? Sudah besar ya”
“7 tahun,” kata Petra
“rambut kamu masih gondrong seperti dulu. Kamu tidak berubah”
“itu karena Rika ingin saya begini. Jadi, saya tak ingin mengubahnya”
“ayo, sekarang kita makan dulu,” ajak Bu Pras.
“papa tahu siapa yang menabrak mama?”
“tentu saja. Namanya Nicola. Dia seorang mafia”
“apakah dia dipenjara?”
“tidak, dia orang yang berkuasa”
“masih hidup?”
“masih”
“papa tidak balas dendam?”
“buat apa? Sejak Natale lahir, papa coba untuk hidup seperti masyarakat pada umumnya. Papa tidak mau berurusan dengan dunia kejahatan lagi. Mama meninggal itu karena sudah takdir. Natale mengerti?”
“ya, jadi Natale sebenarnya punya adik?”
“juga kakak, tapi juga meninggal karena mama keguguran”
“berarti Natale sudah tidak bisa punya saudara lagi ya?”
“bisa saja, kalau Natale mau punya ibu tiri”
“Natale nggak mau ada orang lain yang merebut posisi mama”
“papa juga tak akan melakukan hal itu. Papa sudah senang kalau ada Natale di samping papa”
“bagaimana kalau kita disini 1 minggu saja pa?”
“trus pulang ke Roma?”
“tidak, Natale pingin ke Indonesia. Natale belum pernah ketemu kakek dan nenek di Indonesia”
“baiklah, sekarang Natale tidur dulu. Sudah malam”
Petra dan Natale telah sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, Indonesia. Dengan naik taksi mereka sampai di daerah yang dituju.
“rumah nenek masih jauh?”
“tidak”
Tak lama kemudian sampailah mereka ditujuan.
“disini rumah nenek?”
“iya, dulu Natale kesini waktu masih kecil”
Pintu pun terbuka. Seorang wanita tua muncul.
“mencari siapa ya?” kebetulan yang membukakan Bu Pras sendiri.
“apa mama sudah tak ingat kepada kami lagi?”
“apakah kamu … Jean?”
“bukan, saya Petra, menantu mama. Dan ini cucu mama, Natale”
“Natale? Aduh, cucu nenek sudah besar. Ayo masuk dulu. Sudah lama kalian tak kemari. Jadi, mama sudah lupa”
“tak apa, ma. Ayo, sayang. Mana papa, ma”
“masih di kantor. Natale kok cuma diam?”
“dia tidak mengerti apa yang kita bicarakan, ma”
“kamu tidak mengajari dia bahasa Indonesia?”
“Jorge yang mengajari. Tapi dia tetap tidak mengerti juga”
“tak apa. O ya, Petra, kenapa mama dan papa kamu tidak diajak sekalian?”
“sebenarnya saya dan Natale tidak merencanakan untuk kesini. Natale ingin liburan ke Amerika. Cuma karena Natale jarang kemari, maka sekalian saya ajak Natale kemari”
“Natale sudah sekolah?”
“sudah”
“di Roma sana?”
“tentu saja, ma”
“kenapa tak sekolah di sini saja?"
“sudah terlanjur, ma”
“sudah lama kami tak ke makam Rika. Itu karena Rika dimakamkan disana. Apa kau selalu kesana?”
“iya, tiap minggu kami selalu kesana”
Tak lama kemudian, sebuah mobil memasuki garasi.
“siapa itu, ma?”
“itu papa. Kalian disini dulu. Ini akan menjadi kejutan buat dia”
Bu Pras keluar, ”sudah pulang, pa?”
“nyatanya aku sudah disini”
“ayo kita ke dalam. Pasti kau takkan percaya siapa yang baru saja datang”
“siapa, ma?” pak Pras masuk,” Petra?”
“iya, pa”
“ini Natale ya? Sudah besar ya”
“7 tahun,” kata Petra
“rambut kamu masih gondrong seperti dulu. Kamu tidak berubah”
“itu karena Rika ingin saya begini. Jadi, saya tak ingin mengubahnya”
“ayo, sekarang kita makan dulu,” ajak Bu Pras.
Di meja makan…
“perusahaan kamu di Jakarta semakin maju. Apa kau tidak berniat untuk mengelolanya sendiri?”
“saya sudah tak mau berurusan dengan apapun. Saya sudah cukup senang jika Natale ada di samping saya”
“itu bagus, Natale bisa mengingatkan kepada siapa saja tentang Rika. Andai Rika ada disini”
“iya, andai Rika ada,” sahut Bu Pras.
“sudahlah, ma, pa. sebaiknya kita ganti pembicaraan. Apakah Rina dan Jean sering kemari?”
“1 bulan yang lalu mereka kemari. Tapi baru 5 hari, mereka harus pulang. Soalnya Jean dapat panggilan mendadak dari kantor. Mereka juga kemari dengan anak mereka, Georgia dan David”
“tentu sekarang Georgia seumuran dengan Natale”
“ya, kau benar”
“lalu, bagaimana dengan Nela, sahabat Rika?”
“dia sekarang kerja di Kalimantan. Sampai saat ini dia belum menikah”
Setelah makan malam…
“kalian boleh menempati kamar yang mana saja”
“kami tidur di kamar Rika saja”
Mereka lalu ke kamar Rika.
“apa ini dulunya kamar mama?”
“iya”
“indah sekali”
“masih seperti dulu”
“ini foto mama ya pa?”
“iya, waktu masih SMA”
“yang disampingnya ini?
“itu papa dan Nela, sahabat mama. Itu waktu di Parangtritis. Mama memang sangat menyukai pantai”
“boleh Natale tidur dengan boneka beruang itu?”
“boleh, itu dulu boneka mama, namanya Dougie”
“boleh Natale membawa Dougie ke Roma? Agar natale selalu ingat dengan mama. Jadi, Natale tak kesepian lagi”
“boleh, asal jangan sampai rusak”
“ok”
Sewaktu di Indonesia mereka keliling Jakarta, Yogyakarta dan Bali.
10 tahun kemudian…
“hei! Ayo berangkat! Nunggu apa lagi?”
“sebentar! Pa, berangkat!”
Gadis itu segera naik ke mobil temannya dan segera pergi ke sekolah. Kedua gadis yang berusia 17 tahun itu nampak gembira. Lalu ada seorang pemuda yang memanggil.
“Cindy!”
“ada apa dengan Dante ya? Dia manggil kamu tuh!”
“baik, aku pergi dulu,” Cindy lalu mendekati Dante Belardinelli,”ada apa?”
“kau tau kalau nanti malam ada pesta dansa?”
“ya, lalu?”
“aku ingin pergi ke pesta dansa itu dengan Natale. Maukah kau membujuk dia?”
“beres, berapa?”
“kita kan teman?”
“ya udah”
“baiklah, 20 gimana?”
“50, mau tidak?”
“ok deh, nih”
Cindy menyusul Natale ke kelas,”Natale!”
“ada apa?”
“kamu tahu kan kalau nanti malam ada pesta dansa di sekolah?”
“trus?”
“kamu mau datang?”
“entahlah, aku belum punya teman, kalau kamu?”
“mungkin dengan Andre. Gimana kalau kamu pergi dengan Dante, mau kan? Mau ya”
“kamu kok maksa gitu sih? Mmm… aku tau. Berapa?”
“50,” kata Cindy dengan agak malu.
“begini saja, bilang pada Dante bahwa aku tak suka pria pengecut. Aku mau agar dia mau ngomong padaku langsung. Ok?”
“ok”
Sewaktu istirahat di kantin, Cindy menemui Dante yang sedang ngobrol dengan Andre.
“hai, Cindy. Gimana? Mau tidak Natale kuajak?”
“nggak tau”
“kok nggak tau? Aku kan sudah keluar uang 50”
“dia ingin kau mengatakan langsung pada dia. Kamu mengerti?”
“ya”
“dia sekarang ada di kantin. Temui saja dia”
Dante segara ke kantin menemui Natale,”hai, boleh duduk?”
“boleh”
“nanti malam ada pesta dansa pasti kau sudah tahu”
“ya”
“kau sudah punya teman untuk pergi?”
“belum”
“mmm… maukah kau pergi denganku?”
“ok”
“kamu mau?”
“ya, kenapa?”
“ternyata begini mudah. Sialan Cindy itu. Aku sudah kehilangan 50”
“ada apa, Dante?”
“e… tak ada. Aku cuma senang kau mau pergi denganku. Nanti malam kau kujemput jam 8”
“ok”
Bel pulang sekolah berdering. Semua siswa SMA itupun berhamburan keluar. Cindy dan Natale ke parkiran.
“kau mau jalan-jalan dulu?” tanya Cindy.
“nggak usah, ini kan mobil Eric, kakak kamu”
“dia sudah berikan padaku”
“baiklah”
Mereka lalu keliling kota Roma. Waktu sampai disebuah jalan, mereka melihat ada sebuah mobil terbuka. Dan di sekitar mobil itu ada beberapa motor. Mereka nampak sebagai berandalan. Di samping sopir mobil itu, duduklah seorang pemuda berambut sebahu sambil menenggak minuman keras. Itu semua menarik perhatian Natale.
“Cindy, kau tau siapa mereka?”
“jangan pedulikan mereka”
“aku cuma tanya,” Natale terus melihat pemuda tadi sampai menghilang di tikungan jalan.
“paling mereka para berandalan di kota ini”
“berandalan? Maksudmu?”
“orang yang sukanya mengacau. Ada apa sih?”
“kau lihat tidak pemuda yang duduk di mobil tadi?”
“tidak, kenapa?”
“ah, payah kamu. Seperti itulah pacar impianku”
“ooo… kau suka berandalan ya? Bisa kuadukan ke papa kamu”
“kamu ini. Walau aku suka itu tak mungkin. Aku juga tak akan ketemu lagi dengan dia”
“aku tau, kamu pasti berharap bisa ketemu lagi. Iya kan?”
“iya, tapi sudah kubilang itu tak mungkin”
“lagi pula seorang berandalan itu ceweknya banyak,” lanjut Cindy.
Setelah berbelanja untuk keperluan nanti malam, mereka pulang. Natale masuk ke rumah dan berpapasan dengan Petra.
“beli apa?”
“baju untuk pesta dansa nanti malam”
“sudah ada teman?”
“sudah, Dante”
“dia anak yang baik. Bersiap-siaplah kamu sekarang”
“ya, pa” Natale ke kamarnya yang ada diatas. Ia menghempskan tubuhnya di ranjangnya yang besar sambil memeluk Dougie. Entah kenapa Natale jadi teringat dengan kejadian tadi siang.
“pemuda tadi sangat tampan. Dialah pemuda yang aku idamkan selama ini. Tapi sayang dia seorang berandalan. Andai aku bertemu lagi dengan dia. Andai aku tau nama dia. Ah… itu hanya khayalan belaka. Aku tak mungkin ketemu dia lagi”
“hei! Ayo berangkat! Nunggu apa lagi?”
“sebentar! Pa, berangkat!”
Gadis itu segera naik ke mobil temannya dan segera pergi ke sekolah. Kedua gadis yang berusia 17 tahun itu nampak gembira. Lalu ada seorang pemuda yang memanggil.
“Cindy!”
“ada apa dengan Dante ya? Dia manggil kamu tuh!”
“baik, aku pergi dulu,” Cindy lalu mendekati Dante Belardinelli,”ada apa?”
“kau tau kalau nanti malam ada pesta dansa?”
“ya, lalu?”
“aku ingin pergi ke pesta dansa itu dengan Natale. Maukah kau membujuk dia?”
“beres, berapa?”
“kita kan teman?”
“ya udah”
“baiklah, 20 gimana?”
“50, mau tidak?”
“ok deh, nih”
Cindy menyusul Natale ke kelas,”Natale!”
“ada apa?”
“kamu tahu kan kalau nanti malam ada pesta dansa di sekolah?”
“trus?”
“kamu mau datang?”
“entahlah, aku belum punya teman, kalau kamu?”
“mungkin dengan Andre. Gimana kalau kamu pergi dengan Dante, mau kan? Mau ya”
“kamu kok maksa gitu sih? Mmm… aku tau. Berapa?”
“50,” kata Cindy dengan agak malu.
“begini saja, bilang pada Dante bahwa aku tak suka pria pengecut. Aku mau agar dia mau ngomong padaku langsung. Ok?”
“ok”
Sewaktu istirahat di kantin, Cindy menemui Dante yang sedang ngobrol dengan Andre.
“hai, Cindy. Gimana? Mau tidak Natale kuajak?”
“nggak tau”
“kok nggak tau? Aku kan sudah keluar uang 50”
“dia ingin kau mengatakan langsung pada dia. Kamu mengerti?”
“ya”
“dia sekarang ada di kantin. Temui saja dia”
Dante segara ke kantin menemui Natale,”hai, boleh duduk?”
“boleh”
“nanti malam ada pesta dansa pasti kau sudah tahu”
“ya”
“kau sudah punya teman untuk pergi?”
“belum”
“mmm… maukah kau pergi denganku?”
“ok”
“kamu mau?”
“ya, kenapa?”
“ternyata begini mudah. Sialan Cindy itu. Aku sudah kehilangan 50”
“ada apa, Dante?”
“e… tak ada. Aku cuma senang kau mau pergi denganku. Nanti malam kau kujemput jam 8”
“ok”
Bel pulang sekolah berdering. Semua siswa SMA itupun berhamburan keluar. Cindy dan Natale ke parkiran.
“kau mau jalan-jalan dulu?” tanya Cindy.
“nggak usah, ini kan mobil Eric, kakak kamu”
“dia sudah berikan padaku”
“baiklah”
Mereka lalu keliling kota Roma. Waktu sampai disebuah jalan, mereka melihat ada sebuah mobil terbuka. Dan di sekitar mobil itu ada beberapa motor. Mereka nampak sebagai berandalan. Di samping sopir mobil itu, duduklah seorang pemuda berambut sebahu sambil menenggak minuman keras. Itu semua menarik perhatian Natale.
“Cindy, kau tau siapa mereka?”
“jangan pedulikan mereka”
“aku cuma tanya,” Natale terus melihat pemuda tadi sampai menghilang di tikungan jalan.
“paling mereka para berandalan di kota ini”
“berandalan? Maksudmu?”
“orang yang sukanya mengacau. Ada apa sih?”
“kau lihat tidak pemuda yang duduk di mobil tadi?”
“tidak, kenapa?”
“ah, payah kamu. Seperti itulah pacar impianku”
“ooo… kau suka berandalan ya? Bisa kuadukan ke papa kamu”
“kamu ini. Walau aku suka itu tak mungkin. Aku juga tak akan ketemu lagi dengan dia”
“aku tau, kamu pasti berharap bisa ketemu lagi. Iya kan?”
“iya, tapi sudah kubilang itu tak mungkin”
“lagi pula seorang berandalan itu ceweknya banyak,” lanjut Cindy.
Setelah berbelanja untuk keperluan nanti malam, mereka pulang. Natale masuk ke rumah dan berpapasan dengan Petra.
“beli apa?”
“baju untuk pesta dansa nanti malam”
“sudah ada teman?”
“sudah, Dante”
“dia anak yang baik. Bersiap-siaplah kamu sekarang”
“ya, pa” Natale ke kamarnya yang ada diatas. Ia menghempskan tubuhnya di ranjangnya yang besar sambil memeluk Dougie. Entah kenapa Natale jadi teringat dengan kejadian tadi siang.
“pemuda tadi sangat tampan. Dialah pemuda yang aku idamkan selama ini. Tapi sayang dia seorang berandalan. Andai aku bertemu lagi dengan dia. Andai aku tau nama dia. Ah… itu hanya khayalan belaka. Aku tak mungkin ketemu dia lagi”
Natale menghilangkan
pikiran itu dengan mandi.
Pukul 8 malam Natale sudah siap di ruang tamu.
“mana Dante? Ini sudah jam 8” tanya Petra.
“mungkin sebentar lagi. Kalau dia tidak datang, besok pagi akan kubunuh dia!”
Petra hanya tersenyum. Bel pintu berbunyi.
“itu mungkin dia,” kata Petra.
“maaf baru datang. Lama ya nunggu aku?”
“ah tidak. Baru saja”
“kami pergi dulu, pa”
Dengan naik mobil Dante, mereka segera ke aula sekolah. Suasana sudah sangat ramai.
“mungkin Cindy dan Andre sudah datang,” kata Natale.
“ya, kau benar. Itu mobil Andre”
Mereka lalu masuk aula.
“kenapa baru datang? Kemana dulu kalian?”
“nggak kemana-mana”
Mereka lalu berdansa. Sudah banyak yang berdansa. Lagunya lembut, Implora! Dante bisa mencium wangi parfum Natale.
“kamu mau kemana setelah tamat SMA ini?”
“mungkin kembali ke India. Karena ijin tinggalku disini sudah habis. Mau apa lagi?”
“bisa kau perpanjang”
“tidak, orangtuaku tidak mengijinkannya”
“mama kamu yang orang India. Tapi kenapa papa kamu yang pindah kewarganegaraan?”
“entahlah. Mama kamu sendiri orang Indonesia kan?”
“ya. Aku baru kesana 3 kali”
“kamu sendiri setelah lulus mau melanjutkan kemana?”
“mungkin kuliah di Universitas Roma”
Mereka berdua lalu terdiam.
“o ya, kamu sudah punya pacar?”
“kalau aku sudah punya, kalian pasti kuberitau”
“jadi saat ini kamu masih single?”
“ya”
“maukah kau jadi pacarku?” Natale tertawa kecil,”kenapa? Ada yang lucu?”
“tidak juga. Tapi maaf, you’re not my dreamlover”
“kenapa?”
“aku suka cowok yang berambut gondrong, macho, manis. Tatapan matanya tajam. Sikapnya cool,” jelas Natale sambil membayangkan si berandalan.
“aku akan mengubahnya demi kamu”
“sudahlah”
Pukul 8 malam Natale sudah siap di ruang tamu.
“mana Dante? Ini sudah jam 8” tanya Petra.
“mungkin sebentar lagi. Kalau dia tidak datang, besok pagi akan kubunuh dia!”
Petra hanya tersenyum. Bel pintu berbunyi.
“itu mungkin dia,” kata Petra.
“maaf baru datang. Lama ya nunggu aku?”
“ah tidak. Baru saja”
“kami pergi dulu, pa”
Dengan naik mobil Dante, mereka segera ke aula sekolah. Suasana sudah sangat ramai.
“mungkin Cindy dan Andre sudah datang,” kata Natale.
“ya, kau benar. Itu mobil Andre”
Mereka lalu masuk aula.
“kenapa baru datang? Kemana dulu kalian?”
“nggak kemana-mana”
Mereka lalu berdansa. Sudah banyak yang berdansa. Lagunya lembut, Implora! Dante bisa mencium wangi parfum Natale.
“kamu mau kemana setelah tamat SMA ini?”
“mungkin kembali ke India. Karena ijin tinggalku disini sudah habis. Mau apa lagi?”
“bisa kau perpanjang”
“tidak, orangtuaku tidak mengijinkannya”
“mama kamu yang orang India. Tapi kenapa papa kamu yang pindah kewarganegaraan?”
“entahlah. Mama kamu sendiri orang Indonesia kan?”
“ya. Aku baru kesana 3 kali”
“kamu sendiri setelah lulus mau melanjutkan kemana?”
“mungkin kuliah di Universitas Roma”
Mereka berdua lalu terdiam.
“o ya, kamu sudah punya pacar?”
“kalau aku sudah punya, kalian pasti kuberitau”
“jadi saat ini kamu masih single?”
“ya”
“maukah kau jadi pacarku?” Natale tertawa kecil,”kenapa? Ada yang lucu?”
“tidak juga. Tapi maaf, you’re not my dreamlover”
“kenapa?”
“aku suka cowok yang berambut gondrong, macho, manis. Tatapan matanya tajam. Sikapnya cool,” jelas Natale sambil membayangkan si berandalan.
“aku akan mengubahnya demi kamu”
“sudahlah”
Acara demi acara telah berlalu. Tengah malam lewat, Dante mengajak Natale pulang. Jalanan sudah agak sepi. Dan di sebuah sudut jalan, berkerumunlah beberapa pemuda-pemuda berandalan. Dan apa yang dicari-cari Natale pun ada disitu. Pemuda itu! Tapi pemuda itu tidak memperhatikan Natale karena disampingnya ada seorang cewek berambut pirang.
Tak berapa lama, sampailah mereka di rumah Natale.
“sampaikan saja salamku untuk papamu, ya”
Natale mengangguk dan segera ke kamarnya. Setelah membersihkan diri dan ganti baju, dia belum juga bisa tidur,”ternyata dia sudah punya cewek. Tentu saja, aku ini bodoh! Benar kata Cindy. Tapi kenapa aku terus memikirkan dia? Buat apa?”
Jam yang sama dan hari yang sama, ditempat yang berbeda, seorang cowok yang berpakaian tak karuan masuk ke rumah. Ia membanting pintu rumah dan berjalan sempoyongan. Rupanya dia mabuk berat. Seorang wanita mendekati dia. Membantunya masuk ke kamar dan membaringkannya. Dengan penuh kasih sayang, wanita itu menyelimutinya dan mematikan lampu kamar lalu keluar.
Paginya, di meja makan, sudah tersedia sarapan. Dengan sabar,wanita itu masuk ke kamar cowok tadi.
“Val, ayo bangun, sayang. Kau harus mandi. Kau tau? Sudah lama mama ingin sarapan dengan kamu. Tapi kamu jarang pulang. Kamu mau kan? Mama tunggu di meja”
Yang dipanggil Val pun segera mandi dan ke meja makan.
“mama tau kamu tadi malam mabuk berat”
“mama selalu menganggap aku sebagai anak kecil”
“tapi ini demi kebaikan kamu”
“kebaikan?”
“ya, mama hanya mau yang terbaik untukmu, Val”
“yang terbaik? Aku sejak kecil kalian tinggalkan. Hidup sendirian tanpa ada kasih saying dari orang tua. Kalian menitipkan aku di panti asuhan. Kini kalian datang untuk mengharapkan cinta dariku? Tapi apakah kalian layak untuk mendapatkannya? Orang tua macam apa kalian ini?”
“Valentino!” Rebecca menampar Val. Tapi segera ia nampak menyesal,”bukan maksud mama untuk menyakiti kamu, sayang”
“baik, jika itu yang kalian mau!”
“mama sangat menyayangi kamu, Val. Karena kau anakku satu-satunya”
“tapi kenapa kalian lakukan hal yang bodoh itu kepadaku? Dan kupikir selama ini aku tumbuh tanpa didikan dari orang tua. Tapi semua sudah terlambat. Kini aku tak memerlukannya lagi. Aku sudah terbiasa begini”
“kau bisa mengubahnya”
“tidak, aku tidak bisa dan tidak akan pernah untuk mengubah kehidupanku ini”
“setidaknya cobalah demi papa kamu”
“papa? Papa yang mana? Papa kandung atau papa tiri?”
“mama tau kalau Fred itu papa tirimu. Tapi cobalah untuk menyayangi dia”
“sampai kapanpun, aku tak akan pernah bisa menyayangi dia. Walau dia sampai sekarat di RS sekarang”
“Valentino, kau tega berbicara seperti itu?”
“kenapa tidak? Fred yang telah menyebabkan papa meninggal. Kalian menitipkan aku di panti asuhan. Lalu berfoya-foya. Setelah harta kalian habis, kalian kembali lagi untuk mendapatkan cinta dariku. Apakah kalian pantas untuk mendapatkannya?”
Val lalu keluar dengan meninggalkan suara pintu yang dibanting dengan keras. Dengan mengendarai mobil pick up merah kesayangannya, dia pergi entah kemana.
Sudah jam 7 pagi, tapi
Natale belum juga turun dari kamarnya. Petra yang sejak tadi menunggu Natale di
ruang makan, segera ke kamar Natale.
“Natale, apa kau tidak sekolah, sayang?” Petra menyentuh dahi Natale,”panas sekali, akan papa panggilkan Dokter Suarez” Petra menelpon Dokter Suarez. Saat itulah Cindy datang.
“selamat pagi, mana Natale?”
“dia sakit. Tidak berangkat”
“sakit apa?”
“entah, badannya panas. Aku baru mau menelpon dokter”
“ya udah, saya berangkat dulu. Pulang sekolah saya kemari”
“baiklah”
Tak lama kemudian, Dokter Suarez datang.
“selamat pagi, Natale”
“pagi, dokter. Papa ini berlebihan. Natale cuma panas saja”
“untuk memastikannya, kau harus diperiksa dulu. Kenapa kamu sampai lemah begini?”
“tadi malam Natale cuma ada pesta di sekolah”
“jam berapa pulangnya?”
“sekitar tengah malam”
“angin malam tak baik buat kesehatan. Aku buatkan resep saja. Nanti diambil di apotek”
Dokter Suarez pun pamit pulang. Petra lalu menemui Natale lagi.
“papa sangat baik, selalu memperhatikan dan menyayangi Natale”
“itu karena cuma kau saja yang papa miliki di dunia ini”
“Natale janji, sampai kapan pun akan selalu menyayangi papa”
Samar-samar terdengar lagu Naked Like The Moon-nya MLTR.
Suatu siang, Natale menelpon Cindy.
“hai, Cindy. Siang ini aku mau jalan-jalan. Kau mau ikut?”
“maaf banget aku tidak bisa sekarang. Maaf ya…”
“baiklah, aku pergi dulu”
Natale masuk ke salah satu mall di kota Roma. Sesudah membayar barang belanjaannya, ia bermaksud pulang. Di pelataran parkir pada waktu akan masukmobilnya, ia ditabrak seseorang hingga belanjaannya jatuh berantakan.
“oh, maaf,” kata orang itu.
Natale cuma bisa bengong.
“ini belanjaanmu. Maaf, ya”
Orang itu segera pergi dari tempat parkir itu dengan mengendarai pick up merah.
“dia… dia berandalan itu. Bodoh! Kenapa aku cuma bisa diam terpaku?”
Tanpa berpikir panjang dia mengikuti pick up merah itu. Dan sampailah di sebuah taman kota. Setelah memparkir mobilnya, Natale perlahan duduk di bangku yang sama dengan hati-hati (nekad).
val
“hai, namaku Natale. Aku tau mengapa kamu kemari. Aku tau semua tentang kamu. Kamu Valentino kan? Valentino d’Alema”
Barulah Val buka suara,”darimana kamu tahu?”
“dari sesearang di parkiran itu”
Val cuma terdiam. Natale pun tak berani mengusik Val. Lalu datanglah seorang pemuda yang datang dengan tergesa-gesa. Val lalu menjauhi Natale.
“ada apa, Joe?”
“kau harus cepat ke markas. Andi ada disana. Dia barusan dihajar sama Pablo. Kau tidak terima kan?”
“baik, aku akan kesana.”
“ada apa?” tanya Natale.
“aku harus segera pergi. Ada urusan penting”
“tapi, bisakah kita bertemu lagi?”
“mmm… kau bisa menemuiku di bar itu”
Val meninggalkan Natale di taman kota yang luas dan sepi itu dengan tergesa-gesa,”ya, Tuhan. Bahagianya aku. Baiklah, Valentino d’Alema. Aku harus bisa dekat dengan kamu paling tidak”
Di markas Val…
“kenapa terjadi hal macam ini?!” tampak Val sangat marah.
“aku tak sengaja lewat daerah itu. Aku sendirian, mereka berlima”
“Pablo juga ada disitu?”
“dia yang menyuruh anak buahnya untuk mengeroyok aku”
“aku yang akan buat perhitungan dengan dia!”
Suatu siang sepulang sekolah…
“Cindy, maaf ya, aku tidak bisa ikut kamu”
“kenapa?”
“aku ada janji dengan seseorang”
“Cowok apa cowok nih” goda Cindy.
“memang cowok”
“special?”
“mungkin”
“jadi baru pendekatan?”
“begitulah”
“siapa dia?”
“nanti pasti kau kukenalkan”
Dengan naik taksi Natale pergi ke bar. Bar itu sangat ramai. Ada orang mabuk berat mendekati Natale.
“hai manis, kamu sangat cantik,” sambil mencolek dagu Natale.
Reflek Natale mundur ketakutan. Lalu datanglah seorang pemuda yang memukul pemabuk itu hingga jatuh.
“jika kau mengganggu gadis ini lagi, maka kau akan berurusan denganku. Mengerti?”
Natale mendekati pemuda itu,”m-maaf telah merepotkanmu”
“tak apa”
“seperti kataku, aku akan menemuimu disini dan inilah aku”
“jadi, kau menemuiku karena ada something?”
“enggak juga. Eeee…. Kau kerasan ya di suasana bising seperti ini?”
Val cuma menatap Natale penuh arti.
“maaf, tentu ini sudah hidupmu kan? Pertanyaanku bodoh dan konyol ya?”
“kau tak pantas ada di bar yang seperti ini. Ayo kita pergi”
“kemana?”
Val menarik tangan Natale,”kamu tak percaya padaku?”
“baiklah”
Dengan naik mobil pickup merah, mereka keliling kota.
Tak terasa sudah 1 bulan mereka dekat. Dan suatu malam Val mengajak Natale ke taman kota. Val menatap Natale.
“kenapa?”
“kamu cantik”
“cuma itu?”
“juga baik. Mengerti tentang aku. Dan… apakah kau keberatan jika kubilang kalau aku suka kepadamu?”
Natale terkejut. Ia menatap Val yang memang sedang menunggu jawabannya,”entahlah”
“kok gitu?”
“lalu aku harus bagaimana? Aku sungguh terkejut. Kita baru kenal. Memang kuakui waktu pertama kali lihat kamu dijalanan itu, aku tertarik kepadamu. Entah kenapa. Aku mulai berkhayal andai kamu jadi milikku”
“lalu apa masalahnya?”
“tidak ada, cuma… ayahku pasti tidak begitu suka aku bergaul apalagi punya pacar sepertimu, maaf…”
“tidak masalah dengan ayahmu. Yang jadi masalah adalah kalau kau tidak menyukaiku”
“aku menyukaimu” Natale tersenyum.
“apa itu artinya kau menerimaku?”
Natale cuma tersenyum dan Val tahu apa artinya itu.
“Natale, apa kau tidak sekolah, sayang?” Petra menyentuh dahi Natale,”panas sekali, akan papa panggilkan Dokter Suarez” Petra menelpon Dokter Suarez. Saat itulah Cindy datang.
“selamat pagi, mana Natale?”
“dia sakit. Tidak berangkat”
“sakit apa?”
“entah, badannya panas. Aku baru mau menelpon dokter”
“ya udah, saya berangkat dulu. Pulang sekolah saya kemari”
“baiklah”
Tak lama kemudian, Dokter Suarez datang.
“selamat pagi, Natale”
“pagi, dokter. Papa ini berlebihan. Natale cuma panas saja”
“untuk memastikannya, kau harus diperiksa dulu. Kenapa kamu sampai lemah begini?”
“tadi malam Natale cuma ada pesta di sekolah”
“jam berapa pulangnya?”
“sekitar tengah malam”
“angin malam tak baik buat kesehatan. Aku buatkan resep saja. Nanti diambil di apotek”
Dokter Suarez pun pamit pulang. Petra lalu menemui Natale lagi.
“papa sangat baik, selalu memperhatikan dan menyayangi Natale”
“itu karena cuma kau saja yang papa miliki di dunia ini”
“Natale janji, sampai kapan pun akan selalu menyayangi papa”
Samar-samar terdengar lagu Naked Like The Moon-nya MLTR.
Suatu siang, Natale menelpon Cindy.
“hai, Cindy. Siang ini aku mau jalan-jalan. Kau mau ikut?”
“maaf banget aku tidak bisa sekarang. Maaf ya…”
“baiklah, aku pergi dulu”
Natale masuk ke salah satu mall di kota Roma. Sesudah membayar barang belanjaannya, ia bermaksud pulang. Di pelataran parkir pada waktu akan masukmobilnya, ia ditabrak seseorang hingga belanjaannya jatuh berantakan.
“oh, maaf,” kata orang itu.
Natale cuma bisa bengong.
“ini belanjaanmu. Maaf, ya”
Orang itu segera pergi dari tempat parkir itu dengan mengendarai pick up merah.
“dia… dia berandalan itu. Bodoh! Kenapa aku cuma bisa diam terpaku?”
Tanpa berpikir panjang dia mengikuti pick up merah itu. Dan sampailah di sebuah taman kota. Setelah memparkir mobilnya, Natale perlahan duduk di bangku yang sama dengan hati-hati (nekad).
val
“hai, namaku Natale. Aku tau mengapa kamu kemari. Aku tau semua tentang kamu. Kamu Valentino kan? Valentino d’Alema”
Barulah Val buka suara,”darimana kamu tahu?”
“dari sesearang di parkiran itu”
Val cuma terdiam. Natale pun tak berani mengusik Val. Lalu datanglah seorang pemuda yang datang dengan tergesa-gesa. Val lalu menjauhi Natale.
“ada apa, Joe?”
“kau harus cepat ke markas. Andi ada disana. Dia barusan dihajar sama Pablo. Kau tidak terima kan?”
“baik, aku akan kesana.”
“ada apa?” tanya Natale.
“aku harus segera pergi. Ada urusan penting”
“tapi, bisakah kita bertemu lagi?”
“mmm… kau bisa menemuiku di bar itu”
Val meninggalkan Natale di taman kota yang luas dan sepi itu dengan tergesa-gesa,”ya, Tuhan. Bahagianya aku. Baiklah, Valentino d’Alema. Aku harus bisa dekat dengan kamu paling tidak”
Di markas Val…
“kenapa terjadi hal macam ini?!” tampak Val sangat marah.
“aku tak sengaja lewat daerah itu. Aku sendirian, mereka berlima”
“Pablo juga ada disitu?”
“dia yang menyuruh anak buahnya untuk mengeroyok aku”
“aku yang akan buat perhitungan dengan dia!”
Suatu siang sepulang sekolah…
“Cindy, maaf ya, aku tidak bisa ikut kamu”
“kenapa?”
“aku ada janji dengan seseorang”
“Cowok apa cowok nih” goda Cindy.
“memang cowok”
“special?”
“mungkin”
“jadi baru pendekatan?”
“begitulah”
“siapa dia?”
“nanti pasti kau kukenalkan”
Dengan naik taksi Natale pergi ke bar. Bar itu sangat ramai. Ada orang mabuk berat mendekati Natale.
“hai manis, kamu sangat cantik,” sambil mencolek dagu Natale.
Reflek Natale mundur ketakutan. Lalu datanglah seorang pemuda yang memukul pemabuk itu hingga jatuh.
“jika kau mengganggu gadis ini lagi, maka kau akan berurusan denganku. Mengerti?”
Natale mendekati pemuda itu,”m-maaf telah merepotkanmu”
“tak apa”
“seperti kataku, aku akan menemuimu disini dan inilah aku”
“jadi, kau menemuiku karena ada something?”
“enggak juga. Eeee…. Kau kerasan ya di suasana bising seperti ini?”
Val cuma menatap Natale penuh arti.
“maaf, tentu ini sudah hidupmu kan? Pertanyaanku bodoh dan konyol ya?”
“kau tak pantas ada di bar yang seperti ini. Ayo kita pergi”
“kemana?”
Val menarik tangan Natale,”kamu tak percaya padaku?”
“baiklah”
Dengan naik mobil pickup merah, mereka keliling kota.
Tak terasa sudah 1 bulan mereka dekat. Dan suatu malam Val mengajak Natale ke taman kota. Val menatap Natale.
“kenapa?”
“kamu cantik”
“cuma itu?”
“juga baik. Mengerti tentang aku. Dan… apakah kau keberatan jika kubilang kalau aku suka kepadamu?”
Natale terkejut. Ia menatap Val yang memang sedang menunggu jawabannya,”entahlah”
“kok gitu?”
“lalu aku harus bagaimana? Aku sungguh terkejut. Kita baru kenal. Memang kuakui waktu pertama kali lihat kamu dijalanan itu, aku tertarik kepadamu. Entah kenapa. Aku mulai berkhayal andai kamu jadi milikku”
“lalu apa masalahnya?”
“tidak ada, cuma… ayahku pasti tidak begitu suka aku bergaul apalagi punya pacar sepertimu, maaf…”
“tidak masalah dengan ayahmu. Yang jadi masalah adalah kalau kau tidak menyukaiku”
“aku menyukaimu” Natale tersenyum.
“apa itu artinya kau menerimaku?”
Natale cuma tersenyum dan Val tahu apa artinya itu.
Setelah
bangun pagi dan mandi, Natale pergi ke bar tempat Val biasanya.
“kau pasti Natale, kan?”
“kamu tau?”
“jangan khawatir. Kamu cantik juga. Tak heran jika bosku memilihmu”
“jadi, kamu anak buah Val?”
“ya, kukatakan kepadamu, nona. Bahwa kau terlalu lembut buat dia”
“dan juga kukatakan kepadamu. Bahwa aku sangat mencintai Val”
“ok, ok. O ya, namaku Joe. Kamu pasti mencari Val, ya?”
“ya, kau tau dimana dia?”
“dia sedang ada urusan”
“urusan apa?”
“aku yakin kau pasti tak mau tau”
“aku mau, urusan apa?”
“dia pengedar obat2an terlarang”
“maksudmu Valentino? Sewaktu-waktu dia bisa ditangkap oleh para carabinieri kan?”
“ya”
“aku tetap menyukainya. Aku biarkan dia, tidak masalah buatku. Lagipula, aku mengenal dia waktu dia sudah begitu. Aku tak bisa melarangnya kan?”
Lalu datanglah Val dengan marah-marah.
“akan kubunuh dia! Aku bersumpah!”
“ada apa?” tanya Joe.
“Miguel telah merebut daerah utara. Dan sekarang aku benar-benar nyatakan perang dengan dia”
“siapa Miguel itu?” tanya Natale bingung.
“dia pimpinan gank musuh kami. Val, kau tak perlu sampai membunuh dia. Kita kacaukan saja operasinya”
“memang, tapi aku juga akan membunuh dia. Motherfucker!”
Val memecahkan gelasnya dan berlalu dari tempat itu.
“val!” natale bermaksud mengejarnya.
“jangan, biarkan dulu dia”
Suasana siang itu di salah satu universitas di kota Roma sangat ramai. 2 pemuda berjalan ke parkiran.
“kapan kita akan pulang?” tanya Michael.
“tahun ini tidak bisa, Wilma yang akan kesini”
“Wilma? Aku tak percaya. Biasanya dia yang paling susah bila diajak ke Italia”
“dunia sudah terbalik. Dia mungkin 2 minggu disini. kalau kamu?”
“Senin depan aku ke Belanda”
“salam buat semuanya. Wilma kemari 2 hari lagi”
“dulu waktu ketemu dia masih 5 tahun. Pasti sekarang sudah 7 tahun ya. Walau kalian beda ayah, tapi kau sangat menyayangi dia”
“tentu saja”
Tak terasa, mereka sudah sampai di apartemen Nick.
“ambil saja minumannya di dapur. Aku harus menyiapkan kamar buat Wilma. Dia bilang bahwa kamarnya harus mirip dengan yang di Belanda”
Michael cuma tersenyum sambil minum. Dia lalu mendekati Nick.
“kau yakin kalau kau tak punya saudara lain lagi selain Wilma?”
“maksudmu?”
“maaf, kukatakan hal ini. Tapi, aku pernah dengar kalau kau masih punya saudara di Amerika”
“Amerika? Kamu gila? Kata mama aku tak punya saudara lagi selain Wilma. Dengar dari siapa kamu?”
“dari papaku. Kau tau kan kalau papaku itu teman mamamu? Kau percaya itu?”
“entahlah, papaku orang Italia. Tapi sampai sekarang aku belum pernah bertemu”
“kenapa tak tanya mamamu?”
“kapan-kapan kucoba”
“misalnya kamu memang benar punya saudara di Amerika, apa tindakanmu?”
“entahlah”
“kau pasti Natale, kan?”
“kamu tau?”
“jangan khawatir. Kamu cantik juga. Tak heran jika bosku memilihmu”
“jadi, kamu anak buah Val?”
“ya, kukatakan kepadamu, nona. Bahwa kau terlalu lembut buat dia”
“dan juga kukatakan kepadamu. Bahwa aku sangat mencintai Val”
“ok, ok. O ya, namaku Joe. Kamu pasti mencari Val, ya?”
“ya, kau tau dimana dia?”
“dia sedang ada urusan”
“urusan apa?”
“aku yakin kau pasti tak mau tau”
“aku mau, urusan apa?”
“dia pengedar obat2an terlarang”
“maksudmu Valentino? Sewaktu-waktu dia bisa ditangkap oleh para carabinieri kan?”
“ya”
“aku tetap menyukainya. Aku biarkan dia, tidak masalah buatku. Lagipula, aku mengenal dia waktu dia sudah begitu. Aku tak bisa melarangnya kan?”
Lalu datanglah Val dengan marah-marah.
“akan kubunuh dia! Aku bersumpah!”
“ada apa?” tanya Joe.
“Miguel telah merebut daerah utara. Dan sekarang aku benar-benar nyatakan perang dengan dia”
“siapa Miguel itu?” tanya Natale bingung.
“dia pimpinan gank musuh kami. Val, kau tak perlu sampai membunuh dia. Kita kacaukan saja operasinya”
“memang, tapi aku juga akan membunuh dia. Motherfucker!”
Val memecahkan gelasnya dan berlalu dari tempat itu.
“val!” natale bermaksud mengejarnya.
“jangan, biarkan dulu dia”
Suasana siang itu di salah satu universitas di kota Roma sangat ramai. 2 pemuda berjalan ke parkiran.
“kapan kita akan pulang?” tanya Michael.
“tahun ini tidak bisa, Wilma yang akan kesini”
“Wilma? Aku tak percaya. Biasanya dia yang paling susah bila diajak ke Italia”
“dunia sudah terbalik. Dia mungkin 2 minggu disini. kalau kamu?”
“Senin depan aku ke Belanda”
“salam buat semuanya. Wilma kemari 2 hari lagi”
“dulu waktu ketemu dia masih 5 tahun. Pasti sekarang sudah 7 tahun ya. Walau kalian beda ayah, tapi kau sangat menyayangi dia”
“tentu saja”
Tak terasa, mereka sudah sampai di apartemen Nick.
“ambil saja minumannya di dapur. Aku harus menyiapkan kamar buat Wilma. Dia bilang bahwa kamarnya harus mirip dengan yang di Belanda”
Michael cuma tersenyum sambil minum. Dia lalu mendekati Nick.
“kau yakin kalau kau tak punya saudara lain lagi selain Wilma?”
“maksudmu?”
“maaf, kukatakan hal ini. Tapi, aku pernah dengar kalau kau masih punya saudara di Amerika”
“Amerika? Kamu gila? Kata mama aku tak punya saudara lagi selain Wilma. Dengar dari siapa kamu?”
“dari papaku. Kau tau kan kalau papaku itu teman mamamu? Kau percaya itu?”
“entahlah, papaku orang Italia. Tapi sampai sekarang aku belum pernah bertemu”
“kenapa tak tanya mamamu?”
“kapan-kapan kucoba”
“misalnya kamu memang benar punya saudara di Amerika, apa tindakanmu?”
“entahlah”
![]() |
milan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar