Sabtu, 15 Maret 2014

LA PRIMAVERA 2 (bagian 3)

Suatu hari, waktu akan ke rumah Cindy, Natale bertemu dengan Andrew.
“hai, Andrew, mau kemana?”
“ke perpustakaan”
“ayo, naik! Kuantar”
“tempat itu dekat kok”
“ayolah”
Andrew lalu naik ke mobil Natale,”mau kemana?”
“ke rumah Cindy. Kenapa kau mau ke perpus?”
“aku suka kesana. Oya, waktu ke Milan, kau sudah bertemu Adrianna?”
“ya, aku juga melihat anaknya sekilas. Sangat lucu. Aku suka”
“dia anak Val”
“aku tahu”
“lalu bagaimana sikapmu?”
“mulai saat ini aku ingin melupakan dia. Walau berat, aku orang yang tahu diri”
“kita sudah sampai. Makasih untuk tumpangannya”
“kenapa tidak minta antar sopir kamu? Kamu kan kaya?”
“males ah!”
“ya udah, bye!”
Natale langsung melesat ke rumah Cindy Barbato. Waktu sampai di rumah Cindy, Natale melihat mobil pick up merah milik Val.
“kenapa mobil Val ada disini? Apa yang sedang dia lakukan di rumah Cindy ini?”
Natale langsung masuk. Keadaan rumah itu sepi. Tak ada orang.
”Cindy, dimana kamu?”
Natale langsung ke kamar Cindy yang ada diatas. Ia sangat terkejut waktu melihat Cindy sedang bercinta dengan Val. Ia menjerit. Cindy dan Val terkejut.
“Natale! Ini tidak seperti dugaan kamu. Kami hanya….”

Natale sudah tidak mendengarkan kata-kata Cindy lagi. Ia pergi dari rumah Cindy dan pulang sambil menangis.
“ada apa, sayang?” tanya Petra.
Natale tak menghiraukan papanya, ia langsung ke kamar dan mengunci pintunya.
“Natale, buka pintunya, sayang. Apa yang telah terjadi? Apa ada masalah? Mungkin papa bisa membantu?”
Natale hanya diam.
“Cindy dalah sahabatku. Tapi, kenapa dia mengkhianati aku? Memang aku akan melupakan Val. Tapi kenapa Cindy berbuat seperti itu?”
“Natale! Buka pintunya, sayang”
Akhirnya Natale membuka pintu kamarnya.
“ada apa, Natale?”
“pa, Natale tidak mau lagi sekolah di Universitas Roma”
“kenapa? Bukankah sekolah disana merupakan impian kamu sejak kecil?”
“tidak lagi. Natale pingin masuk sekolah system asrama saja”
“apa yang sebenarnya sedang terjadi? Papa tidak mengerti. Mendadak ingin masuk asrama. Kamu membuat keputusan yang mendadak. Apa kamu sudah memikirkannya secara matang?”
“papa mengijinkan?”
“tidak. Hanya kamu yang papa miliki di duni ini. Apa kamu tega melihat papa sendiri?”
“maafkan Natale, pa”
“kamu belum cerita kenapa kamu mendadak pindah haluan seperti itu”
“Cindy berkhianat pada saya. Dia mencintai Val. Val juga begitu. Papa, saya ingin jujur”
“tentang apa?”
“tentang Val”
“Val?”
“ya, sebenarnya dia adalah Valentine d’Alema, si biang onar itu”
Natale tertunduk tak berani menatap wajah Petra. Petra hanya menarik nafas panjang.
“kamu masih mencintai Val?”
“tidak lagi”
“papa senang mendengarnya”
Petra memeluk Natale.
“papa mengijinkan saya untuk sekolah di asrama?” tanya Natale penuh harap.
“hhhh…. Baiklah. Sesuai kehendakmu saja”
2 minggu kemudian, Natale mulai mempersiapkan diri untuk masuk di sekolah asrama.

Waktu akan masuk ke kampus, Nick bertemu dengan Lara.
“hai, Lara”
“hai, baru berangkat, ya?”
“iya, kesiangan”
“nanti siang ada kelas?” tanya Lara.
“tidak, kenapa?”
“aku mau ngajak kamu jalan-jalan, kamu mau?”
“boleh, tunggu aku di parkiran, ya”
Waktu jam makan siang, Nick menumpang di mobil Lara. Mereka pergi ke sebuah restaurant.
“kau tentu belum makan siang, ayo kutraktir”
Mereka segera memesan makanan.
“tak biasanya kamu begini. Ada apa? Apa ada yang special?”
Lara hanya tersenyum.
“ada apa sih?”
“kamu lupa? Bukankah hari ini ulangtahunmu?”
“ulang tahun? O iya, maaf, aku lupa. Kalau begitu, aku saja yang traktir kamu”
“tidak, aku saja. Selamat ya”
“trimakasih”
“bagaimana kabar Julia?”
“dia baik-baik saja”
“dia pasti sudah buat kejutan untukmu. Hubungan kalian baik-baik saja?”
“ya”
“aku ikut senang. Aku ingin kalian bahagia”
“trimakasih, Lara”
“dia sangat mencintimu, Nick”
“tentu saja. Papa dan mama sudah setuju. Tinggal apa lagi?”
“menikahi dia”
“akan kulakukan kalau sudah lulus”
“itu masih 2 tahun lagi”
“yang penting aku akan menikahi Julia suatu hari nanti. Bagaimana hubunganmu dengan Michael? Kuharap kau juga dapat membahagiakan dia. Karena Michael juga sahabatku”
“entahlah. Kami tak pernah keluar bersama lagi sekarang. Aku tak akan pernah mengerti tentang dia. Sampai kapanpun aku tak mengerti sifat dia”
“2 tahun kalian bersama tapi kau belum tahu tentang dia?”
“ya, dia sekarang ada di Belanda kan?”
“ya, untuk 2 minggu”
“kapan kamu pulang?”
“mungkin 1 minggu lagi”
“salam buat semuanya”
“pasti”
Sesudah makan siang, Lara mengantar Nick pulang.
“salam buat Michael juga ya?”
“ok, thanx”
Lara pulang dan Nick masuk ke rumah. Ia segera mengepaki pakaiannya ke dalam kopor besar setelah membasuh mukanya.

Suatu pagi, Nick sudah siap untuk pulang ke Belanda untuk 2 minggu. Ia sengaja tidak memberitahu keluarganya yang ada di Belanda. Buat surprice! Tak terasa Nick sudah meninggalkan bandara Fiumicino dan tiba di Schipool. Ia lalu naik taksi ke rumahnya.
Sebuah rumah yang besar dan bergaya khas Belanda ia masuki. Seorang gadis kecil tengah bermain games di ruang tengah.
“hai, Wilma”
Gadis yang dipanggil dengan Wilma itu menoleh. Senyumnya terkembang dan segera minta gendong begitu yang ada di depannya Nick.
“kenapa kami tidak diberitahu dulu?”
“rencananya masih seminggu lagi aku pulang, tapi hari ini jadinya karena mendadak. Mana mama dan James?”
“keluar nggak tau kemana, belum lama kok”
“kenapa tak ikut?”
“males. Sudah kubilang kau harus panggil dia dengan papa”
“dia memang papa kamu, tapi bukan papaku, ok? Ini, aku ada oleh-oleh untukmu”
“wahhh… boneka yang lucu. Trimakasih ya Nick”
Wilma mengikuti nick ke kamar Nick.
“biar kubantu membereskan bajumu”
“tak usah, nanti malah berantakan lagi seperti dulu”
“kamu nanti akan langsung ke rumah Julia? E… maksudku rumah kamu yang kau berikan kepada Julia dan ibunya itu”
“mungkin besok. Tapi kalau hari ini ada waktu, mungkin nanti. Kamu sering kesana?”
“pernah, tapi jarang”
“kamu menyukai Julia?”
“ya, dan aku juga ingin dia menjadi bibiku suatu hari nanti”
“itu akan terjadi”
“o ya, kapan?”
“2 tahun lagi, aku harus segera menyelesaikan sekolahku dulu”
“itu papa dan mama datang!”
Wilma langsung berlari ke bawah menemui Maria dan James.
“ada apa, sayang?” tanya Maria.
“coba tebak siapa yang datang?”
“apa Julia?”
“iya pasti dia” sahut James.
“papa dan mama salah semua. Dia adalah Nick”
“nick? Kenapa tidak memberitahu kita dulu? Dimana dia?”
“itu dia”
“hai, ma. Apa kabar?”
“baik, kamu?”
“juga baik” kata Nick sambil memeluk Maria.
“selamat ulang tahun ya sayang”
“makasih, ma”
“dan karena Nick ulang tahun, bagaimana kalau kita nanti makan malam diluar?”
“Wilma setuju pa!”
“yang ulang tahun itu Nick, bukannya kamu, sayang”
“kamu mau kan Nick? Mau ya” bujuk Wilma.
“tentu”
Nick menuju garasi.
“mau kemana?”tanya Maria.
“mobilku masih ada kan?”
“tentu saja”
“mau menemui Julia”
Nick langsung melesat dengan mobilnya ke rumah Julia. Tepatnya rumah Nick yang diberikan kepada Julia. Ia segera memencet bel. Tak lama kemudian pintu dibuka dari dalam.
“sudah lupa?”
“Nick?”
Gadis itu terkejut dan langsung memeluknya. Nick mencium Julia.
“apa kabar, sayang?”
“baik, kamu?”
“aku juga baik. Mana ibu?”
“ada di dalam. Selamat ulang tahun ya Nick. Ayo masuk dulu”
Seorang wanita tua yang duduk di atas kursi roda menghampiri Julia dan Nick. Nick lalu menciumnya.
“Julia selalu memikirkan kamu. Dia sudah ada kejutan untukmu”
“oya?”
“iya, ada di kamarku”
Julia lalu ke kamarnya di lantai atas. Sebentar kemudian, dia sudah kembali lagi.
“ini buat kamu, bukalah”
Nick membukanya. Ternyata sebuah jam tangan.
“indah sekali”
“ingat waktu dulu kita jalan-jalan? Kamu menyukai jam itu. Tapi waktu itu kamu belum membawa uang. Jadi, aku membelikanmu untuk hadiah ulang tahun kamu”
“trimakasih”
“sini, aku pakaikan”
“cocok sekali warnanya dengan kulit kamu, Nick” kata Lauren.
“ayo, sekarang kita makan dulu” ajak Julia.
Mereka lalu ke ruang makan.
“semua ini yang masak Julia. Dia ada perasaan kalau kamu pasti datang”
“ini semua makanan favoritku. Trimakasih, sayang”

Di Milan, di sebuah ruangan yang besar dan mewah ada beberapa orang pria yang berpakaian formal.
“kamu ada info apa tentang dia?” tanya Pedro yang kelihatannya adalah orang yang dihormati disitu.
“rupanya dia punya kekasih di Belanda, namanya Julia” kata Danielle.
“bagus, Nicco sudah berbuat curang kepadaku dengan membunuh Christina. Dan sekarang Julia juga harus mati!”
“tapi, Nicco kelihatannya aneh. Dia tidak biasanya menyukai cewek lembut seperti itu”
“aku tidak peduli. Aku juga dendam dengan ayahnya. Ayah dan anak sama saja. Nicola dan Nicco”
“kapan aku harus ke Belanda?”
“lebih cepat lebih baik. Habisi keduanya! Baru setelah itu, Nicola di Roma!”

Nick dan Julia sedang berjalan-jalan di belakang rumah Julia yang penuh dengan bunga tulip beraneka warna. Dan juga windmill khas pedesaan Belanda. 2 pasang mata mengintip mereka.
“kamu yakin kalau dia itu Nicco?”
“tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“sepertinya dia bukan Nicco”kata Andy kepada Danielle.
“maksudmu? Sudah jelas kalau dia itu Nicco”
“aku kenal baik dengan Nicco. Kau tahu kan kalau aku dulu pernah kerja untuk dia. Tingkah laku Nicco tidak seperti itu. Dia lebih kasar dari pemuda itu”
“tapi dia benar Nicco, sobat. Rambut lurus sebahunya, tubuhnya, wajahnya. Kamu ini hanya mengada-ada. Mungkin hanya perasaan kamu saja”
“ya, mungkin kamu benar”
“Julia, besok aku harus ke Rotterdam untuk menemui Michael. Mungkin untuk 3 hari” kata Nick.
“tak apa, pergilah.”
“don’t worry, aku pasti akan kembali untuk kamu”
“I love you”
“I love you too”
“romantis amat mereka,” kata Danielle.
“aku sangat yakin kalau pemuda itu bukanlah Niccco. Tapi orang lain!”

Esok paginya, Nick meninggalkan Julia untuk ke Rotterdam untuk menemui Michael. Sorenya, nampak Nick dan Michael sedang santai ngobrol di sebuah kedai kopi.
“o ya, kau dapat salam dari Lara. Katanya kalian sekarang jarang sekali keluar. Ada masalah?”
“tidak juga. Aku hanya ingin menyelesaikan sekolahku dulu”
“sok kamu”
“sudah bertemu Julia?”
“ya. Dan begitu sekolahku selesai, aku akan segera menikahi dia”
“gila kamu! Sedemikian cepatnya kamu mengakhiri masa lajangmu?”
“ya, karena aku sangat mencintai dia. Kuharap kau tak mengecewakan Lara juga”
“tentu. O ya, kamu sudah tanya mama kamu?”
“Tanya apa?”
“bahwa apa benar punya saudara kembar di Amerika?”
“nggak ah! Takut menyinggung perasaan mama. Tapi kapan-kapan akan aku coba”

Natale sekamar dengan Sandy. Mereka sedang berbincang-bincang di kamar malam itu.
“kau betah tinggal disini?” tanya Sandy.
“tentu saja. Ini keinginanku”
“kenapa ingin kesini?”
“aku…. Aku hanya ingin disini. Kalau kamu?”
“aku sebenarnya tidak menyukai kehidupan asrama. Tapi keluargaku yang memintaku. Mau bagaimana lagi?”
Lalu terdengar bel berbunyi.
“hu-uh! Baru saja kita ngobrol”
“ayo segera kita tidur jika tidak ingin kena marah!”
Mereka berdua segera mematikan lampu dan pergi tidur.

Malam itu di tempat yang jauh dari situ, Cindy sedang di rumah Val. Mereka tampak duduk di ruang tamu.
“Natale sekarang masuk asrama”
“kenapa?”
“karena kejadian waktu itu kukira. Gara-gara kamu, persahabatan kami jadi hancur”
“kau tidak mencintaiku lagi?”
“tentu saja aku masih mencintai kamu. Tapi dalam sekejap, persahabatan yang sudah kami bina sejak kami masih kecil, hilang sudah. Memang benar kata orang, cinta dapat menhancurkan segalanya. Persahabatan yang kokoh sekalipun. Val, aku belum begitu mengenal kamu. Dan aku mau, sekarang kau bercerita tentang kamu”
“tak ada yang istimewa. Dan tak ada yang penting yang perlu kau ketahui. Aku hanya seorang pemuda yang hidup sendirian. Tak punya keluarga, tak punya siapapun. Hanya kamu yang aku miliki”
“sungguh?”
“iya”
“hhhh…. Entah kenapa aku jadi seoarang pengkhianat bagi sahabatku sendiri. Dulu kemana saja kami selalu bersama. Tapi kini?”
“masih ada aku”
“ini beda, Val. Aku seorang penjahat. Pengkhianat yang mengerikan!”
“buat apa kamu menyesal? Semuanya telah berlalu. Lagipula kau sudah mendapatkan aku, sesuai dengan keinginanmu. Apa lagi?”
“sahabat”
“sahabat bisa dicari lagi. Tapi kalau kau sudah kehilangan aku, kau tak bisa cari lagi”
“sahabat tidak mudah dicari. Itu butuh waktu lama, Val”
“sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Kamu hnya harus terus ada disampingku”
Cindy diam saja sewaktu Val menciumnya.

Di suatu senja yang tak begitu cerah, Nick sudah kembali ke Amsterdam ditemani Michael. Ia tidak langsung pulang, tapi ke rumah Julia. Michael masih di dalam mobil sewaktu Nick ada di depan pintu.
“apa dia sedang keluar?”
“entahlah”jawab Nick.
“kalau tidak di kunci, kita masuk saja”
Nick mendorong pintunya yang ternyata memang tidak terkunci.
“sepi sekali”gumam Michael.
“ibu!!” teriak Nick sambil menghampiri Lauren.
Keadaan Lauren amat menyedihkan. Di bawah tangga, masih diatas kursi roda, ia tewas dengan sebuah lubang peluru di dahinya.
“apa yang sedang terjadi, bu?”
“Nick, aku melihat ada darah menetes disana”
“darah?”
“kelihatannya….sumber darah itu…..menetes dari atas” kata Michael ngeri.
Nick mendongakkan kepalanya. Ia melihat sebuah tangan terjulur yang penuh dengan darah. Rupanya urat nadinya putus sehingga banyak darah yang keluar. Nick segera teringat sesuatu.
“Julia!!”
Ia naik dan terkejut. Ternyata dugaannya memang benar. Julia pun telah tewas!
“oh my god, aku akan lapor polisi. Yang sabar Nick. Kau harus merelakan ini semua”
Michael segera menelpon polisi. Ia lalu memeluk Nick yang sudah entah bagaimana keadaannya.
“Mike, kenapa ada orang yang tega berbuat seperti itu? Mereka orang yang baik. Apa mereka sedang ada masalah? Ataukah aku, sehingga mereka membunuh Lauren dan Julia?”
“tenang dulu, Nick. Kita pasti akan tahu penyebabnya. Sebentar lagi polisi akan segera tiba. Aku juga sudah memberitahu keluargamu”
“thanx”
Nick lalu ke depan rumah dan duduk di tangga depan.
“Nick, kami dapat telpon dari Michael. Kami tak percaya. Apa itu benar, sayang?” tanya Maria.
“ya, ma” jawab Nick dengan lesu.
Sebentar saja, mobil-mobil polisi sudah berdatangan. Suasana jadi sangat ramai.

Pemakaman Lauren dan Julia dilakukan keesokan harinya.
Sesudah acara itu, Nick langsung pulang dan mengepaki pakaiannya. James masuk ke kamar Nick.
“kau mau kemana?”
“pulang”
“disinilah rumahmu”
“maksudku kembali ke Roma”
“kamu mau pulang?” tanya Maria.
“iya”
“itu semua terserah kamu”
“ya, aku akan coba melupaka semuanya”
“rumahmu itu akan kosong”
“kuserahkan pada kalian. Terserah mau kalian apakan”
Mereka lalu ke bandara mengantar Nick pulang ke Roma.

Di suatu siang, Natale dan Sandy sedang jalan-jalan di taman. Waktu itu tidak ada kegiatan karena hari libur.
“kenapa sih orang-orang itu sibuk sekali menata taman?”
“kamu belum tahu? Minggu depan ada festival tahunan. Asrama putra dan putri akan bergabung dan akan dipilih raja dan ratu untuk tahun ini”
“oya?”
“kau mau ikut festival itu?”
“aku?”
“kenapa?”
“aku belum pernah ikut, mana mungkin menang?”
“apa salahnya dicoba, iya kan?”
“baiklah, aku ikut”

4 hari kemudian, festival pun dimulai. Dilaksanakan di bangsal belakang asrama putri di dekat sebuah danau.
“kau tau Natale. Ada penghuni asrama putra yang namanya Adrian. Cakep deh! Dia selama 3 tahun berturut-turut jadi raja terus”
“apa segitu cakep dan pandainya dia?”
“siapa tau dia nanti jadi raja lagi. Tahun kemarin ratunya Lidya”
“tahun ini yang jadi ratu pasti aku!”
Mereka berdua diam karena acara sudah akan mendekati acara puncak. 2 orang naik ke panggung.
“siapa mereka?”
“mereka ketua festival ini. Winda dan Paul”
“kami mohon perhatian dari teman semua. Kami disini sebagai ketua panitia festival asrama putra dan putrid, telah menetapkan gelar raja dan ratu untuk tahun ini” kata Paul.
“gelar yang setiap tahun didambakan oleh para murid. Setiap peraih gelar, seperti biasa akan menempati kamar istimewa yang ada di depan. Sesudah itu, raja dan ratu akan liburan gratis ke Maldives selama 1 minggu” kata Winda.
Paul dan Winda membuka amplop mereka masing-masing.
“tahun ini rajanya adalah….. Adrian McSanders!”
“apa kubilang, pasti dia yang menang”
“aku ingin tahu siapa ratunya?”
“dan gelar ratu tahun ini diberikan kepada….. Natale del Pierro!” kata Winda.
“apa?! Itu kamu, Natale”
“aku tak percaya!”
“naiklah dengan Adrian, dia sudah menunggumu!”
Adrian dan Natale naik ke podium.
“selamat buat kalian” kata Winda dan Paul. 
Seseorang membawakan 2 mahkota untuk Adrian dan Natale.
Setelah turun dari podium, Natale mendekati Petra.
“Natale menang. Natale sudah menepati janji Natale kan pa?”
“ya, selamat ya sayang”
“trimakasih, pa. Lalu Natale akan ke Maldives 1 minggu. Papa tak keberatan kan?”
“tidak, asal kau bisa jaga diri”
“papa tidak perlu khawatir. Buktinya dulu pernah ke Milan sendirian selama 1 minggu”
“iya iya”

Akhirnya Natale menempati kamar yang besar dan mewah.
“hai, aku Natale. Kamu Adrian kan?”
“ya, aku tau namamu sewaktu mereka memanggilmu. Aku belum pernah lihat kamu”
“ya, aku baru setahun disini”
“dan sudah dapat gelar ratu? Hebat, selamat ya”
“thanx, kau juga hebat. Selalu menjuarai turnamen ini”
“trimakasih”
Mereka lalu masuk ke kamar masing-masing.
“waahh… indah sekali kamar ini. Seperti di negri dongeng” gumam Natale.
Natale melepas mahkotanya dan meletakkan di atas meja samping ranjang yang besar. Ia lalu berbaring.
“lelahnya, besok sare aku akan berangkat ke Maldives. Sangat menyenangkan liburan gratis selama seminggu. Jadi, aku harus istirahat sekarang”
Natale berusaha untuk memejamkan matanya. Namun, sebelum ia bisa tidur, ia mendengar suara ribut-ribut dari arah luar kamarnya.
“apa yang terjadi?”
Ia mengintip dari lubang kunci.
“ya Tuhan, ada beberapa orang bersenjata yang menyandra Winda. Apa yang harus kulakukan? Mereka menuju kamar ini”
“yang di dalam kamar ini, buka pintunya! Cepat! Atau akan kutembak gadis ini!”
Dengan ketakutan, Natale perlahan membuka pintu. Salah seorang dari mereka menangkap Natale dan melepaskan Winda.
“tolong aku! Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku! Aku mau dibawa kemana?”
“cepat, kita harus segera pergi dari sini sebelum carabinieri datang!”
Mereka segera pergi meninggalkan asrama itu dengan mobil yang memang sudah disiapkan.
“kalau kau tak bisa diam…”
“kau akan membunuhku? Begitu? Aku tidak takut! Aku lebih baik mati!”
“galak juga dia. Jack, beri dia obat bius, aku ingin dia tenang!” kata orang yang duduk disebelah sopir.
“ok, boss”
Sebentar kemudian, kepala Natale sudah terkulai di dada Jack. Mereka menghentikan mobil ketika mereka sudah ada di depan sebuah rumah mewah.
nick/nicco auletta rossa
 Jack membaringkan Natale di ranjang. Lalu ia menemui orang yang dipanggil ”boss” tadi.
“dia sudah kuletakkan di kamar yang kau inginkan”
“baik, ayo kita temui dia”
Mereka segera ke kamar Natale.
“dia sangat cantik dan molek. Dia memang pantas untuk menjadi ratu di festival itu. Aku sangat menyukainya”
“ya, kurasa dia pun juga sesuai dengan seleramu”
Seorang gadis datang dengan memakai seragam pelayan.
“ada apa?”
“ada telpon buat tuan”
“dari siapa?”
“dari tuan Nicola, permisi”
“ada apa, pa?”
“ada urusan yang penting. Papa harap kau segera ke Milan”
“urusan apa?”
“kalau kau sudah disini, akan segera kuceritakan kepadamu”
“apa urusan ini tidak bisa ditunda?”
“tidak, ini sangat penting. Seorang relasi berniat untuk membeli barang kamu disini dalam jumlah yang lumayan banyak”
“baik, aku akan segera kesana”
“ada apa?” tanya Jack.
“aku harus ke Milan sekarang. Ada urusan penting. Jack, jaga dia dengan baik. Jangan sampai lari. Mungkin aku pergi selama 2 hari”
“ya”
Waktu akan keluar rumah, seseorang masuk dan menyapanya.
“hai, Nicco. Mau kemana?”
“ke Milan, ada urusan”
“o ya, sukses?”
“tentu saja. Ratu tahun ini memang cantik. Aku suka”
Nicco langsung ke bandara. Sedangkan Dave langsung ke rung tengah. Ia duduk di samping Jack.
“hai, Jack. Mana ratu milik Nicco itu?”
“ada di kamar itu”
“aku ingin melihatnya”
“boleh saja. Asal kau jangan macam-macam jika tak ingin Nicco marah kepadamu”
“ok ok”
Dave segera ke kamar Natale diikuti Jack.
“bagaimana?”
“ok juga”

Petra terkejut waktu diberitahu Natale diculik. Ia langsung ke asrama.
“bagaimana ini bisa terjadi?” kata Petra dengan marah.
“entahlah, Tuan. Kami tidak tahu. Tiba-tiba Natale dibawa kabur”
“tapi kenapa harus Natale?!”
“biar urusan ini ditangani polisi”
Polisi kemudian mendekati Petra dan kepala asrama.
“maaf, apakah kira-kira orang yang menculik Natale mengenal Natale?”
“kurasa tidak”
“kalian harus bisa membawa putriku dalam keadaan baik”
“kami usahakan”
“begitulah polisi. Selalu berkata begitu”
Petra duduk di bangku taman asrama.
“maafkan aku Rika. Aku tidak dapat menjaga putri kita”

Natale sudah sadar dari pingsannya.
“oh….dimanakah aku ini? Kamar ini sangat indah dan luas. Tapi aku dimana?”
Buru-buru Natale beranjak dari ranjangnya dan akan membuka pintu. Tapi, rupanya dikunci.
“tolong, bukakan pintu ini!”
“oh, rupanya ratu kita sudah siuman. Coba kau tengok dia” kata Dave pada Jack.
Jack lalu masuk dan menutup pintunya lagi. Natale sangat ketakutan.
“siapa kamu?”
“kau tak perlu tahu. Kau pasti akan lebih cantik saat tersenyum daripada saat kau tidur tadi”
“motherfucker!”
“tenang, nona. Kukira seorang ratu itu harus lembut”
“that leaves me cool”
“ok, sekarang kau sudah sadar. Tapi, sayang, Nicco sekarang sedang tak ada. Kau perlu tahu, nona. Nicco amat menyukaimu. Dan kau sebentar lagi akan menjadi milik dia. Kau harus sabar. Mungkin 2 hari lagi”
“aku mau pergi! Lepaskan aku!”
Dave pun sampai ikut memegang Natale. Mereka lalu membius Natale lagi.
“gila bener dia! Tanganku digigitnya” Jack meringis sambil memegang tangannya.
“hei, lihat! Apa yang kutemukan ini” Dave mengambil kalung Natale yang terjatuh di lantai dan membuka liontinnya, “sekarang kita tahu siapa gadis ini”
“apa maksudmu?” Jack ikut melihat foto di dalam liontin itu.
“kau mengenalnya?”
“tentu saja”
“ya, ternyata gadis ini adalah anak Petra, Angelo Petra del Pierro. Musuh Tuan Nicola, iya kan?”
“sewaktu mudanya, dia sangat ditakuti di seluruh kota Roma ini. Tapi sekarang? The Black Fire sudah hancur”
“entah apa reaksi Nicco jika dia tahu hal ini”
“juga Tuan Nicola”
“ayo, kita pergi. Nanti kalau Nicco datang, kita beritahukan hal ini padanya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar