Sabtu, 15 Maret 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 5)

Malam itu hujan turun. Cindy keluar dari mobilnya tanpa payung. Dia seolah tak peduli dengan hujan. Sebuah mobil pick up merah berhenti di sampingnya. Val turun mendekati Cindy. Tubuh Val juga basah kuyup.
“Cindy? Kenapa malam-malam kamu berhujan-hujanan begini? Ayo, masuk dulu. Aku baru saja pulang dari Milan dan tidak memberitahumu”
“Val, kau tak usah berpura-pura lagi. Aku tahu kenapa kamu pergi ke Milan. Untuk menemui anakmu kan?”
“darimana kamu tahu?”
“jadi benar begitu?”
“aku hanya bertanya kepadamu”
“kau tidak perlu tahu. Dan mulai sekarang, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi!”
“tapi, Cindy….”
Cindy bergegas kemobilnya meninggalkan tempat itu. Dan Val masih terpaku di tempat itu.

Pagi-pagi, Andre datang ke rumah Natale. Natale terkejut.
“paman, ada apa?”
“mau mengantar kamu ke kampus”
“bukankah saya bisa berangkat sendiri?”
“tidak, hari ini aku akan mengantar dan menjemput kamu”
“ada apa?”
“aku hanya ingin mendengar yang pertama kali, apakah kau akan menerima Nick ataukah menolak dia. sesudah itu kita bisa makan siang diluar, setuju?”
“tapi, paman kan harus ada di rumah sakit”
“aku libur, bagaimana?”
“baiklah”
“kau sudah siap?”
“ya”
Andre lalu mengantar Natale. Di perjalanan…
“bagaimana keputusanmu nanti?”
“entah, saya belum bisa memutuskan hari ini”
“tidak, harus hari ini”
“paman kan tahu saya masih trauma”
“aku punya teman seorang psikiater. Aku bisa menghubunginya kalau kau mau”
“tidak usah. Seperti sudah parah saja”
“ini demi masa depanmu”
“maksud paman?”
“yah, siapa tahu suatu saat nanti kamu bisa jalan dengan Nick”
“paman berkata begitu seolah-olah menginginkan agar saya menerima Nick”
“begitulah”
“mengapa?”
“entahlah. Nanti pulangnya kujemput. Jam berapa?”
“pas makan siang”
“ok”
Natale turun. Sebelum pergi, dia mencium Andre. Natale langsung ke kelasnya.
Sewaktu tak ada kelas, Natale dan Cindy ke kantin.
“aku dan Val sudah putus”
“maaf, aku tak memberitahumu. Karena kulihat kau sangat mencintai dia”
“tidak apa-apa. Tadi malam aku ke rumahnya. Aku putuskan ubtuk tak melihatnya lagi. Siapa nama anaknya?”
“Christian. Waktu bertemu mereka, entah seperti apa perasaanku waktu itu. Chris sangat mirip Val. Tapi sekarang, jangan bicarakan dia lagi. Lupakan”
Lalu datanglah Nick.
“hai, boleh aku gabung?”
“tentu,”sahut Cindy,”o ya,aku ada perlu sekarang. Aku pergi dulu. Bye!”
“hai, apa kabar?” sapa Nick.
“baik”
“e…. kau sudah punya jawabannya?”
“ya”
“aku ingin mendengarnya”
“setelah mendengarnya, aku tidak mau kamu kecewa”
“jadi kau menolakku? Ok, tak mengapa”
“hei, aku belum memberikan jawabanku. Mau dengar?”
“ya”
“jawabanku adalah aku menerima kamu. Aku tidakmenolak kau berada disisiku saat aku berjalan”
“oya? Thanx Natale!”
Nick berdiri dan memeluk Natale. Seisikantin melihat kea rah mereka.
“I love you, Natale. Bagaimana kalau nanti kita makan siang bersama?”
“aku sudah ada janji makan siang dengan pamanku”
“baiklah,lain kali. Thanx”

Jam makan siang, Andre menjemput Natale. 
“hai, paman. Sudah lama?”
“lumayan”
“oya, ini yang bernama Nick. Nick, ini pamanku”
“senang berkenalan dengan anda”
“cakep juga kamu”
Wajah Nick langsung memerah.
“ayo, naik! Sekalian kita makan siang bertiga”

Suatu senja, Nick ke rumah Natale.
“hai, Nick. Ada apa?”
“ingin bertemu denganmu. Aku merindukanmu. Di rumah aku kesepian”
“ayo kita ke belakang. Aku sedang memberi makan ikan. Kamu mau bantu?”
“tentu,kau mau kuajak keluar malam ini?”
“kemana?”
“aku ingin mengajakmu dinner”
“boleh”
“mana yang lain? Rumah seluas ini kok sepi?”
“aku hanya tinggal dengan papa. Dan papa sedang ada di Indonesia untuk 1 bulan, ada urusan disana”
“mama ataupun pembantu kamu?”
“mama meninggal waktu aku berumur 4 tahun”
“maaf. Aku tak tahu banyak tentang kamu rupanya”
“tidak apa-apa. Lama-lama kau pasti akan tahu tentang aku. Dan di rumah ini tidak ada pembantu. Aku mengerjakan semuanya sendiri”
“kau tidak lelah? Aku tidak mau kamu lelah, sayang”
Nick mencium Natale.
“sudahlah, aku sudah terbiasa”
Setelah semuanya selesai, Natale ganti baju dan ke rumah Nick dulu.
“wah… rumahmu indah juga. Kamu mau jadi greenman ya?”
“mungkin”
Nick lalu ganti baju.
“foto siapa ini?”
“itu adikku, namanya Wilma. Lucu ya? Suatu saat nanti, kau pasti akan kuperkenalkan kepadanya”
“lalu, siapa gadis cantik ini?”
“ayolah,kita berangkat sekarang”
Mereka lalu menuju ke restaurant. Tapi, sejak dari rumah Nick, ia hanya diam.
“ada apa?”
“aku hanya bertanya siapa gadis dalam foto itu”
“lupakan saja kalau kau pernah melihat foto itu. Hei, kenapa kamu ini?”
“aku tak ingin makan malam. Aku pusing, aku ingin pulang”
“sayang sekali, baiklah”
“maafkan aku ya Nick”
Begitu sampai rumah, Natale langsung ke kamarnya. Tanpa melepas sepatunya, dia berbaring di ranjangnya sambil memeluk Dougie. 
“aku hanya ingin tahu siapa gadis cantik yang lugu itu. Tapi, kenapa Nick merahasiakannya dariku?”

1 minggu telah berlalu. Di kampus, siang itu, Cindy mendekati Natale yang sedang duduk sendirian di depan kampus.
“hai, boleh aku duduk? Bila tidak mengganggumu”
“boleh”
“sedang apa?”
“aku harus segera menyelesaikan laporanku ini. Besok sudah harus segera dikumpulkan”
“Natale, aku ingin bicara”
“bicaralah”
Cindy mengambil kertas-kertas dari tangan Natale.
“ada apa sih? Ada sesuatu yang penting?”
“tentang kau dan nick”
“memangnya kenapa?”
“Nick bilang kepadaku, kalau akhir-akhir ini kau sering menjauhi Nick. Sebenarnya ada apa?”
“kau disuruh dia untuk bertanya kepadaku?”
“ya, karena kau sering menjauhi dia. Jadi, dia tidak punya kesempatan untuk bertanya”
“aku lagi males”
“aku tahu, pasti bukan itu jawaban sebenarnya”
“lalu, apa maumu?”
“dengar, Natale. 1 minggu lagi Nick di wisuda. Dan dia harus pulang ke Belanda. Kau harus membahagiakan dia di saat terakhirnya dia disini”
“sepertinya dia tidak akan kembali saja. Dia kan bisa kemari lagi,” Natale tidak peduli.
“aku hanya ingin membantu. Nick sangat sedih. Hanya kamu yang dapat mengembalikan kebahagiaan dia. Hanya kamu yang dicintai Nick”
“oh ya?! Lalu foto siapa yang ada di kamar Nick itu?!”
“jadi kamu cemburu dengan gadis itu?”
“ya!”
“Natale, kau seharusnya paham dengan Nick. Dialah yang bernama Julia. Dialah pacar Nick yang terbunuh itu. Nick sudah melupakannya. Dan kini kau membongkar kenangan itu lagi”
“jika Nick ingin melupakan Julia, mengapa foto itu masih saja disimpan?”
“itu terserah Nick. Yang penting dia sudah melupakannya. Dan kini, hanya kamu yang dicintai Nick. Tidak yang lainnya”
“entahlah Cindy”
“kau seharusnya minta maaf kepada Nick. Apa kau tidak kasihan kepadanya? Dia sudah berusaha untuk melupakan kejadian itu”
“makanya waktu kutanya, dia selalu menolak untuk menjawabnya. Aku akan menemuinya”
“itu harus!”
Natale mendekati Nick yang sedang ada di lokernya. Nick tersenyum begitu mengetahui Natale ada di hadapannya. Ia menutup pintu lokernya.
“Nick, aku ingin minta maaf”
“mengapa?”
“ternyata aku telah salah sangka kepadamu. Aku tidak tahu kalau foto gadis yang ada di kamarmu itu adalah gadis kamu, emm… maksudku mantan”
“jika itu membuat kamu risau, aku akan membuangnya”
“tidakperlu!” sahut Natale cepat,”kau tidak perlu membuang masa lalumu untuk mendapatkan masa depanmu”
“terimakasih, Natale”
Nick lalu memeluk dan mencium Natale.
“aku tidak mau kamu pergi lagi. Hanya kamu yang boleh berjalan disampingku”
Natale hanya tersenyum.

Sebelum tidur, Natale menelpon Petra di Indonesia.
“selamat sore, pa”
“Natale? Selamat malam, sayang. Lama kamu tidak menghubungi papa”
Natale hanya tersenyum mendengar itu semua.
“ada apa?”
“papa cepetan pulang ya”
“papa disini masih 1 minggu lagi. Kangen ya?”
“itu salah satunya”
“apakah ada yang lainnya?”
“tentu, dan sangat special”
“apa?”
“tiga hari lagi siswa tingkat akhir akan diwisuda”
“apa hubungannya?”
“akan kuperkenalkan papa pada pacar Natale. Soalnya sesudah diwisuda, dia harus pulang ke Belanda”
“tunggu dulu. Kau punya pacar?”
“ya, mengapa?”
“rupanya papa pergi disana ada peristiwa dan berita besar. Kenapa tidak memberitahu papa?”
“ini kejutan, pa. orangnya baik”
“itu yang papa inginkan”
“namanya Nick Auletta Rossa”
“tunggu, Auletta Rossa? Dia orang mana tadi?”
“dia orang Belanda, pa”
“kau yakin?”
“yakin, ada apa sih, pa?”
“tak ada apa-apa”
“ya sudah. Cepet pulang ya pa. Salam untuk semuanya disana. Bye!”
Petra masih diam ditempatnya.
“Auletta Rossa? Kuharap dia bukan anak Nicola Auletta Rossa. Jika Nick adalah anak Nicola, maka aku tak akan merestui mereka berdua”

Usai di wisuda, Nick mendekati Natale dan Petra.
“selamat, ya. O ya, ini papaku. Papa, dialah Nick”
“senang bertemu denganmu,” Nick mengulurkan tangannya.
“iya. Aku juga. Selamat, ya. Kamu sudah lulus”
“trimakasih”
“mana orangtuamu?” tanya Petra.
“itu disana. Tapi, hanya papaku yang datang. Mama dan adikku tidak ikut”
James mendekati Petra.
“Natale, tuan del Pierro, ini adalah papaku, James”
“senang berkenalan dengan kalian,” kata James.
“dialah yang sering kuceritakan kepada kalian. Ini Natale, dan ini papanya”
“ternyata Natale melebihi dugaanku. Dia sangat cantik sekali. Kau pantas mendapatkan dia”
“trimakasih”
“untunglah nick bukan anak Nicola. Kebetulan saja nama keluarga mereka sama,” batin Petra.

Malamnya, di rumah Nick diadakan pesta. Semua teman Nick diundang.
Waktu itu Natale sedang ngobrol dengan Cindy, Dante dan Mike. Nick mendekati Natale.
“Natale, aku ingin bicara”
“baik, bentar ya guys!”
“tentu. Ini hari terakhir kalian”
Nick dan Natale hanya tersenyum. Mereka ke belakang rumah.
“ada apa?”
“aku tahu. Ini mungkin gila. Tapi, ini karena aku tak mau kehilangan kamu. Aku sangat mencintaimu, Natale. Maukah kau menikah denganku?”
“itu terlalu cepat, Nick. Lagipula aku masih sekolah. Aku juga tidak tahu apakah papaku akan setuju kalau aku menikah sekarang. Aku ingin kau kembali ke Belanda dengan tenang. Kau tidak perlu khawatir. Aku pasti akan menunggu kamu sampai kamu kembali kesini lgi”
“but, no one can wait forever”
“kau tak perlu berkata seperti itu”
“baiklah, aku pasti akan kembali untuk kamu dua tahun lagi. Kamu tak akan meninggalkan aku karena kesepian, kan?”
“tentu saja tidak. Kapanpun kamu kembali, aku psti akan langsung mau untuk menikah denganmu”
“thanx”
Esok siangnya, Natale mengantarkan Nick dan James ke bandara.

Seperti biasanya, Nicco duduk di tepi danau yang sunyi itu. Lalu datanglah Jack.
“kau sudah punya info?” tanya Nicco tanpa menoleh ke arah Jack. Ia masih memandang danau yang tenang itu.
“ya”
“bagaimana?”
“Natale sudah punya pasangan”
“sudah kuduga”
“tapi, aku punya rencana yang bagus. Kau pasti tidak tau siapa pacar Natale yang beruntung itu. Dia adalah Nick”
“aku tidak kenal dan tidak ingin tahu tentang dia”
“tunggu dulu. Dia sangat mirip dengan kamu. Bagaikan saudara kembar. Nick sekarang baru pulang ke Belanda. Dan dua tahun lagi baru kembali untukl menikahi Natale. Tapi, dengan memanfaatkan wajahmu yang mirip Nick, aku yakin,kau pasti akan mendapatkan Natale. Datang, dan langsung nikahi dia. Dengan begitu, dia akan menjadi milikmu selamanya”
“brilliant! Kamu tahu dimana rumahnya?”
“tentu, akan kuantar kau kesana”
“tidak, cukup kau beritahu aku saja alamatnya. Kalau dia sampai tahu kamu, maka dia akan tahu siapa aku”
“ya tentu, ini alamatnya”
“dua minggu lagi aku akan datang ke rumahnya”
“apa tidak terlalu cepat?”
“tidak, lebih cepat lebih baik”

Natale kini melalui hari-harinya dengan kesendirian. Nick ada di negri milik Raja Willem-Alexander sana. Sedangkan Nicco sudah tk sabar untuk segera pergi ke rumah Natale.
“pa, begitu Nick datang, kapanpun dia datang, Natale inginmenikah dengan Nick”
“kamu? Apa kamu tidak menyesal telah mengakhiri masa mudamu begitu cepat? Ingat, Natale. Pernikahan itu bukan main-main. Itu untuk selamanya. Itu untuk seumur hidup kamu. Kau harus mempertimbangkannya lagi. Apa Nick cocok buatmu”
“Natale sudah tidak ragu lagi dengan Nick, pa. dialah pilihan saya. Dia baik”
“siapa nama ayahnya? Papa lupa”
“James, pa. Kenapa?”
“tak ada apa-apa”
“ok, Natale pergi dulu ya, pa”
Petra pergi ke belakang rumah.
“Auletta Rossa. Nama keluarga Nick adalah Auletta Rossa.James adalah ayah Nick. Apa dia mengganti namanya? Kenapa juga wajah James tidak mirip Nicola? Apakah nama keluarga mereka hanya karena kebetulan sama? Aku yakin begitu. Nicola orang Italia dan James orang Belanda. Aku pasti akan merasa berada di neraka bila Nick ternyata anak Nicola Auletta Rossa. Aku takmau berhubungan dengannya lagi”

Suatu pagi, Nicco sudah rapi. Kebetulan Jack ada di samping rumah sedang membersihkan senjatanya. Waktu melihat Nicco masuk ke mobil, ia mendekati Nicco.
“mau kemana? Biasanya masih tidur”
“ini sudah 2 minggu. Kau lupa? Aku akan menemui calon istriku”
“bila kau berdasi begitu, aku tidak dapat membedakan kamu dengan Nick”
“aku pergi dulu. Ingat, aku akan mengajak Natale ke rumah ini. Jadi jangan sampai dia melihat kamu”
“tentu, aku harus pergi ‘kan?”
Nicco pergi meninggalkan tempat itu dan menuju rumah Natale.
“kuharap Natale ada di rumah”
Tak lama kemudian, Nicco sudah ada di depan rumah Natale. Natale sendiri yangmembukakan pintu. Natale sangat terkejut. Nicco pun berperan sebagai Nick atas anjuran Jack. Nicco tersenyum.
“kau terkejut? Kau tak mempersilakan aku masuk? Kau tak rindu padaku?”
“m-maaf, aku sangat terkejut. Kau pulang begitu cepat. Ayo,masuklah”
“kemana ayahmu?”
“sedang keluar”
“mama kamu?”
“Nick, kau kan sudah kuceritakan tentang mama”
“oh, maaf. Ke Milan ya?”
“hhh… Nick, kau aneh deh. Mama sudah meninggal waktu aku berumur 4 tahun. Kau lupa?”
“maaf, aku lupa. Banyak pekerjaan di Belanda”
“kenapa kemari?”
“aku sangat merindukan kamu. Aku ingin kita segera menikah.Dan kita tinggal di rumahku yang di Roma. Agar kau bisa selalu dekat dengan ayah kamu”
“bagaimana dengan pekerjaan kamu?”
“aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan kamu. Aku ingin bicara dengan ayahmu”
“mungkin baru 2 hari lagi pulang. Tapi, maukah kau kuperkenalkan dengan nenekku?”
“boleh”
Mereka lalu ke rumah nenek Natale yang ada di pinggiran kota Roma.
“Natale, apa pendapat kamu tentang Nick?”
“sejak kamu datang ke rumahku tadi, aku sudah merasa aneh dengan kamu deh, Nick. Apa sih yang menyebabkan kamu berubah seperti itu?”
“lupakan saja”
Natale sekilas melirik ke arah Nicco yang sedang berperan sebagai Nick.
“Nick, mengapa dada kamu ada tatonya? Dulu kan tidak ada?Kau ingin jadi berandalan ya?”
“e-di Belanda, aku dipaksa oleh teman-temanku. Aku tak mau dianggap pengecut. Beginilah jadinya”
“kau sangat mirip dengan Nicco. Dan kini kau pun punya tato seperti dia. Kau jadi seperti Nicco”
“kau membenci Nicco?”
“ya, sangat”
“kenapa?”
“entah. Jangan bicarakan hal itu lagi. Aku lebihmencintaimu”
“sialan! Dia membenciku! Dia lebih mencintai orang yang bernama Nick. Ok, mulai sekarang namaku adalah Nick, bukan Nicco”
Setelah ke rumah nenek sebentar, Nicco lalu membawa Natale ke rumah Nicco yang di pinggir danau itu.
“tempat apa ini?”
“ini sebuah danau”
“iya, aku tahu”
“ini tempat favoritku. Dan rumah yang disana itu milikku”
“kok kamu tidak pernah mengajakku kesini?”
“ini kejutan buat kamu. Kau menyukainya?”
“ya, danau ini sangat indah. Apalagi ada gunung yang disana itu. Tempat ini menyimpan kenangan bagimu?”
“tidak juga”
“kamu bisa mendayung sampan itu?”
“bisa”
“aku ingin kita naik perahu itu”
Mereka naik perahu kecil itu ke tengah danau. Nicco yangmendayung. Sewaktu di tengah danau…
“Natale, aku ingin segera menikah dengan kamu. Sebelum kamu dimiliki oleh orang lain”
“tenang saja, aku pasti akan menikah dengan kamu. Tidak yang lainnya”
Natale mencium Nicco dan tersenyum.

Nicco datang ke rumah Petra untuk membicarakan tanggal pernikahan.
“duduklah, mana orang tuamu?”
“e-mereka tidak bisa ikut. Juga di hari pernikahan nanti”
“aneh, padahal itu hari pernikahanmu. Hal terpenting dalam hidupmu”
“mereka sangat sibuk untuk mempersiapkan pernikahan kami yang di Belanda”
“baiklah, aku ingin kalian menikah secepatnya. Bagaimana kalau pas musim semi besok?”
“ya, tentu. Musim semi (primavera)”

Natale segera mempersiapkan segala sesuatunya dibantu Cindy. Pesan gaun pengantin, wedding cake, dll. Sementara itu di Belanda, Nick asli sedang melamun di kamarnya lalu datanglah Wilma.
“hai sedang apa?”
“membuat postcard untuk Natale. Aku merindukannya”
“aku ingin kau segera menikah dengan Natale. Sebelum dia dimiliki oleh orang lain”
“tidak mungkin”
“mengapa?”
“karena dia akan menantiku kembali 2 tahun lagi. Baru kami akan menikah. Jadi, tidak mungkin dia menikah dengan orang lain kan?”
“aku menyukai Natale”
“aku juga, sangat”

Nicco baru pulang dari rumah Natale. Ia terkejut waktu masuk ke ruang tamu karena melihat ayahnya ada disitu.
“ada apa, pa?”
“ada sesuatu yang penting”
“apa?”
“langganan kamu merasa kecewa. Bila kamu tidak ke Milan secepatnya, dia bisa saja lapor ke carabinieri sebagai alasan dan kamu bisa dipenjara”
“apa papa tidak bisa mewakili aku?”
“bisa saja, tapi ini urusan kamu. Aku tidak ingin ikutcampur. Lagipula aku harus ke New York. Mungkin langganan kamu itu ingin balas dendam kepadamu atas perlakuan kamu dulu terhadapnya”
“hhh… aku tidak peduli, pa. karena sekarang dan beberapa bulan ke depan aku tidak ingin diganggu”
“kau mau kemana?”
“mungkin sudah saatnya aku untuk berterus-terang kepada papa”
“tentang apa?”
“sebentar lagi aku akan menikah secara resmi”
“apa? Dengan siapa? Mengapa kamu diam saja?”
“aku tahu papa pasti tak akan merestui pernikahan ini”
“tidak, aku pasti akan merestuimu. Kau putraku satu-satunya.Dengan gadis mana kamu akan menikah?”
“dengan Natale, dia anak Petra. Dan juga seorang gadis del Pierro”
“Nicco, kau tahu kalau sampai kapanpun, Auletta Rossa dan del Pierro tak akan pernah bisa berdamai. Kenapa kau lakukan hal ini? Tidak,aku tak akan merestui pernikahan kalian. Jika kau tetap menikah dengan gadis itu, maka aku tak akan menganggap kamu sebagai anakku. Kamu mengerti?”
“aku sangat mencintai Natale, pa. Petra tak tahu kalau aku seorang Auletta Rossa”
“aku tidak peduli. Jika kau masih menganggapku sebagai papa,maka jangan lakukan pernikahan itu”
“baik, aku lebih memilih Natale. Papa tak bisa membuatku berubah pikiran. Aku tak peduli apakah Natale seorang del Pierro atau bukan. Aku hanya ingin hidup dengan dia”
“kamu tidak akan memdapat bagian apapun jika kau tetap menikahinya”
“aku tak akan meminta apapun dari papa. Aku pergi”
“Nicco, tunggu!”
Nicco langsung ke villanya. Jack duduk di sampingnya.
“ada apa? Penyamaran kamu sudah terbongkar?”
“tidak”
“lalu?”
“aku katakan yang sebenarnya pada papa. Papa marah dan aku pergi. Aku tak akan mendapat apapun darinya”
“lupakan hal itu. Kamu masih mempunyai rumah ini dan kasino itu. Jika sudah menikah, ajaklah Natale tinggal disini. Jangan khawatir, aku akan pulang ke Napoli. Aku tidak akan tinggal disini lagi”
“aku tak tahu apa yang akan kulakukan bila Natale tahu bahwaaku adalah Nicco, orang yang telah menculiknya dulu, bukannya Nick. Aku tidak mau dia pergi”
“jangan khawatir. Biarkan mereka beranggapan bahwa kau adalah Nick. Kau sangat mirip dengan Nick. Apa kau tak punya saudara kembar?”
“tidak, aku anak tunggal. Jack, aku benci jika Natale memanggilku dengan Nick. Seolah-olah dia itu sedang bercinta dengan Nick,bukannya denganku”
“katakana saja pada Natale agar dia memanggilmu dengan Nicco, bukannya Nick. Kalau dia bertanya, jawab saja nama panjangmu Nicholas, selama ini orang-orang memanggilmu dengan Nick, dan sekarang kau ingin dipanggil dengan Nicco. Dengan begitu, dia akan memanggilmu dengan Nicco, bukan Nick lagi, tanpa ada rasa curiga”
“boleh juga”

1 minggu sebelum hari pernikahan, Nicco ke rumah Natale.
“kau sudah pesan gaunnya?”
“ya, sangat indah, kuharap kau menyukainya”
“aku boleh lihat?”
“tidak, itu untuk kejutan besok”
“Natale, tolong jangan panggil aku dengan Nick”
“mengapa? Itu nama kamu kan? Lalu, aku harus memanggilmu apa?”
“Nicco”
“Nicco? Oh, tidak. Nick, kau jangan mengingatkan aku kepada masa laluku, aku tak mau. Atau kau ingin seperti Nicco? Kau ingin dipanggil Nicco, kau tattoo badanmu, pakai anting. Entahlah. Aku tak tau apa maksud kamu sebenarnya. Dulu kau tidak pernah macam-macam”
“bukan begitu. Lupakan masalah dandananku ataupun penampilanku. Maksudku… Nick adalah kependekan dari Nicholas. Jadi, panggil akudengan Nicco. Kamu mau?”
“baik, no problem. Tapi kau sangat mirip dengan Nicco yang sangat kubenci. Dan kini aku harus memanggilmu dengan Nicco. Aku jadi seperti berhadapan dengan Nicco lagi. Tapi kalau itu keinginanmu, baiklah”
“thanx. Oya, itu ada surat untukmu”
Natale membaca sampul surat yang diberikan pak pos.
“dari siapa?”
“sebentar. Dari Nick Auletta Rossa di Belanda. Nick, ini surat dari kamu. Kamu sudah lama disini, tapi mengapa surat ini baru tiba?”
“e… mungkin terlambat. Sebaiknya tidak usah dibaca”
“mengapa?”
“aku sebenarnya malu surat ini kau baca. Aku merindukanmu waktu kubuat surat ini. Dan yang penting aku sudah disini kan? Dan 1 minggu lagi aku akan menjadi suami kamu”
“baiklah”
Natale tidak jadi membaca surat dari Nick yang asli yang ada di Belanda. Nicco menarik nafas lega dan memasukkan surat itu ke kantong celana jins-nya.

Valentino d'Alema
“ayo Natale, kau harus cepat dong. Apa kau tak kasihan kepada Nick yang sudah menunggumu?”
“sebut dia dengan Nicco, Cindy”
“terserah. Yang penting kau harus cepat. Ini, bawa bunganya”
Mereka lalu turun ke ruang t
amu.
“ya Tuhan, kau cantik sekali, Natale”
“terimakasih, pa”
Natale masuk ke mobil, juga Cindy.
“dia mengingatkanku kepada Rika”
“ayolah, pa”
“iya, sayang!”
Mereka pergi ke sebuah gedung yang besar yang ada di tengah kota. Ternyata yang datang sudah banyak.
“saya takut, pa”
“tenang saja”
Nicco tersenyum. Upacara pernikahan dilaksanakan.

Nick sedang ada di depan rumah. Lalu datanglah Mark, temannya.
“hai, melamun ya? Memikirkan Natale?”
“ya”
“mengapa?”
“entahlah, aku tidak bisa tenang”
“jangan khawatir, dia pasti baik-baik saja”
“ya, kuharap”
Nick tak tahu kalau sekarang Natale sedang menikah dengan Nicco yang dikira Natale adalah Nick.

Natale, Nicco dan tamu yang lainnya mulai berdansa.
“kini kau sudah menjadi milikku seutuhnya, Natale. Seutuhnya. Hanya milikku. Bukan orang lain”
Nicco menatap Natale dengan tajam dan lama.
“ya Tuhan. Tatapan mata itu. Aku pernah mengenalnya. Tapi dimana? Nick tidak pernah menatapku seperti itu. Sangat mengerikan,” Natale menundukkan kepalanya, wajahnya pucat.
“Natale, kau kenapa, sayang? Wajahmu sangat pucat. Kamu sakit? Sebaiknya kita istirahat dulu”
Nicco membantu Natale duduk.
“Nicco, aku ingin kau menjadi Nick yang dulu pernah kukenal. Aku tak tahu kenapa aku selalu merasa takut dan gemetar bila aku ada didekatmu”
“ayolah, sayang. Kau harus bergembira karena ini adalah hari pernikahan kita. Setelah ini kita akan ke villa-ku, maksudku villa kita”
Para tamu sudah banyak yang pulang. Petra mendekati Natale dan Nicco yang ada di sudut ruangan.
“maaf mengganggu”
“ada apa, pa?”
“hanya mau mengucapkan selamat buat kalian berdua. Kuharap kalian dapat bahagia selamanya”
“trimakasih, pa. Maafkan Natale ya pa. Natale meninggalkan papa sendirian. Karena Natale harus ikut Nicco. Tapi papa jangan khawatir, Natale akan sering mengunjungi papa”
“tidak apa-apa sayang. Yang papa inginkan hanya satu. Yaitu kau bisa bahagia dengan suamimu. Nicco, aku titip putriku, Natale. Hanya diayang kupunya di dunia ini. Jaga dia dengan baik. Tolong, bahagiakanlah dia”
“tentu”
“papa jangan berlebihan begitu dong. Natale pasti akan selalu bahagia dengan nicco”
“itulah yang kuharapkan”
Lalu datanglah Jorge dan Andre.
“ini dia pengantin baru kita. Selamat untuk kalian berdua. Keluarga kita bertambah satu lagi”
“ya, kau benar,” jawab Petra.
“nah, sekarang kalian sudah boleh pergi ke rumah kalian,” kata Jorge.
“kalian mengusir kami?”
“kalian ini sadar atau pura-pura tidak tahu? Ini adalah malam pertama kalian. Kalian tidak akan melewatkannya begitu saja, bukan?”
“oh, maaf. Tentu kami tidak akan melewatkannya. Iya kan Natale?”
“wajah Natale memerah. Nicco segera membawa Natale pergi ke rumah Nicco yang ada di tepi danau itu dengan mobilnya. Petra masih ada di depan gedung besar itu sambil memandangi kepergian Natale dan Nicco. Jorge datang membuyarkan lamunan Petra dengan menepuk punggung Petra.
“hei, kau akan terus disini?”
“kau mengagetkan aku, Jorge”
“mengapa melamun?”
“aku berpikir. Seolah-olah baru kemarin Rika melahirkan Natale. Tapi kini Natale sudah pergi”
“iya, kau benar”
“semoga dia bahagia”
“tentu dia akan bahagia. Aku yakin itu. Ayo, sekarang kita masuk dulu. Dingin sekali disini”
“kau tahu kan kalau aku sangat menyayangi Natale?”
“iya, iya. Aku tahu”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar