Sabtu, 15 Maret 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 4)

Nick duduk di kantin kampus sambil melamun. Buku yang semula akan dibaca cuma dilihatnya.
“hai, Nick” sapa Lara dan Michael.
“hei, kenapa kau jadi seperti ini, sobat?”
“Nick, kau tidak boleh larut dengan ini semua. Semuanya sudah berlalu. Dan itu semua sudah jadi kehendak Tuhan, kamu mengerti?”
“dan kau bisa mencari yang lainnya” canda Michael.
Nick beranjak dari tempat itu.
“hei, Nick. Tunggu! Aku cuma bercanda!”
“kamu kalau ngomong dipikir dulu dong!” Lara dongkol,”nunggu apa lagi? Cepat kejar dia!”
“kamu bisa pulang sendiri kan”
“tentu saja” sahut Lara sewot.
Michael menyusul Nick ke perpustakaan kampus.
“maaf aku tadi berkata seperti itu”
“tak apa. Aku hanya tak menyangka saja umur Julia pendek”
“sudahlah”
“kenapa harus dia? Kurasa selama ini aku tidak mempunyai musuh. Ataukah mereka sedang bermasalah dan aku tidak tahu?”
“entahlah, tapi kuharap kau dapat melupakan itu semua. Semua sudah terjadi. Sia-sia kita memikirkan hal itu. Semuanya tak akan bisa kembali. Jika kita menerima apa yang sudah jadi kehendak Tuhan, maka kita akan selalu bahagia. Kamu paham?”
“iya, aku tahu” sahut Nick lesu.

Seorang pembantu muda memasuki kamar Natale.
“kau sudah sadar?”
“kau siapa?”
“aku Danna, pelayan di rumah ini”
“rumah siapa ini?”
“rumah tuan muda Auletta Rossa”
“apakah dia yang telah menculikku?”
“kurasa….. ya”
“tapi kenapa? Aku tidak kenal dengan dia. Salahku apa?”
“dia punya banyak gadis. Dan mungkin kau nanti akan menjadi salah satunya”
“apa?!”
“dia kaya, tampan, belum menikah. Siapa tahu kau nanti dijadikan istrinya”
“aku tak mau! Kamu gila! Apa kau disuruh untukmerayuku?”
“tidak. Aku hanya mengantar makanan untukmu”
“aku tak mau memakan makanan milik tuanmu itu! Kau dengar?!”
“nanti kamu sakit. Aku tak mau kena marah tuan muda”
“itu bukan urusanku”
“ayolah….”
“sudah kubilang”
“please….”
“baiklah”
Sewaktu Natale sedang melahap makanan, seseorang masuk ke kamar itu.
“Aku senang kau mau makan”
“siapa dia?”
“dialah tuan muda Auletta Rossa” bisik Danna,”aku pergi dulu”
“tapi….”
“permisi, tuan”
Danna keluar dan menutup pintunya lagi. Nicco Auletta Rossa mendekati Natale. Natale meletakkan piringnya dan mundur.
“kenapa takut?”
“benar kata Danna. Dia sangat tampan”
“apa yang kau pikirkan?”
“e-aku…aku ingin pergi dari sini. Dan kalau kamu menghalangi aku, aku akan lapor polisi”
“bagaimana kau akan lapor polisi jika aku tak mengijinkanmu keluar? Di kamar ini tidak ada telpon. Akulah yang berkuasa di rumah ini”
Nicco menatap Natale dengan tajam sambil tersenyum sinis.
“jika kau terus maju, aku akan bunuh kamu dengan pisau ini!”
Natale menyambar pisau buah yang ada di sampingnya dan memegangnya dengan gemetar. Tapi dengan cepat Nicco mengeluarkan pistolnya.
“dengar, Nona. Aku tak segan-segan untuk membunuh kamu. Karena aku sudah tahu kalau ternyata kamu seorang del Pierro”
“baik, bunuh saja aku. Itu akan lebih baik bagiku”
“tapi, aku tak mau” Nicco menyelipkan pisto
lnya lagi,”kamu terlalu cantik untuk mati muda. Sayang kan?”
Nicco semakin mendekati Natale.
“baik, aku akan bunuh diri saja”
“kau pasti tak berani. Karena aku yakin kau tak akan mengecewakan orang yang sudah menunggumu diluar sana”
“aku tidak peduli!”
Natale sudah kalap. Dia menusuk dadanya sendiri dengan pisau buah itu.
“bullshit! Jack!”
“ada apa? E… apa kau yang menusuknya?”
“tentu bukan, bodoh! Dia bermaksud bunuh diri. Panggil dokter Suarez!”
Jack menelpon dokter Suarez. Tak lama kemudian, dokter sudah datang dan memeriksa Natale.
“dia masih hidup, tapi bawa dia ke klinikku sekarang. Aku akan merawatnya disana”
Natale lalu dibawa ke klinik dokter Suarez. Sedangkan Nicco pergi ke sebuah apartemen. Begitu masuk, ia langsung tiduran di sofa.
“hai, sayang. Sudah lama kau tak kesini. Ada apa? Ada masalah?”
“tidak”
Claudia duduk di samping Nicco.
“ayo, kuajak kau jalan-jalan. Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu”
Claudia menggandeng Nicco yang sedang tak bersemangat itu. Nicco masih tetap diam duduk manis disamping Claudia yang sedang pegang kemudi mobil Nicco.

Nicco pergi menjenguk Natale di klinik. Di ruangan itu ada Dave dan Jack yang menjaga Natale 24 jam.
“bagaimana keadaan dia?”
“dia sudah melewati masa kritisnya. Hampir saja pisau itu menembus jantungnya. Tapi dia belum sadar juga. Kalian tak usah khawatir, dia baik-baik saja. Mungkin 2 hari lagi dia sudah bisa kalian bawa”kata dokter Suarez.
“ok, makasih. Dan seperti biasa, jangan bilang ke orang lain, apalagi polisi”
“kau bisa mengandalkan aku. Kau tahu kan kalau papamu itu sahabatku”
“terimakasih”
Mereka lalu keluar.
“tahu nggak, Nicco. Dia sangat cantik sekali”
“ya” sahut Nicco dingin.

2 hari kemudian, Natale dibolehkan keluar dari klinik. Dan dibawa ke rumah besar Nicco lagi.
“mengapa aku dibawa kemari lagi? Aku ingin pulang”
“sorry, yang mengijinkan kamu keluar hanyalah Nicco. Tapi, kurasa, dia tak akan melakukannya. Dia menyukaimu”
“aku tidak peduli!”
“hei, jika kau macam-macam lagi, kami tak akan menolongmu”
Jack dan Dave mengunci Natale lagi di kamar semula. Natale berbaring di ranjangnya. Ia merasa amat lemah dan sakit.
“sampai sekarang aku masih belum tahu kenapa aku sampai diculik”
Danna lalu masuk.
“bangunlah, kau harus minum obat ini biar cepat pulih. Kamu rupanya sudah gila ya dengan bunuh diri”
Natale masih terus diam. Danna pun keluar dari kamar Natale.
“aku bersumpah tak akan masuk asrama itu lagi!”

Nicco memecahkan guci besar yang ada di ruang tengah.
“apa yang sedang kau lakukan?”
“apa kau tak tahu kalau aku sedang memecahkan guci ini?” kata Nicco marah.
“aku tahu, maksudku ada masalah apa sehingga kamu begitu?”
“papa sudah tahu kalau aku menculik gadis itu. Dan dia akan kesini, hari ini, untuk melihat gadis itu. Kau tahu apa artinya?”
“apa dia akan mengambil gadis itu dari kamu?”
“bukan, dia pasti akan menyuruhku untuk mengembalikan dia”
Sebuah mobil limo hitam berhenti di depan rumah.
“itu pasti papa. Dia datang secepat ini!”
Seorang pria berdasi turun dari mobil.
“selamat siang, pa. Tak kusangka papa akan datang secepat ini,” sambut Nicco hormat.
“ya, aku ingin melihat gadis yang kau culik itu. Lalu kau harus mengembalikan dia secepatnya tanpa kurang suatu apapun. Dan kau tidak boleh menyentuh dia, ingat itu!”
Nicola mengikuti Nicco ke kamar Natale. Waktu itu Natale sedang meringkuk di sudut ruangan. Sewaktu melihat Nicola dan Nicco memasuki kamar, Natale langsung berdiri dan menghapus air matanya.
“dialah gadis itu”
“cantik juga, pantas kau menculiknya. Lalu, kenapa dia nampak lemah? Apa kau tidak memberinya makan?”
“dia baru saja dioperasi. Dia mencoba untuk bunuh diri”
“papa tidak ingin ada apa-apa lagi”
“baik, baik. Besok akan kukembalikan”
“siapa namamu?”
Natale hanya diam.
“baik, aku bertanya kepadamu dengan baik. Siapa namamu, nona?”
“Natale”
“nama keluargamu?”
“pasti papa tak akan percaya kalau papa tahu nama keluarga dia”
“siapa nama keluargamu?”
“del Pierro,” jawab Natale.
“del Pierro? Maksudmu, ayahmu Angelo Petra del Pierro?”
“ya”
“Nicco, papa tak ingin punya urusan lagi dengan del Pierro!” kata Nicola dengan tegas.
“pa, aku tak tahu kalau dia itu anak Petra”
“ok, kembalikan dia nanti malam. Tak usah menanti sampai besok”
“ok, terserah papa saja,” kata Nicco pasrah.

Di sebuah taman yang sepi yang tak begitu jauh dari asrama, Natale dikembalikan. Natale dibaringkan di bangku taman.
Hari itu juga lewatlah 2 orang polisi yang sedang berpatroli. Mereka mendekati Natale yang belum sadar juga.
“hei, bukankah itu adalah gadis yang sedang dicari-cari?”
“ya, kau benar. Kurasa dia dibius. Hubungi markas dan rumah sakit!”
Sebentar kemudian, Natale sudah dibawa ambulan menuju runah sakit.
Dengan tergesa-gesa, Petra langsung menuju rumah sakit, ke kamar Natale.
“maaf, anda siapa?” tanya seorang dokter yang sedang memeriksa Natale.
“aku papanya. Bagaimana keadaan putriku?”
“dia baik-baik saja. Dia pasti segera pulih”
“syukurlah, kamu tidak apa-apa, sayang?”
“tidak, pa?”
“para penjahat itu pernah mengganggumu?”
Natale menggeleng dan memeluk Petra.
“sayang,kau tahu siapa para penculik kamu itu?”
“mereka adalah….. e-saya tidak tahu, pa. Sudahlah, saya tidak mau mengingat-ingat kejadian itu. Biarlah. Yang penting saya sudah kembali. Pa, Natale takmau msuk ke asrama itu lagi”
“kenapa?”
“saya trauma. Saya ingin kembali ke Universitas Roma. Saya tidak peduli apabila saya harus 1 sekolah dengan Cindy. Yang penting tidak ke asrama itu lagi”
“boleh, tapi dengan 1 syarat. Kau harus berbaikan dengan Cindy lagi”
“I’ll try”
“good, papa akan mengurus perpindahanmu secepatnya”
“trimakasih, pa”

Akhirnya Natale bersekolah di Universitas Roma, sekolah impiannya.
Dia sedang duduk di bawah pohon sendirian di halaman kampus, sewaktu seseorang mendekatinya.
“hai, boleh duduk?”
“ya,” jawab Natale lesu.
“Natale, aku ingin minta maaf atas semuanya. Aku telah merebut Val dari kamu. Aku tak tahu kenapa aku berbuat seperti itu. Natale, kau sahabatku. Tapi, aku telah jadi seorang pengkhianat bagimu. Aku telah menghancurkan persahabatan kita”
“lupakan semuanya, Cindy”
“kau takmau memaafkan aku? Aku mengerti. Aku memang tak pantas untuk mendapat maaf darimu”
“bukan itu, maksudku lupakan yang sudah berlalu. Kau sahabatku. Aku tak ingin kehilangan kamu”
“jadi… kau mau memaafkan aku?”
“ya”
“trimakasih, Natale. Kau memang sahabat sejati”
“sudahlah, bagaimana hubunganmu dengan Val?”
“baik”
“syukurlah,” Natale tersenyum getir.

Sore hari, Natale pulang dari kampus. Ia melihat rumah kelihatan sepi dan ada kertas di samping telepon.
“papa ke bandara? Kenapa?”
Belum hilang rasa penasarannya, Petra sudah datang.
“papa,siapa dia?”
“kau sudah lupa? Mereka Georgia dan David. Sebenarnya mereka akan ke Jakarta menemui nenek, tapi mampir dulu kesini”
“hai, apa kabar?”
“baik”
“ayo, kita ke dalam. Bagaimana kabar Rina dan Jean?
“papa dan mama baik-baik saja”
“rencananya bulan ini aku juga akan ke Jakarta. Sudah lama tak kesana. Untuk melihat keadaan perusahaan. Juga untuk menjenguk nenek”
“ikut aja sekalian dengan kami”
“tapi belum musim liburan. Nanti Natale di rumah sendirian”
“nggak apa-apa Natale di rumah sendirian. Lagipula, Natale tetap tidak bisa ikut walau liburan besok”
“baiklah, papa akan ngurus tiket dan segala sesuatunya”

2 hari kemudian, mereka berangkat ke Jakarta. Natale dan Cindy mengantar sampai bandara.
“aku sendirian sekarang”
“kapan-kapan aku pasti menginap di rumah kamu. Ayo, sekarang kuantar kau ke kampus”
Cindy lalu mengantar Natale ke kampus.
“Natale,kau sudah tahu cowok bernama Nick?”
“Nick? Entahlah, kurasa belum”
“dia cakep lho!”
“lalu?”
“kau bisa dekati dia. Dia sedang patah hati. Pacarnya terbunuh di Belanda”
“pacarnya orang Belanda ya?”
“iya, dia juga orang Belanda”
“kenapa pacarnya terbunuh?”
“entahlah. Tak ada yang tahu. Sekarang masalah itu jadi pembicaraan yang hangat di kampus”
“Cindy, aku kan belum tahu dengan orang yang bernama Nick itu”
“nanti kukenalkan”
“kapan?”
“nanti sore, aku ada janji dengan dia di kafe”
“ok”

Di sebuah danau yang sangat indah, jauh dari keramaian kota, seorang pemuda berambut sebahu sedang berjalan-jalan.
“Claudia,Wilma, Audrey, Stephanie dan Donna sangat cantik. Tapi aku lebih mengakui kalau Natale sangat cantik. Gadis tercantik yang pernah kutemui. Tapi, kenapa dia harus seorang del Pierro? Kenapa dia harus anak Petra? dan kuakui, aku jatuh cinta kepadanya”
Nicco duduk dibawah pohon, lalu datanglah Jack.
“hei,kenapa kau seorang diri disini boss?”
“aku sedang memikirkan gadis itu”
“gadismu banyak, boss. Jadi yang mana?”
“maksudku Natale”
“Natale? Gadis itu? Buat apa dipikirkan?”
“dia sangat cantik dan lembut. Dia beda dari gadis yang pernah kutemui. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya”
“kau berkata seperti itu seolah-olah kau ini menyukai dia”
“ya, menyukai dia. Mungkin….aku jatuh cinta kepadanya”
“ah, aku bosan. Tiap kali bertemu gadis kau selalu bilang begitu. Yang lembutlah, yang cantiklah. Dan kau pasti jatuh cinta dan berjanji itu untuk yang terakhir, iya kan? Kau juga selalu janjikau akan serius. Tapi nyatanya? Aku sudah tahu sifat kamu. Jadi, aku tak bisa kau bohongi lagi”
“kau tak percaya”
“tentu saja”
“aku bersumpah demi…”
“….demi mama kamu yang ada di surga kan?” potong Jack.
“tidak, kali ini aku bersumpah demi Tuhan. Aku tertarik pada gadis itu. Aku jatuh cinta padanya, sejak pertama melihat dia di festival itu”
“dengar, Nicco. Kau tak boleh melayang terlalu tinggi. Aku tak mau kamu jatuh. Itu akan sangat menyakitkan”
“aku tahu. Tapi dia harus jadi milikku suatu hari nanti”
“jangan mimpi, Nicco. Kau sudah tahu siapa dia. Dia seorang del Pierro, kuingatkan itu”
“tak perlu kau ingatkan. Aku selalu ingat kalau dia itu gadis del Pierro”
“bagus kalau kau ingat itu”
“aku tak butuh restu papa. Yang penting kami saling mencintai, aku bersedia kawin lari dengannya”
“sentimental sekali kamu kali ini. Juga apa kau pikir dia mencintai kamu? Kurasa tidak. Kurasa malah sebaliknya”
“aku tidak peduli. Yang penting aku menyukainya”
“ya Tuhan, rupanya bossku ini sudah kerasukan….entah apa namanya”
“Jack, kalau dia tidak mencintaiku, apa aku harus menculik dia lagi?”
“jangan konyol. Buat apa kita hidup dengan orang yang tidak mencintai kita. Lebih baik kau menikahi Claudia”
“aku tidak mencintainya!” Nicco berdiri.
“jadi selama ini…..”
Nicco pergi meninggalkan Jack seorang diri di tempat itu.

Sudah jam 7 malam. Natale masih ada di kamarnya ketika Cindy datang.
“hai, sudah siap?”
“sudah, ayo!”
Sewaktu di dalam mobil….
“aku kelihatan berantakan?”
“tidak. Nick pasti akan menyukaimu. Aku jamin itu. Jadi, tergantung kamu. Kamu menyukainya atau tidak”
“baiklah, tapi nanti aku harus ngomong apa?”
“terserah. Dan maaf ya, aku nanti tidak bisa menemani kalian. Aku ada urusan penting mendadak”
“bukankah kau yang ada janji dengan dia?”
“aku sudah bilang Nick kalau aku tak bisa datang. Tapi kuminta dia untuk tetap datang karena akan kukenalkan denganmu”
Mereka tiba di sebuah restaurant. Setelah memparkir mobil, mereka masuk dan menuju sebuah meja.
“hai, sorry. Aku terlambat”
“tak apa”
“ini temanku yang mau kuperkenalkan ke kamu. Natale, ini Nick. Nick, ini Natale”
“hai, aku Nick. Senang berkenalan denganmu”
Nick mengulurkan tangannya. Tapi Natale hanya diam mematung. Ia terus memandangi Nick, Nick pun jadi salah tingkah.
“Nicco……? Oh, tidaaakkk….!!!”
Natale berlari keluar dari restaurant itu.
cindy barbato
 “Natale, tunggu!”
Cindy pun mengejar Natale. Mereka berdua sudah ada di tengah lapangan parkir yang luas.
“Natale, ada apa denganmu?”
“kenapa kau perkenalkan aku dengan si bangsat itu? Mau kamu sebenarnya apa?”
“kau….kau sudah kenal dengan dia?”
“aku tak mau bicarakan ini lagi. Antarkan aku pulang!”
“tapi….”
“baiklah, aku pulang naik taksi”
Sesampainya di rumah, ia langsung ke kamarnya dan menangis.
“kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi? Kenapa Cindy berteman dengan orang itu? Apa Cindy tak tahu? Nama penculik itu Nicco, bukan Nick. Atau Nick hanya mirip saja dengan Nicco? Tapi mereka sangat mirip seperti saudara kembar. Tapi itu tak mungkin. Kalau mereka 1 orang, mengapa punya 2 kepribadian?”
“Natale, ada apa sebenarnya?” Cindy langsung masuk ke kamar Natale.
“kenapa kau berteman dengan Nicco atau Nick atau entah siapa namanya”
“maksudmu?”
“apa kau tak tahu kalau dia itu penjahat yang menculikku dulu?”
“kau pasti bergurau. Dia tidak pernah macam-macam. Dia orang baik. Selalu jadi pelajar teladan”
“aku berani bersumpah, Cindy. Aku yakin. Rambutnya, matanya, tubuhnya dan juga cara dia memandangku, juga senyumnya. Cindy, aku akan telpon polisi!”
“jangan! Kau belum ada bukti. Sebaiknya selidiki dulu, aku akan membantumu”
“thanx”
Cindy lalu menelpon Nick yang masih ada di restaurant.
“ada apa dengan Natale, Cindy?”
“entahlah, Natale mengira kalau kau adalah penjahat yang telah menculiknya dulu”
“dia pernah diculik?”
“ya, sebelum masuk sekolah kita. Dan dia yakin kalau kaulah orang yang menculiknya dulu”
“dan kamu percaya?”
“entahlah. Aku baru mau tanya. Apa kamu yang melakukannya?”
“kau gila! Aku tak pernah macam-macam. Apalagi sampai menculik orang. Aku berani bersumpah demi Tuhan dan demi orang-orang yang kucintai di dunia ini. Kamu puas?”
“ya”

Paginya, Nick bertemu Michael di kampus. Mereka berjalan di lorong kampus.
“3 hari lagi aku ulang tahun. Tapi aku masih ada masalah dengan Lara. Aku ingin dia jadi pendampingku di pestaku nanti”
“apa masalah kalian?”
“hei, ini masalah intern, bung. Oya,kau harus datang dengan teman gadismu”
“aku tak punya”
“maaf”
“tadi malam aku dikenalkan Cindy kepada temannya. Namanya Natale. Dia cantik, keturunan Asia”
“kau tertarik kepadanya? Ok, sebagai permulaan, bawa dia ke pestaku. Pasti hubungan kalian akan tambah erat, kujamin!”
“Michael, kau tahu namaku adalah Nick,kan?”
“iya”
“bahwa aku pelajar teladan tiap tahun?”
“ya”
“bahwa aku orang baik?”
“ok”
“bahwa aku tidak pernah masuk sebuah gank?”
“ya”
“bahwa aku tak pernah berbuat suatu kejahatan?”
“iya,iya. Aku yakin kalau kamu adalah orang terbaik di dunia ini yang pernah aku kenal,” kata Mike kesal,”lalu ada apa?”
“Natale pernah diculik sebelum masuk ke kampus ini. Dan waktu dia memandangkau, dia langsung lari. Disangkanya aku ini adalah orang yang pernah menculiknya. Orang yang menculiknya bernama Nicco. Dan semua yang ada di diri Nicco, ada pula pada diriku. Kecuali sifat, tentu saja. Namaku Nick! Bukan Nicco! Aku tidak kenal dengan orang bernama Nicco itu”
“masalah kamu rumit, sobat. Bisa saja kau dilaporkan ke polisi olehnya”
“kau benar”
“kau menyukainya?”
“kurasa….. ya”
“kau harus memastikan padanya bahwa kau adalah Nick, bukan Nicco. Nick dan Nicco beda orang, beda tubuh juga beda nyawa!”
“baik, nanti sore aku akan menemuinya di rumahnya. Kau nanti mau mengantarku?”
“tentu saja tidak. Ini adalah hidupmu. Jadi aku tidak boleh ada diantara kalian”
Mereka langsung masuk kelas. Sedangkan Natale malamun terus di dalam kelas.

Natale pulang sendirian dari kampus. Ia tidak langsung pulang, tapi ke rumah pamannya.
“Linda, mana paman?”
“masih ada di rumah sakit. Mungkin sebentar lagi pulang. Tentu saja kalau tidak ada jadwal operasi”
Natale langsung ke taman belakang, melamun. Seseorang langsung duduk disampingnya, membuat Natale terkejut.
“ah, paman. jangan buat Natale terkejut,dong!”
“melamun, ya? Ada apa? Tumben kesini” tanya Andre.
“hanya ingin main saja. Natale kesepian di rumah”
“kau bisa tidur disini. Kudengar papamu ke Indonesia. Kenapa tak ikut?”
“enggak ah, Natale harus sekolah”
“tidak takut sendirian di rumah?”
“takut juga sih. Oya, semua adik paman, papa dan paman Jorge, sudah menikah. Paman Andre kok belum?”
“paman belum memikirkan hal itu. Paman sekarang hanya ingin mengabdikan hidup paman untuk rumah sakit sebagai seorang dokter”
“iya, kuakui. Tapi…..”
“sudahlah. Besok kalau paman akan menikah, maka kau adalah orang pertama yang akan kuberitahu”
“ok”
“sudah makan?”
“belum”
“kalau begitu, ayo kita makan siang di luar. Sudah lama kita tidak makan bersama”
Dengan naik mobil Andre, mereka segera pergi ke sebuah restaurant dan memesan makanan. Waktu Natale memesan makanan yang ia pesan,ia melihat ada mobil yang melintas. Pengendaranya sudah amat ia kenal. Bersikap dingin, dialah Nicco.
“orang itu lagi. Dia Nicco, atau Nick, atau entah siapa namanya,” wajah Natale menjadi pucat.
“Natale, kamu sakit?”
“tidak”
“tapi,kamu pucat”
“sungguh, saya tidak apa-apa”
“baiklah”
“sebenarnya siapa Nicco itu? Siapa Nick?”
Sewaktu di rumah Andre lagi….
“Natale, paman tahu kalau sekarang kau sedang ada masalah. Kau mau membicarakannya?”
“saya takut, paman,” Natale duduk dan menangis.
Andre memeluk Natale,”takut apa? Selama Petra pergi, aku yang akan menjagamu”
Natale lalu menceritakan semuanya.
“jadi, kau pikir mereka itu 1 orang? Orang yang menculikmu dulu?”
“ya, dan dia kini teman saya di sekolah”
“aneh juga. Tak mungkin mereka itu 1 orang. Kalau paman pikir, mereka itu beda orang”
“paman yakin?”
“ya, kau bisa rasakan kan? Nicco orangnya dingin. Nick orangnya baik. Jadi, paman yakin mereka itu beda orang. Kecuali kalau dia itu punya 2 kepribadian”
“mungkin paman benar. Sekarang saya harus pulang”
“biar kuantar. Jika keadaan kamu begini, kau tidak boleh menyetir”
“percayalah, Natale tidak apa-apa”
Natale lalu pulang. Pikiran Natale masih kacau. Di depan rumahnya ada mobil warna merah. Natale turun dan menuju teras rumahnya. Ia terkejut. Seseorang yang wajahnya sudah sangat ia kenal, sedang duduk di teras rumahnya.
“hai, maaf aku datang ke rumahmu. Aku ingin bicara denganmu. Jadi, aku menunggumu”
“tidak! Aku tidak mau bicara denganmu!”
Natale berlari ke mobilnya. Tapi Nick mencekal tangan Natale.
“lepaskan tanganku! Aku benci kamu!”
“kenapa kamu membenciku?”
“kau tak perlu bertanya padaku. Kau sudah tahu alasannya”
“baik, maaf kalau aku telah menyakiti kamu. Tapi, aku hanya ingin bicara denganmu”
“kau tak dapat mempengaruhiku, Nicco!”
“dengar, nona. Namaku bukan Nicco, tapi Nick. Dan aku bukan orang yang telah menculik kamu. Aku berani bersumpah demi tuhan. Memang, mungkin wajahku mirip Nicco. Tapi aku bukan dia”
“entahlah,kau membuatku bingung. Aku tak ingin mengingat apapun. Tolong, tinggalkan aku sendirian, kumohon”
“baiklah, sampai besok di kampus”
Natale menaiki tangga teras rumahnya.
“Natale!”
Natale menoleh.
“aku ingin bertemu denganmu besok di kampus. Tentu saja kalau kamu tidak keberatan. Banyak sekali yang ingin aku katakan kepadamu. Bye!”
Sebentar saja,Nick sudah menghilang bersama mobilnya di tikungan jalan. Natale lalu ke kamarnya.
“Nick sangat baik. Dia beda dari Nicco. Apakah aku akan menyukainya? Entahlah….”

Malam itu di Milan….
Seorang wanita menggandeng seorang bocah berusia 3 tahun. Karena tak memperhatikan jalan, dia menabrak seseorang.
“Adrianna?”
Adrianna menggendong bocah itu ke mobilnya.
“Adrianna, tunggu!”
Adrianna mendudukkan anaknya di kursi depan. Ia pun akan masuk, tapi dicegah.
“apa mau kamu sebenarnya?”
“aku tak tahu kalau akan bertemu kamu disini”
“jadi ini hanya suatu kebetulan? Bagus. Karena akan jadi di neraka bila kau mencariku. Pergilah! Aku harus pulang”
“aku mau bertanya. Dulu Jim pernah kusuruh untuk menemuimu. Lalu, dimana anak itu sekarang? Apa dia?”
“dengar, Val. Aku dan dia tak butuh kamu. Dulu kau bilang kamu tak menginginkannya. Lalu mengapa seolah kau peduli padanya?”
“bagaimanapun juga dia anakku. Kuakui, dulu aku belum siap”
“persetan!”
Adrianna langsung ngebut meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Val seorang diri.
“apakah bocah itu anakku?”

Seperti biasa Natale setiap pagi pergi ke kampus. Siang itu Natale sendirian di kantin. Wajahnya berubah pucat begitu seseorang duduk di hadapannya.
“hai”
Natale langsung keluar dari kantin. Ia meninggalkan makanannya yang masih utuh. Nick berlari menyusul Natale dan berjalan di samping Natale.
“kamu sakit? Wajah kamu pucat”
“tidak, dan aku mau pulang sekarang”
“sudah kubilang, ada yang ingin kubicarakan denganmu”
“aku sedang tak ingin bicara!”
Natale mempercepat langkahnya.
“aku mencintai kamu!” teriak Nick tiba-tiba.
Natale menghentikan langkahnya dan menatap Nick. Mereka lalu duduk di bangku taman belakang kampus.
“aku sangat takut kepadamu. Kau memang tak bisa merasakan apa yang kurasakan bila aku melihatmu. Aku trauma”
“sudah kubilang, aku bukan Nicco, orang yang telah menculikmu itu. Tapi aku adalah Nick! Aku bersumpah demi tuhan!”
“kau membuatku semakin bingung. Tunggu, kalau kau bisa membuktikan kalau di dadamu dan lenganmu tidak ada tatonya, maka aku percaya kalau kau adalah Nick”
“baik”
Nick membuka kaosnya. Dan benar saja, dia tidak mempunyai tato sedikitpun.
“kau benar, Nicco punya tato dan kamu tidak”
“sekarang kau percaya?”
“tapi kenapa wajah kalian mirip? Apa kau punya saudara kembar?”
“tidak, aku anak tunggal. Mungkin hanya kebetulan saja aku mirip dengan Nicco itu. Lalu bagaimana tanggapan kamu?”
“tanggapan apa?”
“aku mencintaimu, Natale. Aneh memang. Aku baru berjumpa denganmu, tapi aku sudah punya perasaan ini”
“entahlah”
“kau sudah punya?”
“dulu. Tapi kukira semua lelaki sama saja”
“apa yang telah dia lakukan kepadamu?”
“aku tak ingin membicarakannya”
“siapa tahu aku dapat membantumu”
“dia sudah punya anak di Milan. Saat ini umurnya baru 3 tahun. Lalu aku memutuskan untuk menjauhinya. Dia tidak tahu kalau aku sudah melihat anaknya. Dan parahnya, Cindy menyukai orang itu dan tidak tahu tentang hal ini”
“Natale, apa benar yang kau katakan itu?” Cindy muncul tiba-tiba.
“e…. aku…..”
“kenapa kau tidak mengatakannya padaku?”
“tenanglah dulu, Cindy,” Nick berusaha menenangkan Cindy.
“Cindy, ini karena aku tak ingin mematahkan hatimu. Kulihat kau sangat mencintai Val”
“aku akan bicara dengan dia!”
Cindy meninggalkan tempat itu.
“aku merasa bersalah kepadanya. Dia sahabatku”
“itu lebih baik dia mengetahuinya sekarang daripada nanti”
“ya, kau benar”
“Natale, aku butuh jawaban kamu sekarang. So much I do love you”
“aku perlu waktu dan sekarang aku ingin pulang”
“perlu kuantar?”
“tidak, terimakasih”
Natale lalu pulang. Dan di halaman rumahnya sudah ada mobil yang sudah dia kenal.
“paman Andre, ada apa?”
“hanya ingin tahu”
“tentang apa?”
“bagaimana masalahmu dengan Nick?”
“tadi kami sudah bicara. Dia bisa membuktikan kalau dia bukan Nicco. Di dada Nicco ada tatonya, sedangkan dia tidak. Kuakui, Nick orang yang baik”
“dia bilang apa lagi?”
“dia mencintaiku, paman. Saya masih bingung, trauma. Ya, karena dia sangat mirip dengan Nicco
“sudahlah, lupakan Nicco. Anggap saja kalau kamu tidak pernah bertemu Nicco. Dan tentang Nick, kalau kau menyukainya, kau bisa menerima dia. Aku juga percaya kalau Nick itu baik”
“saya juga bersimpati padanya. Dia itu selalu menjadi pelajar terbaik tiap tahun”
“kalau begitu katakan padanya kalau kau menerima dia”
“bagaimana tanggapan papa nanti?”
“itu urusan belakang. Yang penting, aku ingin kamu bahagia”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar